Streotip tradisional mengenai ibu mertua Keinginan untuk mandiri

4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan

a. Streotip tradisional mengenai ibu mertua

Sebelum menikah RW memiliki gambaran bahwa ibu mertua seharusnya dianggap seperti ibu kandung. Ibu mertua juga adalah sosok yang disegani, dan tidak senyaman seperti ibu kandung. Namun, menurunya menghargai dan menyayangi mertua sama seperti menghargai dan menyayangi suami. Gambaran kakak dulu itu ya mertua, mertua hm, kayak orang tua kita sendiri lah, jadi yah menghargai mertua itu seperti menghargai suami, membahagiakan mertua yah membahagiakan suami juga, sama seperti ibu sendiri. Cuma, kita ke mertua itu lebih segan aja karena kan mertua, kalo dengan ibu sendiri kan beda lebih nyaman, itu sih. W3.R1.B.119-133hal.49-50 Setelah ia menikah, RW tidak pernah bertemu dengan mertuanya, baik itu ibu mertua maupun ayah mertua. Hal ini dikarenakan ibu mertuanya sudah meninggal sejak suami RW masih kecil dan ayah suaminya meninggal sebelum RW menikah dengan suami. Nggak pernah ketemu sih, nggak ada mertua. Karena mamanya uda meninggal dari umur dia itu 8 tahun, papanya dia juga sebelum menikah uda meninggal jadi nggak sempat ketemu juga. W3.R1.B.137-144hal.50

b. Keinginan untuk mandiri

Sejak awal pernikahannya RW dan suaminya sudah memiliki keinginan untuk mandiri tanpa adanya bantuan dari keluarga RW mau pun keluarga pasangannya. Bahkan dari awal mereka menikah, RW dan suami sudah mandiri dengan tidak menumpang dirumah keluarga RW. Universitas Sumatera Utara Oh.. memang begitu dari awal karena suami kakak memang seperti itu maunya mandiri, berdiri sendiri dalam artian nggak mau ditumpangi atau menumpangi memang seperti itu. Jadi dari awal kakak sama dia emang udah mandiri bukan keinginan lagi yah. W3.R1.B.149-159hal.50 Hal-hal yang dilakukan responden dan pasangan untuk dapat mandiri adalah dengan berusaha membangun usaha mereka dari modal warisan yang RW dapatkan dari almarhum Ayahnya dan ditambahkan dengan uang dari suaminya. Hasil dari usaha mereka ditabung dan dibangun rumah yang sekarang ditempati oleh RW beserta anak dan suaminya. Sebelum memiliki rumah, RW dan suami mengontrak rumah dan tidak meminta bantuan dari keluarga RW. Kita bangun rumah sendiri, ada usaha sendiri gitu. Memang diawal kita belum punya rumah, tapi dari itu nggak buat kakak menumpang gitu dirumah abang atau mamak tapi kami dulu itu awalnya kontrakan, terus itu lah kakak kan punya warisan suami bantu dana juga kan kita bangun gym beli alat-alat, pemasukan itu kita tabung, bangun rumah dan sengaja cari yang dekat gym. Ya udah, semuanya itu dari awal lah berusaha sendiri nggak minta bantuan keluarga kakak kayak numpang atau dikasih uang nggak. karena suami nggak mau begitu. W3.R1.B.163-185hal.50-51 Ketika keluarganya memberikan masukan, RW menerima dan mendengarkan masukan-masukan yang diberikan. Namun, tidak semua saran dan masukan tersebut diikuti atau dilakukannya. Hanya masukan yang menurut RW sesuai dengan dirinya lah yang dia di ikuti. Selain itu, keluarga suami RW tidak pernah memberikan masukan masukan atau pun saran terhadap kehidupan pernikahan mereka. Hal ini dikarenakan RW jarang berkomunikasi dengan keluarga responden dan memiliki hambatan dalam berkomunikasi karena adanya Universitas Sumatera Utara perbedaan bahasa dan demografis yang berbeda antara RW dan keluarga suaminya. Kalo kakak sih masukan yang kita dengar aja, tapi mana baiknya aja kita yang diikutin. Tapi kalo yang kira-kira kakak rasa nggak cocok ya nggak kakak ikutin cuek aja gitu. W3.R1.B.190-196hal.51 Keluarga dia kan cuma ada kakaknya, hm.. nggak pernah sih karena jarang komunikasi, bahasanya juga nggak ngerti kan. W3.R1.B.209-213hal.51 Sesaat setelah RW melahirkan, ia merasa kerepotan dalam mengasuh anaknya, karena RW tidak mengerti cara mengasuh anak. Keluarganya memberikan masukan, saran serta mengajari RW cara mengasuh anak. Saat itu, ibu RW juga turut berperan serta untuk membantu RW dalam pengasuhan anak. RW merasa sanagat terbantu dengan kehadiran ibunya dalam mengasuh anaknya. Dulu waktu Kayla masih kecil, bayi, keluarga kakak banyak yang bantu kasih saran atau ngajarin ngasuh anak itu gimana. Kakak kakak kan anak paling kecil jadi nggak ngerti ngasuh anak itu gimana, jadi mamak kakak bantu-bantu kayak mandiin Kayla, asuh Kayla lah karena kakak gendong Kayla aja nggak berani nggak pande kaya gendong pake kain itu nggak bisa kakak. Jadi merasa terbantu juga jadinya. W3.R1.B.233-250hal.52 Bantuan dalam bentuk finansial tidak pernah didapatkan RW dari keluarganya atau pun dari keluarga suaminya. Namun ketika RW memiliki masalah, maka abang RW mau membantunya dalam penyelesaian masalah dan memberikan perhatian kepada RW. Universitas Sumatera Utara Kalo bantuan finansial nggak pernah sih, cuma yah kalo perhatian ada lah gitu. Dalam arti perhatian kalo kakak ada masalah dibantuin penyelesaiannya, atau kira-kira ada yang mengganggu gitu dalam artian mengganggu kenyamanan kita abang kakak tuh masih care. Jadi kakak ngerasa diperhatiin gitu kan masih dilindungii keluarga sendiri gitu. W3.R1.B.217-231hal.52

c. Kebersamaan dengan keluarga