bahwa salah satu faktor yang mendukung penyesuaian pernikahan antar bangsa adalah adanya sikap keluwesan dimana p
asangan dapat bersikap sesuai dengan situasi, fleksibel dan bijak dalam menghadapi suatu permasalahan, dalam hal ini
adalah masalah keuangan.
4 Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan a. Streotip tradisional mengenai ibu mertua
Sebelum menikah RW memiliki gambaran bahwa ibu mertua seharusnya dianggap seperti ibu kandung dan merupakan sosok yang disegani, menghargai
dan menyayangi mertua sama seperti menghargai dan menyayangi suami tetapi dalam berhubungan tidak akan senyaman seperti ibu kandung. Hal ini berbeda
dengan yang diungkapkan oleh Hurlock 2000 yang menyatakan bahwa streotipe yang secara luas diterima mengenai ibu mertua yang representatif dapat
menimbulkan perangkat mental yang tidak menyenangkan bahkan sebelum pernikahan. Justru pada RW sebelum menikah memiliki streotip yang baik
mengenai sosok ibu mertua.
b. Keinginan untuk mandiri
Secara keseluruhan, RW tidak pernah melakukan penyesuaian terhadap keluarga suaminya. Hal ini dikarenakan orangtua dari suami RW sudah meninggal
dan juga kakak suami yang berada di negara yang jauh, sehingga tidak pernah bertemu dan melakukan penyesuaian. Justru penyesuaian terhadap keluarga
dilakukan dengan keluarga RW sendiri. Sejak awal menikah, RW dan suaminya sudah memiliki keinginan untuk mandiri tanpa meminta bantuan dari keluarganya
mau pun bantuan dari keluarga suami. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh
Universitas Sumatera Utara
Hurlock 2000 bahwa pasangan suami istri yang baru menikah menolak untuk
menerima campur tangan dari keluarganya mau pun keluarga pasangan. Selain itu, RW juga menerima masukan - masukan atau pun berbagai saran
dari keluarganya, jika masukan tersebut dirasa bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini tidak sama dengan apa yang dikatakan oleh Hurlock 2000
bahwa orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orangtua mereka. RW yang menikah pada usia 30 tahun menunjukkan bahwa
ia tidak menikah pada usia muda, dan dapat menerima berbagai masukan dan saran dari orangtuanya.
c. Kebersamaan dengan keluarga
Penyesuaian dengan keluarga yang paling sulit dirasakan oleh RW adalah penyesuaian dalam memberikan pengertian kepada suami mengenai ibunya yang
tinggal bersama mereka. Suami RW juga tidak suka ketika ibu RW berkunjung dan tinggal bersamanya di rumahnya. Hal yang menyebabkan suami RW tidak
suka dengan kehadiran ibu RW di rumah mereka adalah karena merasa privasinya terganggu. Kondisi ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hurlock 2000
bahwa apabila seorang anggota keluarga berkunjung dalam waktu yang lama atau hidup dengan pasangan suami
istri untuk terus menerus maka penyesuaian
pernikahan akan dirasa sulit.
d. Mobilitas sosial
Frekuensi pertemuan antara RW dan keluarganya sangat minim, bahkan hubunfannya dengan keluarga pun menjadi renggang sekama ia menikah. RW pun
jarang mengunjungi keluarganya, sehingga ia jarang bertemu dan bersilahturrahmi
Universitas Sumatera Utara
bersama keluarganya. RW dan suaminya juga tidak pernah menghabiskan waktu bersama keluarga, biasanya pertemuan dengan keluarga RW dilakukan dengan
berkunjung ke rumah orangtua RW saat lebaran. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Hurlock 2000 bahwa orang dewasa muda
yang status sosialnya meningkat diatas anggota keluarganya atau keluarga pasangannya akan membuat hubungan mereka menjadi renggang. Hal ini lah yang
RW rasakan ketika ia mengalami perubahan status sosial berdampak pada hubungan dengan keluarganya.
e. Anggota keluarga berusia lanjut