1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer setiap manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia semakin menginginkan nilai lebih dari hanya sekedar makan sebagai pemuas
kebutuhan fisiologis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia akan mencari bentuk kepuasan dengan suasana dan rasa yang berbeda. Makanan selalu
dibutuhkan manusia untuk dikonsumsi setiap hari, sehingga sebagian besar pendapatan penduduk Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik rata-rata pengeluaran per bulan penduduk Indonesia table 1. sebagaian besar digunakan untuk membeli makanan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingginya kebutuhan makanan akan berdampak pada semakin besarnya peluang pengembangan usaha pada industri jasa boga di
Indonesia.
Tabel 1. Rata-rata Pengeluaran per Bulan Penduduk Indonesia Tahun
2006-2010
Tahun Pengeluaran rata-rata per tahun
Makanan Bukan makanan
2006 53.01
46.99 2007
49.24 50.76
2008 50.17
49.83 2009
50.62 49.38
2010 51.43
48.57
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009 Badan Pusat Statistik. 2011
Pegeluaran dibedakan menjadi 2 yaitu pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi dan tabungan. Pengeluaran konsumsi merupakan nilai
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumahtangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan dan
menggunakan barang tersebut dalam satu tahun tertentu, misalnya untuk membeli makanan, pakaian, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Sedangkan
pengeluaran investasi dan tabungan merupakan pembelanjaan untuk sesuatu yang dapat member nilai tambah atau keuntungan misalnya untuk membeli rumah,
tanah dan lain-lain Nicholson, 1995.
2 Hukum Engel mengatakan bahwa persentase pengeluaran rumahtangga
yang dibelanjakan untuk pangan akan semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat sebagai
konsumen akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Distribusi pendapatan pada rumahtangga yang tidak merata menimbulkan
kesenjangan dalam pendapatan dan konsumsi pangan. Kesenjangan pendapatan yang tinggi menunjukkan ada masyarakat yang berpendapatan tinggi dan ada
masyarakat yang berpendapatan rendah, sehingga dapat meningkatkan kesenjangan sosial dan konsumsi Nicholson, 1995. Dari peningkatan pendapatan
akan mengalami perubahan gaya hidup. Gaya hidup yang dimiliki oleh masyarakat kelas atas dengan pendapatan yang tinggi akan berbeda dengan gaya
hidup yang dimiliki oleh masyarakat kelas menengah atau bawah dengan pendapatan yang rendah.
Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya
berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari
karakteristik konsumen Engel et al, 1995. Masyarakat kota Bogor memiliki gaya hidup yang berbeda-beda dalam
mengalokasikan waktu dan membelanjakan pendapatannya karena kota Bogor merupakan salah satu daerah potensial bisnis misalnya bisnis yang bergerak
dibidang industri jasa boga. Berkembangnya gaya hidup masyarakat di kota Bogor dan keanekaragaman selera konsumen membawa perubahan pada pola
kebiasaan mengkonsumsi makanan ke arah yang lebih praktis. Tidak hanya sekedar praktis saja, gaya hidup juga telah membawa masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan yang memiliki brand image yang ditawarkan dan suasana yang berbeda yang jarang ditemukan bila dinikmati di rumah. Semua itu
dapat dinikmati di restoran karena makan di restoran mempunyai daya tarik tersendiri dan juga mempunyai gengsi yang tinggi. Mengkonsumsi makanan di
restoran bukan hanya menghilangkan rasa lapar saja, namun juga untuk
3 berkumpul, beristirahat dan hal tersebut sudah menjadi bagian dari gaya hidup
sebagian masyarakat. Pertumbuhan restoran di kota Bogor dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008 ada penurunan persentase dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga ada beberapa restoran yang tutup.
Penutupan restoran ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perkembangan jumlah restoran di kota Bogor periode 2004-
2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor
Tahun 2004 – 2009
Tahun Jumlah Unit
Persentase 2004
84 -
2005 86
2.3 2006
91 5.8
2007 93
2.1 2008
88 -5.3
2009 92
4.5
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bogor, 2010
Jumlah restoran yang terus meningkat, khususnya di kota Bogor menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antar restoran. Persaingan tersebut
mengharuskan para pengusaha restoran menerapkan strategi pasar dengan menitikberatkan kepada konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen memegang
peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha. Setiap restoran harus dapat menciptakan kualitas produk dan pelayanan yang sebaik
mungkin untuk dapat memuaskan dan memenuhi harapan dari para konsumen. Kafe Kebun Kita, menyediakan berbagai macam fasilitas, selain tempat
makan, diantaranya hot spot area, live music. Jenis makanan yang ditawarkan tentunya beraneka ragam. Sebagai salah satu industri boga, sangatlah penting
untuk selalu menjaga mutu dan pelayanan demi memuaskan para pelanggannya. Pelayanan yang berkualitas dan memuaskan akan memberikan suatu dorongan
kepada pelanggan untuk selalu menjalin ikatan hubungan yang kuat. Pihak Kafe Kebun Kita tentunya dapat meningkatkan kualitas dan kepuasan para
pelanggannya dengan cara memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan
4 mereka dan meminimumkan ataupun menghilangkan pengalaman yang kurang
menyenangkan bagi para konsumen tersebut. Apabila konsumen telah merasa puas dengan apa yang mereka dapatkan, tak jarang konsumen akan memberikan
informasi kepada rekan dan kerabatnya mengenai apa yang telah mereka dapatkan di Kafe Kebun Kita. Secara tidak langsung hal ini akan sangat membantu Kafe
Kebun Kita dalam mempromosikan produknya.
1.2 Perumusan Masalah