Perencanaan peserta didik baru Pembinaan peserta didik baru

89

5. Hambatan manajemen peserta didik

a. Perencanaan peserta didik baru

Kuota yang disediakan sekolah tidak dapat terpenuhi karena siswa yang mendaftar sedikit sehingga mengakibatkan sehingga sekolah mengalami kekurangan siswa. Sistem seleksi di SMA Patria menggunakan sistem promosi karena terbatasnya jumlah pendaftar sehingga SMA semua siswa dapat masuk dan sekolah tidak bisa memilih siswa yang berkualitas. Ali Imron 2011: 43 menjelaskan jika semua peserta didik yang masuk di suatu sekolah langsung diterima tanpa ada yang ditolak, disebut sistem promosi. Dengan sistem ini, sekolah tidak bisa menyeleksi kualitas siswa, sehingga apapun keadaan siswa diterima semua di SMA Patria. Pada pencatatan, pengumpulan data pribadi siswa sering terlambat sehingga pencatatan buku induk siswa tidak komplit. Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Suryosubroto 2004: 79-80 yang menjelaskan bahwa murid baru perlu dicatat dalam buku induk dan data dalam buku induk harus lengkap yang sebagian datanya diambil dari formulir pendaftaran.

b. Pembinaan peserta didik baru

Kegiatan ekstrakurikuler tidak terlaksana karena kurangnya dukungan dari sekolah dan kurang adanya partisipasi dari siswa. Ekstrakurikuler tidak terlaksana juga karena dukungan yang kurang berupa sarana dan juga tenaga yang mengampu. Penyelenggaraan ekstrakurikuler memang harus didukung adanya ketersediaan sarana dan juga tenaga yang mengampu. Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan menengah menjelaskan daya dukung pengembangan 90 dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler meliputi kebijakan satuan pendidikan, ketersediaan pembina, dan ketersediaan sarana dan prasarana satuan pendidikan. Kemudian layanan kantin dan layanan UKS tidak terlaksana di SMA Patria. Pelaksanaan layanan UKS tidak berjalan karena sarananya tidak lengkap dan tidak ada pihak khusus yang mengelolanya. Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Sukarti Nasihin Sururi Tim Dosen AP FIP UPI, 2013: 215-216 yang menyatakan penyelenggara UKS merupakan kerjasama antar warga sekolah sehingga kesehatan di lingkungan sekolah dapat berjalan optimal. Jadi penyelenggara UKS bisa berasal dari warga sekolah sendiri yang digerakkan secara bersama-sama. tidak ada yang berjualan dan jika dibuka hanya sedikit siswa yang membeli. Sukarti Nasihin Sururi Tim Dosen AP FIP UPI, 2013: 215-216 menyatakan bahwa pengelola kantin lebih baik dipegang oleh orang dalam atau keluarga karyawan sekolah yang bersangkutan agar segala makanan yang dijual terjamin.

c. Evaluasi peserta didik