Kurikulum PAI a. Pengertian Kurikulum PAI

pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI; 2 perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berpikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam; 3 perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinga sehingga menghasilkan produk tersebut; dan 4 perubahan pada pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isis kurikulum PAI kearah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidensifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya. 125 Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas SMA yang belum terlaksana secara optimal. Dengan upaya serius untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan agama Islam secara bersamaan di sekolah, hanya sebagian kecil saja barangkali sekolah yang mampu melakukan perubahan dengan melakukan berbagai inovasi melalui pengembangan KTSP PAI. Pengembangan kurikulum PAI dalam hal ini dapat diartikan sebagai; 1 Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI, atau 2 proses mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik; danatau 3 kegiatan penyusunan desain pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum PAI. Karena itu menjadi sangat lazim bila pengembangan kurikulum PAI mengalami perubahan paradigma sekalipun terkadang dibeberapa bagian masih mempertahankan paradigma lama. Perubahan itu terlihat; 1 Arah orientasi pembelajaran, 2 perubahan dari cara berpikir normatif dan tekstual menuju cara berpikir empiris dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran dan nilai-nilai Islam, 3 pola organisasi kurikulum yang lebih mengarah kepada kurikulum integrated, dan 4 perubahan model pengembangan kurikulum, dari pola pengembangan yang mengandalkan para ahli kepada keterlibatan stake holder dalam pengembangan kurikulum PAI 125 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Bandung: Raja grafido Persada, 2007, h. 10-11. dan strategi pencapaiannya. bahan evaluasi dalam pengambilan kebijakan oleh pihak sekolah, dan para pengambil kebijakan dinas terkait, para guru dan siswa agar pembelajaran lebih bermakna, dan tujuan pendidikan Islam tercapai yaitu insan kamil yang mampu memahami, dan mengamalkan ajaran Islam secara komprehensip. Kurikulum PAI SMA meliputi subtansi pembelajaran PAI dalam satu jenjang pendidikan yang ditempuh selama tiga tahun tahun atau enam semester yaitu kelas X, XI dan XII dan kurikulumnya disusun berdasarkan standar Kompetensi lulusan dan standar kompetensi pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas tiga program yaitu : Program IPA, IPS dan Bahasa. Dibawah ini adalah sample struktur kurikulum pada SMA Jumlah akumulasi Jamminggu untuk SMASMK 38-39 jam minggu dengan Lama belajar per 1 Jam Pelajaran adalah 45 menit.

5. Evaluasi PAI

Mengenai evaluasi pendidikan agama Islam ini terkadang terjadi hal-hal yang di luar dugaan. Misalnya ada peserta didik yang jarang sekolah, malas dan merasa terpaksa mengikuti pelajaran agama, tetapi ketika dievaluasi dia mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang rajin belajar agama. Artinya yang salah itu adalah evaluasinya karena yang dilakukan hanyalah mengukur unsur kognitifnya saja. Oleh karena itu evaluasi pendidikan agama Islam jangan hanya mengandalkan evaluasi kemampuan kognitif saja, tetapi harus dievaluasi juga sikap, prakteknya atau keterampilan psikomotor dan sikapya afektif. Guru melakukan pengamatan terhadap perilaku sehari-hari peserta didik tersebut apakah peserta didik itu shalat? Kalau dilaksanakan apakah shalatnya benar sesuai tata caranya? Evaluasi ini sebetulnya menentukan status peserta didik tentang hasil belajarnya itu apakah sudah mencapai tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tujuan agama itu adalah supaya peserta didik bisa menjalankan agama Islam dengan baik maka evaluasinya harus sesuai, dan evaluasinya itu bukan hanya hafal tentang kaidah-kaidah tentang kemampuan kognitif saja tetapi juga yang bersifat praktikal. 126 Berkaitan dengan evaluasi pendidikan agama Islam, ada usulan yang kuat dari berbagai kalangan agar pendidikan agama Islam sebaiknya masuk pada ujian nasional, sehingga menjadi bahan untuk dipertimbangkan peserta didik lulus atau tidak lulus di suatu lembaga pendidikan. Ujiannya jangan sekedar mengukur kemampuan kognitif melainkan juga kemampuan yang bersifat psikomotor, praktek dan perilaku, serta sikap peserta didik sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam.

D. Kajian Terdahulu

Berdasarkan uraian tersebut, cukup banyak referensi yang bisa dikemukakan dan dijadikan bahan rujukan dalam proses penyusunan tesis yang berkenaan dengan pelaksanaan PAI di sekolah, di antaranya: 1. Ibrahim Lubis, tahun 2013, tesis yang berjudul: Pelaksanaan Pendidikan Kegamaan di Madrasah Diniyah Awaliyah al-Falah Kelurahan Helvetia Tengah. Menghasilkan temuan tentang: a. Pembelajaran pendidikan keagamaan dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap intiproses dan tahap akhir. Tahap pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin. Tahap intiproses merupakan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Tahap akhir merupakan tugas yang harus dikerjakan siswa. b. Tujuan pendidikan keagamaan adalah terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai ajaran agamanya danatau menjadi 126 Ibid.