14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia pada dasarnya terdiri dari dua kebutuhan utama, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer dibagi menjadi tiga
kebutuhan yaitu pangan, sandangpakaian, dan papantempat tinggal. Salah satu kebutuhan primer dari manusia yaitu pangan menjadi elemen pokok bagi manusia
untuk beraktivitas dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jumlah penduduk Indonesia yang besar yaitu 234.200.000 jiwa BPS,
2010 dan terus meningkat setiap tahunnya merupakan indikator dari permintaan pasar produk pangan akan terus bertambah. Industri pangan yang besar terus
berkembang dan makin bervariasi. Terjadinya pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup yang disebabkan karena aktivitas masyarakat yang padat di perkotaan
sehingga waktu untuk makan jarang dilakukan di rumah. Keadaan inilah yang menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap jasa penyediaan
makanan. Jenis usaha makanan merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara waralabafranchise Rachmadi, 2008.
Pilihan brand pada franchise lokal dapat ditemukan pada lima sektor industri antara lain sektor food and beverage, educational product and service,
ritel, real estate service, laundry and dry cleaning, dan lain-lain Rachmadi,
2008. Sektor food and beverage menjadi pilihan franchise yang paling banyak dijalankan di Indonesia. Salah satu keunggulan pada sektor food and beverage
adalah bentuk franchise yang merupakan usaha instan yang banyak diminati oleh pengusaha di Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa
keuntungan dari bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh franchisor. Usaha franchise makanan mempunyai
ciri khusus dari produknya sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar. Distribusi usaha franchise sangat pendek, sehingga kontrol terhadap mutu produk
dan pelayanan dapat dilakukan secara langsung. Usaha yang bergerak dalam sektor food and beverage tidak akan pernah sepi dan bahkan terus menjamur.
Menurut Rachmadi 2008, diperkirakan franchise pada sektor food and beverage akan terus meningkat meningkat dan akan menjadi sebuah trend.
15 Salah satu nama franchise pada sektor food and beverage adalah Obonk
Steak Ribs . Restoran ini merupakan salah satu jenis franchise yang
menawarkan beraneka menu pilihan mulai dari aneka crispy hot plate, barbeque, import barbeque
, snack, juice, shake, tea, sofdrink, punch, coffee, dan dessert. Bahan dasar pembuatan steak adalah daging lokal dan impor
dengan menggunakan bumbu rempah Indonesia agar makanan barat ini bisa diterima
lidah orang Indonesia dan dijual dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas sesuai dengan slogannya “Menu Bintang Lima, Harga Kaki Lima”.
Restoran steak yang berasal dari Solo ini mulai menarik perhatian para pengusaha. Sejak berdiri pada tahun 1997, jumlah outlet Obonk Steak Ribs
yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2010 sudah terdapat 60 outlet yang merupakan waralaba Obonk Steak Ribs
pusat dari Solo. Perkembangan franchisee Obonk Steak Ribs dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Franchisee Obonk Steak Ribs di Indonesia Tahun
2006-2010 Tahun
Jumlah Restoran unit Persentasi Pertumbuhan
2006 15
- 2007
24 60,00
2008 29
20,83 2009
44 51,17
2010 60
36,36
Sumber : Obonk Steak Ribs Bogor 2010
Perkembangan franchisee Obonk Steak Ribs pada tahun 2006-2010 semakin meningkat dari 15 unit restoran menjadi 60 unit restoran OSR. Bisnis
ini cukup menarik investor karena cepat balik modal dalam tempo rata-rata tujuh bulan modal yang diinvestasikan dapat kembali. Namun menurut Sugondo
terdapat beberapa cabang yang ditutup dan dipindah karena tidak bisa berkembang dengan baik. Outlet Obonk Steak Ribs hampir tersebar di beberapa
kota di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, Makasar, Yogyakarta, Batam, Semarang, Medan, Sidoarjo, Pekan Baru, Bali, dan Jabodetabek. Khususnya di
Kota Bogor terdapat dua outlet Obonk Steak Ribs yang berdiri dan masing- masing outletnya dimiliki oleh franchisee yang berbeda yang berada di Sentul dan
Kota Bogor.
16 Bisnis makanan yang menawarkan steak banyak terdapat di Bogor.
Perusahaan pesaing sejenis antara lain Steak 21, Macaroni Panggang, Waroeng Steak and Shake
dan lain-lain. Selain itu, restoran tidak sejenis juga banyak terdapat di Bogor. Pada tahun 2010 terdapat 337 unit restoran di Bogor. Jumlah
restoran di Bogor meningkat setiap tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2008-2010
Tahun Jumlah Restoran unit
Persentasi Pertumbuhan 2008
211 -
2009 255
20,85 2010
337 32,15
Sumber : Dinas Informasi Pariwisata Kebudayaan Kota Bogor 2010
Berdasarkan Tabel 2 ditunjukkan bahwa jumlah restoran di Bogor dari tahun 2008-2010 mengalami peningkatan dari 211 unit menjadi 377 unit. Hal ini
dikarenakan Bogor adalah salah satu kota yang banyak diminati oleh para pengusaha untuk mengembangkan bisnis makanan karena Bogor memiliki
potensi yang strategis. Kota Bogor merupakan
salah satu alternatif tujuan wisata bagi para wisatawan asing maupun lokal.
Kedudukan topografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu
Kota Negara merupakan potensi yang strategis untuk mengembangkan restoran. .
Perkembangan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Jumlah Wisatawan orang
Persentasi Pertumbuhan 2005
1.856.991 -
2006 2.137.083
15,08 2007
1.766.009 -17,36
2008 1.988.556
11,19 2009
2.098.071 5,22
Sumber : Dinas Informasi Pariwisata Kebudayaan Kota Bogor 2010
Seiring dengan beragamnya selera dan permintaan konsumen akan makanan, memunculkan berkembangnya berbagai jenis restoran di kota Bogor.
Pada tahun 2010 terdapat 337 unit restoran yang menawarkan berbagai jenis makanan jadi yang terdiri dari restoran masakan Indonesia, masakan Jepang,
masakan Mandarin, masakan Padang, masakan Sunda, seafood, steak, cafe, dan mie. Jenis restoran di Kota Bogor tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Jenis-Jenis Restoran di Kota Bogor Tahun 2010
No Jenis Restoran
Jumlah unit 1
Masakan Indonesia 81
2 Masakan Jepang
8 3
Masakan Mandarin 10
4 Masakan Padang
31 5
Masakan Sunda 27
6 Seafood
13 7
Steak 9
8 Cafe
41 9
Miebaso 101
10 Martabak
16
Sumber : Dinas Informasi Pariwisata Kebudayaan Kota Bogor 2010
Setiap restoran pada bisnis makanan khususnya restoran steak dituntut untuk memiliki strategi pemasaran yang tepat untuk menghadapi persaingan.
Strategi pemasaran yang dilakukan tidak hanya meningkatkan kualitas produk, penetapan harga yang menarik, dan memperluas distribusi. Namun, restoran juga
dapat mengkomunikasikan produknya kepada konsumen melalui kegiatan promosi. Strategi promosi sangat berguna bagi restoran untuk menghadapi
persaingan usaha, meningkatkan pangsa pasar serta memperkuat merek restoran. Strategi promosi restoran merupakan jembatan komunikasi antara manajemen
perusahaan dengan konsumen untuk menawarkan produknya ke konsumen. Strategi promosi dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperkenalkan
produk ke konsumen dan merangsang konsumen akan kebutuhan produk restoran. Oleh karena itu, penelitian mengenai strategi promosi perlu dilakukan pada bisnis
restoran khususnya restoran steak untuk menghadapi persaingan dan meningkatkan penjualan.
1.2 Perumusan Masalah