PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010 Dinyatakan dalam miliaran Rupiah,
kecuali dinyatakan lain NOTES TO
THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2011 AND 2010
Expressed in billions of Rupiah, unless otherwise stated
Halaman - 104 - Page
37. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN LIABILITAS KONTINJENSI YANG SIGNIFIKAN lanjutan
37. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES continued
PERJANJIAN DAN KOMITMEN lanjutan AGREEMENTS AND COMMITMENTS
continued
f. Komitmen pembelian barang modal f.
Capital commitments
Kontrak pembelian barang modal pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sejumlah
Rp 1,9 triliun 2010: Rp 1 triliun. Capital expenditure contracted as at
31 December 2011 amounted to Rp 1.9 trillion 2010: Rp 1 trillion.
Disamping itu, PT Marga Mandalasakti dan PT Marga Harjaya Infrastruktur memiliki
komitmen untuk pengeluaran barang modal masing - masing sejumlah Rp 2,6 triliun dan
Rp 2,4 triliun terkait dengan hak konsesi jalan tol.
In addition, PT Marga Mandalasakti and PT Marga
Harjaya Infrastruktur
are committed to certain capital expenditure
with a total amount of Rp 2.6 trillion and Rp 2.4 trillion, respectively relating to the
toll road concession rights.
Pada tanggal 31 Desember 2011, komitmen pengeluaran barang modal dari entitas
asosiasi dan pengendalian bersama entitas adalah sejumlah Rp 706 miliar 2010: Rp 470
miliar. As
at 31
December 2011,
capital commitments of associates and jointly
controlled entities amounted to Rp 706 billion 2010: Rp 470 billion.
g. Akuisisi saham g. Acquisitions of shares
Pada bulan Juli 2011, PT Tuah Turangga Agung “TTA”, entitas anak tidak langsung,
menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan
pihak ketiga,
terkait dengan
pembelian 60 PT Duta Nurcahya “DN”. In July 2011, PT Tuah Turangga Agung
“TTA”, indirect subsidiary, entered into a Conditional Sale and Purchase Agreement
with third parties to acquire 60 interest in PT Duta Nurcahya “DN”.
Pada bulan September 2011, TTA melakukan pembayaran sebesar USD 70 juta atau setara
dengan Rp 598 miliar sebagai tanda jadi dan komitmen
penjualan. Penyelesaian
atas akuisisi ini tergantung pada pemenuhan
beberapa persyaratan tertentu. In September 2011, TTA has made the
cash payment of USD 70 million or equivalent with Rp 598 billion to secure the
transaction and commitment to sell. The fulfillment of this acquisition relied on
conditions precedent.
Sampai dengan tanggal laporan keuangan konsolidasian ini, persyaratan atas akuisisi
DN ini belum terpenuhi sehingga TTA masih mencatat pembayaran yang telah dilakukan
sebagai uang muka untuk akuisisi saham. As at the date of these consolidated
financial statements, the conditions have not been fulfilled therefore TTA still
recorded the payment as part of advance of shares acquisition.
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 DESEMBER 2011 DAN 2010 Dinyatakan dalam miliaran Rupiah,
kecuali dinyatakan lain NOTES TO
THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2011 AND 2010
Expressed in billions of Rupiah, unless otherwise stated
Halaman - 105 - Page
37. PERJANJIAN, KOMITMEN DAN LIABILITAS KONTINJENSI YANG SIGNIFIKAN lanjutan
37. SIGNIFICANT AGREEMENTS, COMMITMENTS AND CONTINGENCIES continued
LIABILITAS KONTIJENSI CONTINGENCIES
a. Tuntutan PT Era Giat Prima a.
PT Era Giat Prima Claim
Dua perkara yang terkait dengan dana sebesar Rp 546 miliar, yang sebelumnya ditempatkan
dalam rekening escrow oleh PT Bank Permata Tbk “BP”, telah melalui proses peninjauan
kembali di Mahkamah Agung, masing-masing untuk perkara perdata dan perkara pidana.
Two cases relating to funds amounting to Rp 546 billion, which were formerly held in
escrow account by PT Bank Permata Tbk “BP”, have been subject to judicial review in
the Supreme Court, separately in the Civil and Criminal Divisions.
Pada bulan September 1999, PT Era Giat Prima “EGP” mengajukan gugatan perdata
terhadap BP, mengklaim BP telah melakukan wanprestasi perjanjian yang terkait dengan
Bank Dagang Negara Indonesia dan Bank Umum Nasional “Perjanjian Cessie” dan juga
mengklaim kepemilikan atas dana tersebut. BP berpendapat bahwa Perjanjian Cessie tersebut
telah dibatalkan oleh Badan Penyehatan Perbankan
Nasional “BPPN”
sehingga gugatan tersebut tidak mempunyai dasar
hukum. In September 1999, PT Era Giat Prima
“EGP” filed a lawsuit in the civil courts against BP, alleging breach of an agreement
in respect of Bank Dagang Negara Indonesia and Bank Umum Nasional “the Cessie
Agreement” and asserting ownership over these funds. BPs position was that the
Cessie Agreement had been cancelled by the Indonesian Bank Restructuring Agency
“IBRA” and that the lawsuit was therefore without merit.
Pendapat BP ini diperkuat oleh putusan peninjauan kembali Mahkamah Agung untuk
perkara Tata Usaha Negara pada bulan Oktober 2004 yang menyatakan bahwa BPPN
berwenang untuk membatalkan Perjanjian Cessie tersebut. Pada bulan Mei 2007,
Mahkamah
Agung telah
mengeluarkan putusannya
atas perkara
perdata yang
memenangkan BP dan menyatakan bahwa BP adalah pemilik dana tersebut.
This position was supported by a Supreme Court administrative judicial review in
October 2004, which ruled that IBRA had the authority to cancel the Cessie Agreement.
The Civil Division of the Supreme Court concluded in May 2007 in favour of BP and
confirmed BPs entitlement to the funds.
Secara terpisah, pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia menuntut Joko Tjandra, direktur EGP
pada saat itu, dalam pengadilan pidana, sehubungan dengan dana disebut di atas, di
mana dana tersebut merupakan salah satu bukti dalam tuntutan pidana. Pada bulan Juni
2009,
Mahkamah Agung
mengeluarkan putusannya atas perkara pidana ini yang
memenangkan Pemerintah
Indonesia. Berdasarkan keputusan tersebut, Kejaksaan
Negeri menyatakan bahwa dana dalam escrow account harus dikembalikan ke Kas Negara.
Hal ini telah dilakukan pada bulan Juni 2009. Separately, in 1999, the Government of
Indonesia filed a lawsuit in the criminal courts against Joko Tjandra, a director of EGP at
that time, in connection with the above- mentioned funds, which accordingly formed
part of the evidence in the lawsuit. The Criminal Division of the Supreme Court
concluded in June 2009 in favour of the Government of Indonesia. On the basis of
this decision the District Attorney directed that the balance on the escrow account be
paid over the State Treasury. This was done in June 2009.