PENGARUH METODE SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD BAKALAN YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015.

(1)

i

PENGARUH METODE SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD BAKALAN YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Eva safitri NIM 11108249013

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Al-ilmu jauharani liajlihima, ilmu itu laksana dua permata”

Ilmu diumpakan seperti dua permata yang sangat indah dan hanya orang-orang yang menggemari permata tersebut akan berusaha mendapatkannya”

(Imam Grazali RA)

“Jika anda ingin berhasil dalam mencapai ilmu kunci utamanya berusaha dan bersabar di atas kesusahan mendapatkannya ilmu”


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, terimakasih atas curahan kasih sayang, serta doa agar saya dapat menjadi seseorang yang berguna dan sukses.

2. Teman-teman Asrama UPP 2. 3. Almamater tercinta.


(7)

vii

PENGARUH METODE SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD BAKALAN YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015

Oleh Eva Safitri NIM 11108249013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Bakalan Yogyakarta tahun 2014/2015.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre-eksperimen. Desain yang digunakan berbentuk pretest-posttest control group. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Bakalan berjumlah 57 siswa, dengan rincian 28 siswa kelas VA dan 29 siswa kelas VB. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan tes. Instrumen diuji menggunakan validitas dan reabilitas. Teknik analisis data menggunakan statistik inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rerata kelompok eksperimen sebesar 7,78 dan kelompok kontro sebesar 6,17. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan positif hasil belajar IPS siswa di kelompok eksperimen sebesar 1,61 dibandingkan kelompok kontrol. Dengan demikian ada pengaruh positif metode simulasi terhadap hasil belajar IPS siswa Kelas V.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Kontribusi Metode Simulasi terhadap hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Bakalan Yogyakarat Tahun 2014/2015”.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Sugito, MA selaku wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Hidayati, M.Hum Ketua Jurusan Pendidikan Pra Seekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Sekar Purbarini K., M.Pd selaku pembimbing yang telah memberi dorongan dan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan penelitian ini.

5. Jaswabiwantoro, S.Pd kepala SD Bakalan yang telah memberikan ijin kepada peniliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD Bakalan.

6. Saminem, S.Pd guru pengampu mata pelajaran IPS kelas V Bakalan.

7. Siswa kelas V SD Bakalan Yogyakarta, yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.

8. Kepada orang tua serta adik yang telah memberikan do’a sehingga peneliti dapat tetap semangat.

9. Teman-teman Asrama UPP 2 kelas J yang memberikan semangat dan motivasi.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjaun tentang Metode Simulasi ... 7

1. Pengertian Metode Simulasi ... 7

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi ... 8

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS... 11

1. Pengertian IPS ... 11

2. Tujuan dan fungsi IPS ... 12

3. Ruang Lingkup IPS ... 14

4. Hasil Belajar IPS ... 14

C. Tinjauan tentang Karakter Anak SD ... 17


(11)

xi

E. Hipotesis Penelitian ... 20

F. Difinisi Operasional ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Validitas Instrumen ... 28

a. Uji Validitas Instrumen ... 29

b. Uji Reliabilitas ... 30

H. Teknik Analisis Data ... 33

1. Deskripsi Data ... 33

2. Uji Prasyarat Analisis ... 33

a. Uji Normalitas ... 34

b. Uji Homogenitas ... 34

3. Uji Hipotesis ... 35

a. Uji t independen ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 37

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Pre Test ... 38

a. Data Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 38

b. Data Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 41

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Post Test ... 44

a. Data Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 44

b. Data Post Test Siswa Kelas Eksperimen ... 46

3. Deskripsi Proses Pembelajaran ... 50

a. Deskripsi pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan metode simulasi ... 50


(12)

xii

b. Deskripsi pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan

metode konvensional (ceramah) ... 51

C. Uji Prasyarat Anaslisis ... 52

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 53

D. Uji Hipotesis ... 54

a. Uji-t Pre Test dan Gain Skor Kelompok Eksperimen- Kontrol ... 54

b. Uji-t Pre Test–Post Test dan Gain Skor Kelompok Eksperimen ... 57

c. Uji-t Pre Test-Post Test dan Gain Skor Kelompok Kontrol ... 58

d. Uji-t Post Test dan Gain Skor Kelompok Eksperimen –Kontrol ... 59

E. Pembahasan ... 63

F. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Ulangan Tengah Semester Siswa Kelas V ... 4

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Eksperimen Kuasi ... 24

Tabel 3. Kisi-kisi Butir Soal Hasil Belajar Kognitif ... 27

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 30

Tabel 5. Daftar Siswa Kelas V SD Bakalan ... 37

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 39

Tabel 7. Kategori Nilai Pre Test Kelas Eksperimen ... 40

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol ... 41

Tabel 9. Kategori Nilai Pre Test Kelas Kontrol ... 42

Tabel 10. Perbandingan Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol ... 43

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Post Test Siswa kelas Kontrol ... 45

Tabel 12. Kategori Nilai Post Test Kelas Kontrol ... 45

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen ... 47

Tabel 14. Kategori Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... 47

Tabel 15. Perbandingan Skor Post Test kelas Eksperimen ... 48

Tabel 16. Uji Normalitas Pre Test dan Post Test kelas Eksperime Kontrol ... 53

Tabel 17. Rangkuman Post Test Mean Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 53

Tabel 18. Rangkuman Hasil Uji-t Pre Test Eksperimen dan Kontrol ... 55


(14)

xiv

Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Pre Test Eksperimen

dan Kontrol ... 55 Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Post Test

Eksperimen dan Kontrol ... 56 Tabel 21. Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Pre Test - Post Test

Kelompok Eksperimen ... 57 Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji-t Pre Test Post Test Kelompok

Kontrol ... 58 Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Pre Test Post Test

Kelompok Kontrol ... 59 Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji-t Post Test Eksperimen dan

Kontrol ... 60 Tabel 25. Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Post Test

Eksperimen dan Kontrol ... 61 Tabel 26. Rangkuman Pre Test-Post Test Mean Kelompok

Eksperimen ... 61 Tabel 27. Rangkuman Pre Test-Post Test Mean Kelompok

Kontrol ... 62

Tabel 28. Rangkuman Gain Skor Pre Test-Post Test Mean


(15)

xv

Tabel 29. Rangkuman Gain Skor Pre Test-Post Test Mean


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pre Test-Post Test Control Group Design ... 25 Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Pre Test Kelas Eksperimen ... 40 Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Pre Test Kelas Kontrol ... 42 Gambar 4. Histogram Perbandingan Skor Pre Test Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 43 Gambar 5. Histogram Hasil Balajar Post Test Kelompok

Kontrol .. ... 46 Gambar 6. Histogram Hasil Balajar Post Test Kelompok

Eksperimen ... 48 Gambar 7. Histogram Perbandingan Skor Pre Test Kelompok


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Kelas ...

Eksperimen ... 72

Lampiran 2. Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ... 73

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 75

Lampiran 4. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 79

Lampiran 5. Lampiran RPP (MATERI) .. ... 104

Lampiran 6. Instrumen Penelitian Sebelum Diujicobakan ... 112

Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 118

Lampiran 8. Instrumen Penelitian Setelah Diujicobakan ... 121

Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data Penggunaan Metode Sismulasi Dengan Hasil Belajar IPS ... 124


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik (Sapriya, 2009:12).

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah dasar. Hal ini dikuatkan dalam UU Sisdiknas pasal 37 bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar. Dengan adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan IPS sebagai mata pelajaran dalam sistem pendidikan di Indonesia telah menjadikan IPS semakin jelas dan kokoh.

Dalam pengorganisaian materi pembelajaran IPS pada sekolah dasar berpedoman pada pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengarah pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengarah pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap serta berperilaku. Dengan demikian, secara konseptual materi pelajaran IPS di SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial. Namun, ada ketentuan bahwa melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia


(19)

2

yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Adapun tujuan mata pelajaran IPS di SD antara lain sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (Sapria, 2009: 194-195).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah adalah untuk memperlengkapi siswa dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai agar dapat mengenali dengan baik berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang ada disekelilingnya.

Untuk mencapai tujuan di atas, maka seharusnya dalam proses pembelajaran guru menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan materi pembelajaran IPS di SD. Setiap guru senantiasa dihadapkan pada pertanyaan tentang metode-metode apa yang akan digunakan untuk membantu siswa pempelajari konsep-konsep atau membantu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Keterampilan mengajar


(20)

3

merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.

Adapun metode-metode yang sering digunakan dalam mata pelajaran IPS adalah metode ceramah, metode diskusi, dan metode tanya jawab. Dari masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pada dasarnya keberhasilan metode belajar ditentukan oleh banyak faktor di antaranya tujuan, siswa, guru penunjang dan lingkungan Abdul Azil Wahab (2009, 121).

Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran IPS di SD yang sampai saat ini masih sering diabaikan oleh sekolah. Guru pada umumnya jarang menerapkan metode tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam menerapkannya. Hal tersebut dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD Bakalan tanggal 27 Desember 2014, guru mengemukakan bahwa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemecahan masalah.

Selain metode pembelajaran, sarana dan prasarana juga merupakan salah satu pendukung keberhasilan tujuan pembelajaran. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju ke sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya (Wina Sanjaya, 2006: 55).


(21)

4

Sarana yang dimiliki oleh SD Bakalan masih kurang, khususnya media pembelajaran. Guru mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan penggunaan media selama proses pembelajaran IPS. Hal ini terjadi karena di sekolah hanya tersedia buku IPS dan peta. Alat bantu lain yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran seperti video perjuangan kemerdekaan dan poster-poster pahlawan masih kurang disediakan di sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Djahiri (Ahmad Susanto, 2014: 314) bahwa media pembelajaran sebagai alat bantu yang akan membantu kemudahan, kelancaran, serta keberhasilan proses belajar sebagaimana yang diharapkan.

Dengan jarangnya menggunakan metode simulasi dan kurangnya fasilitas media pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar IPS, hal tersebut dapat dibuktikan dari data UTS tahun ajaran 2014/2015 yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Ulangan Tengah Semester Siswa Kelas V

Skor

Kelas

VARIABEL Kelas VB Total

F f(%) F f(%) F f(%)

> 94 6 22% 2 8% 8 13%

85-94 1 3% 4 12% 5 9%

75-84 8 28% 23 80% 31 54%

65-74 6 22% - - 6 11%

< 65 7 25% - - 7 13%

Total 28 100% 29 100% 57 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan kelas VB sudah 100% memenuhi skor batas tuntas, sedangkan kelas VA hanya 53% yang memenuhi skor batas tuntas dan 47% belum memenuhi skor batas tuntas. Data tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya hasil beajar IPS


(22)

5

pada kelas VA, dengan demikian peneliti ingin mengujicobakan metode simulasi sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran IPS.

B. Identitas Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka beberapa masalah di dapati peneliti di SD Bakalan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar IPS.

2. Guru jarang menggunakan metode simulasi dalam mata pelajaran IPS. 3. Kurangnya fasilitas untuk mata pelajaran IPS.

4. Media pembelajaran IPS belum mamadai. C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan yang ada pada diri peneliti maka perlu ada pembatasan masalah. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar IPS di SD Bakalan. 2. Guru jarang menggunakan metode simulasi. D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Adakah pengaruh positif metode simulasi terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Bakalan Yogyakarta?”


(23)

6 E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif metode simulasi terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Bakalan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis

Diharapkan dengan menggunakan metode simulasi dapat dijadikan acuan penelitian yang relevan, dapat memberikan konstribusi positif terhadap pendidikan, dalam rangka usaha meningkatkan kreativitas pada pelajaran IPS SD.

2) Manfaat praktis penelitian ini adalah: a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan memotivasi siswa pada mata pelajaran IPS agar peserta didik menjadi warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah serta mendapatkan pengalaman langsung dalam menghadapi berbagai permasalah yang ada di masyarakat secara terampil.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk mendapatkan wawasan yang cukup dalam penerapan metode simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah penelitian ini sebagai masukan dalam mempertimbangkan penyusunan silabus sekolah.


(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Metode Simulasi

1. Pengertian Metode Simulasi

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal Wina Sanjaya (2006: 147). Sedangkan Wesley dan Wronski (dalam Abdul Azis 2007: 83-84) mengemukakan metode mengajar adalah kata yang digunakan untuk menandai serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya adalah belajar pada siswa, serta mencoba mengelompokkan metode dengan memperhatikan dasar penggunaan metode tersebut. Pengelompokan yang dimaksud meliputi. 1. Berdasarkan alat yang digunakan

2. Berdasarkan pendekatan kenyataan masyarakat 3. Berdasarkan pengorganisasian bahan

4. Berdasarkan tujuan guru 5. Berdasarkan tujuan siswa

6. Berdasarkan hubungan guru-siswa 7. Berdasarkan hubungan siswa-siswa 8. Berdasarkat tingkat partisipasi siwa 9. Berdasarkan tingkat kebebasan berpikir 10. Berdasarkan cara penilaian

11. Berdasarkan indera pisik 12. Berdasarkan teori-teori belajar

13. Berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan.

Hamruni (2011: 7) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Metode mengajar berarti cara yang dioptimalkan oleh guru dalam situasi dan kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(25)

8

Sri Anita (Ahmad Susanto, 2014: 53) mengemukakan bahwa metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar. Sementara Wina Sanjaya (2006: 159) menjelaskan bahwa sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.

Metode simulasi memiliki prinsip tersendiri. Adapun prinsip-prinsip simulasi menurut Hasbin dan Moejiono (dalam Tukiran dan Sri Harmianto 2011: 41) adalah:

1. Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda

2. Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing 3. Peranan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,

dibicarakan oleh siswa dan guru

4. Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu

5. Dalam simulasi seyogianya dapat dicai tiga domain psikis 6. Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap 7. Hendaknya diusahakan terintegrasikannya beberapa ilmu.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi

Para ahli merumuskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam simulasi agar simulasi berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Hasbin dan Moejiono (dalam Tukiran dan Sri Harmianto 2011: 41) yaitu:


(26)

9 a. Penentuan topik dan tujuan simulasi

b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimpulkan

c. Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat, dan sebagainya d. Pemilihan pemegang peranan

e. Guru memberikan keterangan tentang peranan yang akan dilakukan f. Guru memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada

kelompok dan pemegang peranan

g. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi h. Pelaksanaan simulasi

i. Evaluasi dan pemberian balikan j. Latihan ulang

Zainal Aqib (2013: 111-112) juga menjelaskan bahwa metode simulasi perlu memerhatikan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengidentifikasikan lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya.

b. Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kegiatan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengoordinasikan keterampilan-keterampilan.

c. Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.

d. Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya. Sejalan dengan itu Ahmad Susanto (2014: 55) menegaskan bahwa langkah-langkah yang semestinya perlu dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode simulasi antara lain sebagai berikut:


(27)

10

a. Tahap orientasi yaitu menentukan tema, pada langkah pertama ini guru menjelaskan tema yang akan digarap, konsep yang akan ditanamkan dalam simulasi.

b. Merumuskan nilai-nilai yang akan didiskusikan. Penentuan nilai-nilai yang akan didiskusikan dapat dibicarakan dengan para siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru menjelaskan nilai-nilai yang akan digunakan dalam simulasi yang akan digunakan. c. Menyiapkan alat peraga (perlengkapan) simulasi berupa; Beberan

(Captian), Alat penentu langkah (misalnya dadu), Kartu pesan.

d. Merumuskan tata tertib, guru menerapkan skenario dan memberikan penjelasan tentang aturan permainan. Guru mengorganisasi siswa ke dalam berbagai variasi aturan dan mempersingkat pelaksanaan untuk meyakinkan siswa dalam memahami setiap arah dan menggunakan aturan-aturan yang ada.

e. Menentukan peran/kelompok, guru dalam permainan ini bertindak sebagai fasilitator, kemudian guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok ditentukan atau ditunjuk ada sebagai moderator, seketaris dan anggota.

Dari beberapa langkah-langkah atau tahap-tahap simulasi menurut para ahli, maka langkah-langkah atau tahap-tahap yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap Persiapan

a) Menyampaikan topik permasalahan b) Menjelaskan langkah-langkah simulasi


(28)

11

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok d) Membagi pemegang peran

e) Guru menjelaskan tentang peran yang akan disimulasikan 2. Tahap pelaksanaan simulasi

a) Melaksanakan simulasi sesuai dengan kelompok masing-masing b) Memperoleh umpanbalik dan evaluasi

c) Melanjutkan simulasi 3. Tahap penutup

a) Memberikan penjelasan ringkasan kejadian pada saat simulasi b) Menganalisis pelaksanaan metode simulasi

c) Menghubungkan pelaksanaan simulasi dengan kegiatan pembelajaran

d) Membandingkan simulasi dengan kehidupan nyata e) Melakukan latihan penerapannya.

B. Tinjauan tentang Hasil Belajar IPS 1. Pengertian IPS

Sumantri mengemukakan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan seleksi dari ilmu-ilmu sosial dan humainora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan yang memajukan bangasa (Sapriya, 2009: 11). Waterworth (Ahmad Susanto, 2014: 37) juga mengemukakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran sangat strategis dalam usaha pembentukan warga negara yang baik dan andal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.


(29)

12

Dengan beberapa pendapat di atas maka diharapkan melalui pelajaran IPS, siswa dapat terampil dalam menghadapi masalah-masalah sosial serta membentuk warga negara yang baik.

2. Tujuan dan fungsi IPS

Tujuan Pembelajaran IPS di SD menurut kurikulum 2006 atau KTSP, tujuan pendidikan IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sementara itu Mutaqin mengatakan bahwa tujuan utama mengajar IPS pada peserta didik adalah menjadi warga negara yang baik, melatih kemampuan berpikir matang untuk menghadapi permasalahan sosial dan agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Ahmad Susanto, 2014: 31-34).


(30)

13

Tujuan IPS adalah sama halnya dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Ranah kognitif dalam tujuan IPS adalah untuk melatih siswa berfikir kritis tentang hal-hal manusia dan dunianya dengan penalaran supaya dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat.

2. Tujuan afektif adah menolong siswa dalam bersikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan, seperti menghargai martabat manusia dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Lebih lagi nilai dan sikap terhadap negara dan bangsa.

3. Tujuan keterampilan (psikomotor) yang dapat diraih dalam pengajaran IPS adalah sangat luas, diantaranya bahwa dalam pengajaran IPS keterampilan yang dapat dipakai untuk menangani gejala-gejala sosial yang berdasarkan fakta, konsep, generalisasi, penjelasan dan teori (Djodjo Suradisastra dkk, 1991: 7-8).

Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk memberi bekal bagi siswa melaui pendidikan, yang bertujuan untuk mendidik siswa dalam menggali berbagai bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

Dengan menggunakan metode simulasi diharapkan siswa dapat terampil dalam menyelesaikan masalah sosial


(31)

14

secara kritis dengan berbagai pertimbangan norma-norma yang berlaku.

3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup materi pelajaran dalam penelitian ini adalah materi IPS kelas V. Materi pelajara IPS ini berdasarkan kurikulum KTSP. Kompetensi dasarnya (KD) adalah mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya. Dalam proses pembelajaran IPS jarang menggunakan metode simulasi, peneliti berminat untuk mengujicobakannya dengan harapan agar pembelajaran IPS lebih bermakna khususnya ketika siswa menghadapi masalah-masalah sosial di masyarakat. 4. Hasil Belajar IPS

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang didasarkan pada pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Syaiful Bahri Djamarah, 2010:12). Senada dengan itu Wina Sanjaya (2006: 107) juga mengemukakan pendapat belajar adalah proses berpikir dalam menemukan pengetahuan dimana menekankan pada proses mencari baik dari berbagai pengalaman maupun interaksi antara individu dengan pengetahuan.


(32)

15

Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu katagori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara katagori-katagori Gagne (Purwanto, 2009: 42). Ahman Susanto (2014:1) juga menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran. Purwanto (2009: 44) juga menjelaskan bahwa hasil belajar digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: (a) pengetahuan dan pengertian (kognitif), (b) keterampilan dan kebiasaan (skill) dan (c) sikap dan cita-cita (afektif) Ahmad Susanto (1: 2014). Dalam ranah kognitif terdapat enam tingkatan hasil belajar dikemukakan oleh Bloom kemudian sekelompok psikolog pendidikan memperbaharui pengetahuan dalam dimensi proses kognitif yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), membuat (C6), adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Mengingat (C1). Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka penjang.


(33)

16

2. Memahami (C2). Membangun makna instruksi yang meliputi menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

3. Menerapkan (C3). Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.

4. Menganalisis (C4). Memecahkan materi menjadi beberapa bagian dan menentukan cara bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dengan struktur keseluruhan atau tujuan.

5. Mengevaluasi (C5). Membuat penilain berdasarkan kriteria dan standar.

6. Membuat (C6). Memasukkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional, mengorganisasi kembali unsur ke pola atau struktur baru Anderson dan Krathwohl (John W. Santrock 128).

Sejalan dengan pengertian hasil belajar secara kognitif maka hasil belajar seca afektif merupakan yang terkait dengan respons emosional terhadap tugas, terdiri dari lima taksonom yaitu menerima, menanggapi, menghargai, mengorganisasi dan menilai karakteristik, dapat dijelaskan sebagai beriku:

1. Menerima. Siswa menjadi sadar atau menyadari sesuatu di sekitar lingkungan.

2. Menanggapi. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar dan menampilkan perilaku baru sebagai hasil pengalaman.


(34)

17

3. Menghargai. Siswa terlibat secara mendalam, atau berkomitmen untuk beberapa pengalaman.

4. Mengorganisasi. Siswa mengintegrasikan nilai baru ke pengaturan yang sudah ada nilainya dan memberikan prioritas yang tepat.

5. Menilai karakteristik. Siswa bertindak sesuai dengan nilai baru dan berkomitmen kuat untuk hal tersebut Krathwohl, Bloom, Masia (John W. Santrock 127).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah untuk mengetahui ketercapaan tujuan dalam proses pembelajaran serta guru bisa mendapatkan informasi tentang sejauh mana kemajuan peserta didik dan pengaruh metode pembelajaran yang diterapkan.

C. Tinjauan tentang Karakteristik Anak SD

Tahap perkembangan berfikir individu menurut Piaget melalui empat stadium, yaitu :

1. Sensorimotorik (0-2 tahun) 2. Praoperasional (2-7 tahun)

3. Operational Kongkrit (7-11 tahun) 4. Operasional Formal (12-15 tahun)

Pada umumnya anak Sekolah Dasar di Indonesia mulai masuk sekolah pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak Sekolah Dasar bervariasi antara 6-12 tahun.


(35)

18

Karakteristik dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak Imam Suyitno (2011:167). Menurut Syaiful Bahri (2005:15) karakteristik masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki beberapa sifat khas anak-anak yaitu sebagai berikut:

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membanding-bandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolkan faktor-faktor.

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

e) Anak-anak pada masa ini gemar bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

Dari penjelesan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik usia SD yaitu usia 6 atau 7 tahun sampai dengan 11 atau 12 tahun. Masa usia tersebut di sekolah dasar dibagi ke dua fase yaitu kelas rendah usia 6-8 tahun dan kelas tinggi usia 9-11 tahun. Dalam permasalahan penelitian ini peneliti menggunakan kelas tinggi yaitu kelas V yang berumur sekitar 9-11 tahun yang masuk dalam fase operasional konkrit, dalam fase ini anak masih gemar


(36)

19

bermain sehingga metode simulasi merupakan salah satu metode yang tepat untuk dipilih dalam kegian mengajar khususnya Mata Pelajaran IPS. Di dalam metode simulasi terdapat beberapa permain yang sudah di rancang oleh guru sehingga mereka lebih aktif dan memiliki pengalaman baru yang bermakna. Siswa pada operasional konkret juga sudah bisa berpikir logis dan bisa menarik kesimpulan melalui pengalaman dan pengamatan.

D. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir dapat dikemukakan sebagai berikut. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib di pelajai oleh siswa sekolah dasar, diharapkan melalui pelajaran IPS akan membentuk warga negara Indonesia yang berwawasan kebangsaan. Hasil belajar IPS diukur menggunakan tes kognitif dan afektif. Tes kognitif yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4). Siswa diberikan soal tentang informasi yang telah mereka dapatkan baik berupa hafalan dan pengamatan kemudian akan di uji dalam mensimulasikannya sehingga dapat mengetahui berapa jauh pengetetahuannya yang telah dipahami selama proses pembelajaran berlangsung.

Metode yang digunakan memiliki peran yang cukup besar antara lain sebagai berikut:


(37)

20

1. Dalam pembelajaran memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mengelami keterlibatan lansung dalam memecahkan masalah.

2. Kegiatan berfikir yang akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dan akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru.

Metode simulasi sebagai salah satu metode yang dapat diguanakan karena metode tersebut melatih siswa untuk keterlibatan langsung dalam menghadapi masalah sosial yang ada di masyarakat. Metode simulasi dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPS menjadi lebih bermakna, dan menciptakan siswa menjadi lebih terampil dan kritis dalam memecahkan masalah dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Kegiatan belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh. Metode simulasi diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS. Dengan demikian, pengaruh pengunaan metode simulasi terhadap hasil belajar IPS dapat digambarkan dengan kerangka berikut:

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis penelitian yang diajukan Hasil Belajar IPS Metode Simulasi


(38)

21

sebagai berikut. Ada pengaruh positif metode simulasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Bakalan.

F. Definisi Operasional 1. Metode simulasi

Metode simulasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara belajar yang melibatkan siswa secara langsung untuk memerankan peristiwa tentang “Perjuangan Para Tokoh Pejuang dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”.

2. Hasil belajar IPS

Hasi belajar yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah ranah kognitif dan afektif. Dalam ranah kognitif hanya akan digunakan empat tingkatan hasil belajar yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4). Pada ranah afektif terdap lima taksonom yang digunakan yaitu menerima, menanggapi dan menghargai.


(39)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan desain pre-eksperimen yang berbentuk Quasi Eksperimental Design. Quasi Eksperimental Design merupakann desain eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengkontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretest-posttest control group. Pretest-posttest control group adalah desain eksperimen dengan kelompok yang dibagi menjadi dua dipilih secara random, lalu diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda dengan kelompok kontrol secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-(O4-O3) (Sugiyono, 2011: 76). Hal yang diuji adalah perbedaan O2 dengan O4. Jika terdapat perbedaan di mana O2 lebih besar dari O4. Jika terdapat perbedaan di mana O2 lebih besar dari O4 maka metode simulasi berkontribusi positif terhadap hasil belajar IPS kelas V SD, dan bila O2 lebih kecil dari pada O4 maka berkontribusi negatif (Sugiyono, 2009: 223).


(40)

23

Gambar 1. Pretest-postest Control Group Design Keterangan:

X = treatment yang diberikan (variabel independen) O1 = nilai pretest kelompok eksperimen

O2= nilai postest kelompok eksperimen (setelah diberi treatment) O3 = nilai pretest kelompok kontrol

O4= nilai postest kelompok kontrol (tidak diberi treatment)

Penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelas eksperimen merupakan kelas yang mengunakan metode simulasi di saat proses pembelajaran berlangsung dan kelas kontrol merupakan kelas dalam proses belajar mengajarnya menggunakan metode konvensional atau biasa. Kemudian diberi pre test kepada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok kontrol dan eksperimen.

B. Variabel Penelitian

Variabel atau fokus penelitian memegang peran penting dalam penelitian kuantitatif untuk di amati. Variabel sebagai gejala yang bervariasi disebabkan karena variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti Punaji Setyosari (2010, 108).

O1

X

O2


(41)

24

Variabel penelitian dapat dibedakan menjadi lima yaitu Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator, Variabel Intervening, Variabel KontrolSugiyono (2003:39-42). Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus karena dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas tersebut.

a. Variabel bebas (X) : metode simulasi b. Variabel terikat (Y) : hasil belajar IPS C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester III SD Bakalan tahun ajaran 2015/2016. Kelas ini terdiri dua kelompok paralel, yaitu VA dan VB. Kelas VA terdiri dari 28 siswa, dan kelas VB 29 siswa.

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Eksperimen Kuasi

Sumber: Daftar Siswa Kelas V SD Bakalan

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, terbukti bahwa kelas V A yang berjumlah 28 siswa belum memcukupi nilai KKM pada mata pelajaran IPS, sehingga peneliti memilih kelas V A sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode simulasi, No Kelas Jumlah Keterangan

1 V A 28 Kelas Eksperimen


(42)

25

dan kelas V B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional atau biasa.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Bakalan yang terletak di Desa Sewon Yogyakarta. Alasan peneliti mengadakan penelitian di sekolah tersebut karena sekolah masih jarang menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran IPS untuk kelas V.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data, yaitu sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan daftar nilai ulangan tengah semester siswa kelas V, dan nilai ulangan harian siswa sesudah penelitian.

b. Tes

Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang berupa latihan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes digunakan peneliti untuk mengungkapkan hasil belajar siswa sesudah memberi perlakuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah a. Dokumen

Daftar nilai sesudah penelitian merupakan dokumen yang dipergunakan oleh peneliti. Dokumen yang berupa hasi belajar


(43)

26

dianalisis untuk mengetahui kontribusi metode simulasi dalam pembelajaran IPS.

b. Tes

Tes merupakan prosedur atau alat-alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu dalam suasana yang telah ditentukan, dan dengan cara serta aturan-aturan yang sudah ditentukan (Sugihartono dkk, 2014: 141). Instrumen tes hasil belajar IPS ini berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Beberapa tahap yang dilakukan peneliti dalam penyusunan tes objektif pilihan ganda, yaitu:

1) Penyusunan spesifikasi tes

Penyusunan tes disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Tes disusun berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Berdasarkan tabel tes spesifikasi tes tersusun 20 butir soal. Materi tes disesuaikan dengan materi IPS siswa kelas V disesuaikan pula dengan kurikulum yaitu Kurikulum 2013 dengan tema sejarah peradaban di Indonesia.

2) Menyusun tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kurikulum KTSP. Standar kompetensi (SK) adalah menghargai peranan tokoh pejuan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kompetensi dasarnya (KD) adalah menghargai


(44)

27

perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenal peristiwa-peristiwa di daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini kisi-kisi instrumen tes hasil belajar kognitif dan afektif yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. Kisi-kisi butir soal hasil belajar kognitif

No Indikator Level kognitif No item Jumlah item 1 Menyebutkan

pahlawan-pahlawan yang berjasa melawan sekutu dan tanggal terjadinya peristiwa mempertahankan kemerdekaan.

C1 1,2,3,4,5 5

Mendeskripsikan dapak atau pengaruh bagi masyarakat dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di daerah untuk mempertahankan kemerdekaan.

C2 6,7,8,9,10 5

Mengemukakan gagasan atau pendapat tentang peristiwa-peristiwa di daerah dalam mempertahankan kemerdekaan.

C3 11,12,13, 14,15 5 Menganalisis tentang kedatangan sekutu dan perlawanan-perlawanan terhadap sekutu.

C4 16, 17, 18, 19, 20


(45)

28 G. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Irawati, 2011: 56). Validitas yang digunakan termasuk ke dalam validitas isi (content validity). Validitas isi yaitu derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Validitas isi ditentukan melalui pertimbangan (judgement) para ahli/pakar (Sukardi, 2013: 122-123). Uji validitas butir-butir instrumen dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli, uji coba, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda (Sugiyono, 2011: 129).

Setelah dikonsultasikan kemudian instrumen diuji cobakan ke sekolah yang memiliki kemampuan yang setara yaitu SD N Cepit. Untuk mengukur valititas tes digunakan rumus korelasi poin berserial (poin berserial corelation) sebagai berikut:

= �− √ ⁄

Keterangan:

r p bis : Koefisien korelasi point bersial

Mp : Mean skor subjek yang menjawab benar MT : Maen sekor total

ST : Standar deviasi skor total

P : Proporsi siswa yang menjawab benar q : 1-p


(46)

29 a. Uji validitas instrumen

Suharsimi Arikunto (Irawati, 2011: 56) suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas yang digunakan untuk menganalisis item menggunakan rumus korelasi point biserial karena butir soal yang digunakan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan penilaian benar dan salah.

Apabila telah diperoleh harga r p bis, selanjutnya dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan taraf signifikan 5% untuk mengetahui butir-butir yang valid dan tidak valid. Butir soal yang dinyatakan valid apabila r p bis > r tabel (r hitung > r tabel). Untuk taraf signifikan 5% dengan N = 51 diperoleh r tabel sebesar 0,297 (Suharsimi Arikunto 2010:402).

Setelah diujicobakan pada 51 responden dan dilakukan perhitungan dengan program microsoft excel dapat diketahui dari hasil perhitungan bahwa butir yang valid ada 11 butir, dan yang tidak valid karena r hitung lebih kecil dari r tabel ada 9 butir.

Adapun proses validasi instrumen yang di lakukan oleh peneliti yaitu dosen pembimbing mengevaluasi instrumen, dengan melihat ketepatan dan kesesuaian instrumen dengan indikator, kemudian instrumen diujicobakan di sekolah yang setara dengan SD Bakalan Yogyakarta yaitu SD Cepit


(47)

30

Yogyakarta. Untuk rincian butir item soal yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen

Sumeber: Data primer yang diolah b. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, apabila tes yang dibuat dapat mengukur aspek yang akan diukur secara beberapa kali dan hasilnya tetap sama atau relatif sama (Nana Syaodih Sukmadinata 2010: 229-230). Reliabilitas instrumen

Indikator No Soal Valid Tidak Valid Menyebutkan

pahlawan-pahlawan yang berjasa melawan sekutu dan tanggal terjadinya peristiwa

mempertahankan kemerdekaan.

1, 2, 3, 4, 5

1, 2, 4, 5 3

Mendeskripsikan dapak atau pengaruh bagi masyarakat dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di daerah untuk mempertahankan

kemerdekaan.

6, 7, 8, 9, 10

6, 7 8, 9, 10

Mengemukakan gagasan atau pendapat tentang peristiwa-peristiwa di daerah dalam

mempertahankan kemerdekaan.

11, 12, 13, 14, 15

11, 13, 14 12, 15

Menganalisis tentang kedatangan sekutu dan perlawanan-perlawanan terhadap sekutu.

16, 17, 18, 19, 20


(48)

31

dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik dan dapat dipecaya serta diandalkan Suharsimi Arikunto (2010: 221). Dengan demikian semakin reliabel suatu tes dan memiliki persyaratan maka dapat terbuktikan bahwa hasil suatu tes mumpunyai hasil yang sama ketika dilakukan kembali dan konsisten.

Ada beberapa metode pengujian reliabelitas, diantaranya metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman-Brown,formula Rulon, formula Flanagan, Cranbach Alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt (Suharsimi Arikunto, 2010: 223).

Sesuai dengan metode pengukuran dan instrumen yang digunakan, maka untuk mengetahui besarnya koefesien reliabilitas bentuk sola pilihan ganda digunakan teknik KR-20. Digunakan rumus ini karena skor instrumen merupakan skor 1 dan 0 (Suharsima Arikunto, 2010: 234). Adapun rumus KR-20 adalah sebagai berikut:

= [� − ] [� �− ∑� ]

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen k : Jumlah butir pernyataan Vt : Varians total

P : Proporsi subjek yang menjawab benar pada sesuai butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)


(49)

32

q : � �

= − (Suharsimi Arikunto, 2010: 231).

Koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5% maka butir tersebut dinyatakan reliabel dan sebaliknya jika koefesian alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5%, maka soal tersebut dinyatakan tidak reliabel. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan dapat digunakan kriteria Guilford, yaitu:

a. < 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan b. 0,20 - < 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)

c. 0,40 - < 0,70 : Hubungan yang cukup erat d. 0,70 - < 0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)

e. 0,90 - < 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) f. 1,00 : Hubunga yang sempurna

(Wilda Mutiara Kafa, 2012:67).

Setelah dilakukan dengan bantuan komputer program uji reliabilitas KR-20, maka hasil reliabilitas butir dari variabel hasil belajar didapat reliabilitas KR-20 sebesar 0,286. Kemudian dikonsultasikan dengan tabel korelasi product moment dengan N sebanyak 51 pada taraf signifikan 5% ternyata reliabilitas hitungan lebih besar dibandingkan dengan r kritik dalam tabel 0,297. Dengan demikian apabila dikoefisiankan maka korelasi tersebut termasuk kedalam katagori sempurna.


(50)

33 H. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam statistik inferensial. Statistik inferensial adalah statisik yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (penarikan kesimpulan) dari data yang telah dicatat dan diringkas (Singgih Santoso, 2014: 1). Statistik inferensial dapat menggunakan dua metode, yaitu statistik parametris dan non parametris. Peneliti menggunakan statistik parametris. Statistik parametris memiliki ciri, yaitu: 1) data berdistribusi normal, 2) tipe data nominal atau ordinal (Singgih Santoso, 2014: 4).

Sebelum menggunakan statistik inferensial, statistik deskriptif digunakan terlebih dahulu sebagai pengantar. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskriptif data ini adalah membuat rangkuman distribusi data pre test dan post test dari hasil statistik deskriptif dan membandingkan mean atau rerata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah diberi treatment dengan menggunakan metode simulasi di bantu program SPSS 15 for windows.

2. Uji Persyaratan Analisis

Dalam penelitian ini uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas. Sedangkan uji linearitas pada penelitian ini tidak digunakan karena hanya ada satu data yang dihasilkan setelah dilakukan penelitian yaitu hasil belajar.


(51)

34 a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data mengikuti sebaran baku normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah uji statistik one-sample Kolmogorov-Smirnov tes. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows.

Kriteria yang digunakan jika KuantitatifD hasil perhitungan lebih kecil dari KD tabel atau nilai sig lebih besar dari 0,05, maka dinyatakan seberan datanya berdistribusi normal. Sedangkan apabila KD hasil perhitungan lebih besar dari KD tabel, atau nilai sig lebih kecil dari 0,05, maka sebaran datanya berdistribusi tidak normal (Wilda Mutiara Kafa, 2012: 69).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kelompok data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Suharsimi Arikunto (2010:363-364) mengemukakan bahwa uji homogenitas menjadi sangat penting apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta penelitian yang data penelitinya diambil dari kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi.

Kriteria yang digunakan dalam pengujian homogenitas adalah apibila uji leneni lebih kecil dari pada


(52)

35

nilai tabel, atau nilai sig lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa populasi dalam kelompok bersifat homogen atau memiliki kesamaan dan sebaliknya.

3. Uji Hipotesis

a. Uji t independent

Jika data hasil penelitian telah memenuhi persyaratan, maka dapat diadakan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis penelitian ini merupakan uji hipotesis komparatif. Uji hipotesis komparatif merupakan uji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan atau pun dengan keadaan variabel yang terdiri dari dua sampel atau lebih (Sugiyono, 2007: 209).

Jika distribusinya mendekati distribusi normal maka uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z (Singgih Santoso, 2014: 131). Jika distribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis menggunakan dua teknik yaitu teknik Wilcoxon dan Mann-Whitney. Uji Wilcoxon bertujuan untuk menguji hipotesis dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2007: 131). Uji hipotesis ini digunakan untuk menguji beda pre test dan post test di masing-masing kelas. Uji Mann-Whitney untuk menguji hipotesis dua sampel bebas (tidak bergantung satu sama lain) jika data termasuk statistik nonparametrik (Singgi


(53)

36

Santoso, 2014: 104-105). Uji hipotesis ini digunakan untuk menguji beda kelas saat pre test maupun post test. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

� = −

√(∑ ++ ∑− ) +

Keterangan:

M = nilai rata-rata hasil per kelompok N = banyaknya subjek

x = deviasi setiap nilai x2 dan x1 y = deviasi setiap nilai y2 dari mean Y1

Data hasil belajar kategori nilai pre test-post test kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan data kuantitatif dari mean yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam data kuantitatif skala 5 menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Klasifikasi

X > �̅i + 1,8 x sbi Sangat Baik

�̅i + 0,6 x sbi < X ≤ �̅i + 1,8 xsbi Baik

�̅i – 0,6 x sbi< X ≤ �̅i + 0,6 x sbi Cukup

�̅i -1,8 x sbi < X ≤�̅i – 0,6 x sbi Kurang X ≤ �̅i– 1,8 x sbi Sangat Kurang (Eko Putro Widoyoko, 2010: 238)

Keterangan:

�̅i (Rerata ideal) = ⁄ (skor maksimum ideal + skor minimum ideal).

Sbi (Simpangan baku ideal) = ⁄6 (skor maksimum ideal – skor minimum ideal).


(54)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Pelaksanaan penelitian dilakasanakan pada bulan Mei 2015 di SD Bakalan Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Yogyakarta, pada kelas VA dan VB. Pada pelaksanaan penelitian , jumlah waktu dalam proses pembelajaran yang diberikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama yaitu 3 kali pertemuan atau 6 jam pembelajaran. Materi yang digunakan dalam penelitian ini juga sama yaitu Perjuangan Para Tokoh Pejuang Dalam Mempertahankan Indonesia.

Kelas VA dan VB diajarkan oleh guru yang berbeda namun memiliki kemampun sama atau setara. Kedua kelas tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama baik dari hal jumlah, usia, serta kemampuan, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kelas unggulan maupun kelas biasa.

Adapun rincian jumlah siswa kedua kelas tersebut sebagai berikut: Tabel 5. Daftar Siswa Kelas V SD Bakalan.

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. V A (eksperimen) 13 15 28

2. VB (kontrol) 19 10 29

Sumber: Daftar Siswa Kelas V SD Bakalan

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa ada keseimbangan berdasarkan jenis kelamin antara kelas VA dan VB. Pembagian tersebut


(55)

38

merupakan strategi dari pihak sekolah agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif.

Penelitian ini merupakan quasi eksperimental yang menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen dalam pembelajaran IPS menggunakan metode simulasi, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan metode konvensional atau ceramah bervariasi. Selanjutnya masing-masing kelas diberikan pre test dan pos test. Pre test dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal, dan post test dilakukan setelah diberikan perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar.

B. Deskripsi Data Hasil penelitian

Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu meliputi data hasil belajar pre test dan post test siswa kelas eksperimen dan data hasil belajar pre test dan post test kelas kontrol. Masing-masing data adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Pre Test

a. Data Pre Test Siswa Kelas Eksperimen

Pre test diberikan pada kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, peneliti bertujuan untuk dapat membandingkan apakah pemberian sebelum proses pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.


(56)

39

Soal tes yang diberikan sebanyak 11 butir (seluruh butir soal digunakan setalah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas instrumen) menjadi deskripsi data hasil penelitian. Jumlah skor diperoleh dari pre test sebesar (144). Data penelitian dianalisis dengan skor tertinggi sebesar (9), skor terendah sebesar (2), mean sebesar (5,07), median sebesar (5), modus sebesar (4), dan standar deviasi (1,95). Data tersebut membuktikan bahwa hasil belajar kemampuan awal siswa masih rendah.

Distribusi frekuensi pre test siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6.

Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Eksperimen

Sumber: Data primer yang diolah Pretes A

2 7,1 7,1 7,1

4 14,3 14,3 21,4

5 17,9 17,9 39,3

5 17,9 17,9 57,1

6 21,4 21,4 78,6

4 14,3 14,3 92,9

1 3,6 3,6 96,4

1 3,6 3,6 100,0

28 100,0 100,0 2,00

3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cum ulative Percent


(57)

40

Tabel 7. Ketegori Nilai Pre Test Kelas Eksperimen

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 X > 8,27 Sangat tinggi 1 3,6

2 6,13 < X ≤ 8,27 Tinggi 5 17,8

3 4,01 < X ≤ 6,13 Sedang 11 39,3

4 1,86 < X ≤ 4,01 Rendah 11 39,3

5 X ≤ 1,86 Sangat rendah 0 0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai pre test hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kategori sangat tinggi sebanyak 1 siswa (2,6 %), tinggi sebanyak 5 siswa (17,9%), sedang sebanyak 11 siswa (39,3%) dan pada skor rendah sebanyak 11 siswa (39,3%). Sedangkan rerata skor pre test kelompok eksperimen sebesar 5,07 masuk dalam kategori sedang. Hal ini dikerenakan perhitungan skor rerata berada pada skor capain 4,01 < X ≤ 6,13.

Berdasarkan distribusi frekuansi hasil belajar siswa pre test kelas eksperimen, dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut:

Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Pre Test Kelas Eksperimen

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


(58)

41 b. Data Pre Test Siswa Kelas Kontrol

Pre test diberikan pada kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pemberian treatment, bertujuan untuk peneliti dapat membandingkan apakah pemberian sebelum treatment dan sesudah pemberian treatment berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.

Soal tes yang diberikan sebanyak 11 butir (seluruh butir soal digunakan setalah melalui tahap perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen) menjadi deskripsi data hasil penelitian. Jumlah skor diperoleh dari pre test sebesar (141). Data penelitian dianalisis dengan skor tertinggi sebesar (9), skor terendah sebesar (2), mean sebesar (5,07), median sebesar (5), modus sebesar (6), dan standar deviasi (1,78). Data tersebut membuktikan bahwa hasil belajar kemampuan awal siswa masih rendah karena rata-rata siswa dapat menjawab hanya sebesar (4,86).

Distribusi frekuensi pre test siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pre Test Siswa Kelas Kontrol

Sumber: Data primer yang diolah Pretes B

4 13,8 13,8 13,8

4 13,8 13,8 27,6

6 20,7 20,7 48,3

3 10,3 10,3 58,6

5 17,2 17,2 75,9

5 17,2 17,2 93,1

1 3,4 3,4 96,6

1 3,4 3,4 100,0

29 100,0 100,0 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(59)

42

Tabel 9. Kategori Nilai Pre Test Kelas Kontrol

No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 X > 8,37 Sangat tinggi 1 3,5

2 6,03 < X ≤ 8,37 Tinggi 6 20,7

3 3,69 < X ≤ 6,03 Sedang 14 48,3

4 1,35 < X ≤ 3,69 Rendah 8 27,5

5 X ≤ 1,35 Sangat rendah 0 0

Jumlah 29 100

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pre test eksperimen dengan kategori sangat tinggi sebanyak 1 siswa (3,5%), tinggi sebanyak 6 siswa (20,7%), sedang sebanyak 14 siswa (48,3%) dan rendah sebanyak 8 siswa (27,5%). Sedangkan skor rata-rata pre test kelompok kontrol sebesar 4,86 masuk dalam kategori sedang. Hal ini dikerenakan perhitungan skor rerata berada pada skor capaian 3,96 < X ≤ 6,03.

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil belajar siswa pre test kelas kontrol, dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut:

Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Pre Test Kelas Kontrol

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(60)

43

Berdasarkan hasil pre test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka skor yang diperoleh pada kelompok eksperimen adalah 4,86, sedangkan skor yang diperoleh pada kelompok kontrol adalah 5,07. Perbandingan skor pre test tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 10.

Perbandingan Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok N Mean

Pre Test Eksperimen 29 5,07

Pre Test Kontrol 28 4,86

Dapat disimpulkan bahwa hasil pre test kedua kelompok menunjukkan selisih perbedaan pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah 0,21. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang sama. Skor tersebut jika disajikan dalam histogram adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Histogram Perbandingan Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Konrol

4,75 4,8 4,85 4,9 4,95 5 5,05 5,1

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


(61)

44

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Post Test

a. Data Post Test Siswa Kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) dengan mata pelajaran IPS. Pada kelas kontrol tidak menggunakan model pembelajaran seperti di kelas eksperimen. Guru menjelaskan materi tentang perjuangan kemerdekaan kemudian, siswa merangkum hasil materi yang telah dijelaskan oleh guru serta siswa yang ditunjuk oleh guru untuk membaca hasil rangkumannya kedepan kelas.

Pada proses pembelajaran siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru, metode pembelajaran yang diberikan sama dengan metode pembelajaran sebelumnya. Hal tersebut terbukti pada saat tes akhir pertemuan nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Soal tes yang diberikan sebanyak 11 butir (seluruh butir soal digunakan setalah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas instrumen) menjadi deskripsi data hasil penelitian. Jumlah skor diperoleh dari post test sebesar (176). Data penelitian dianalisis dengan skor tertinggi sebesar (9), skor terendah sebesar (2), mean sebesar (6,17), median sebesar (6), modus sebesar (6), dan standar deviasi (1,22). Berikut data hasil belajar dari post test kelompok kontrol:


(62)

45

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Post Tes Siswa Kelas Kontrol

Sumber: Data primer yang diolah

Pengkatagorian nilai post test kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Kategori Nilai Post Test Kelas Kontrol

No Skor Keterangan Frekuensi Presentasi

1 X > 9,73 Sangat tinggi 0 0

2 7,00 < X ≤ 9,73 Tinggi 7 24,1

3 6,79 < X ≤ 7,00 Sedang 5 17,3

4 5,33 < X ≤ 6,79 Rendah 5 17,3

5 X ≤ 5,33 Sangat rendah 12 41,3

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar post test kelas kontrol dengan katagori tinggi sebanyak 7 siswa (24,1%), sedang sebanyak 5 siswa (17,3%), dan sangat rendah sebanyak 12 siswa (41,3%). Sedang rerata data skor post test kelompok kontrol adalah 6,17 termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dikeranakan perhitungan skor rerata berada pada skor capain 5,33 < X ≤ 6,71.

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil belajar siswa post test kelas kontrol, dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut:

Pretes B

4 13,8 13,8 13,8

4 13,8 13,8 27,6

6 20,7 20,7 48,3

3 10,3 10,3 58,6

5 17,2 17,2 75,9

5 17,2 17,2 93,1

1 3,4 3,4 96,6

1 3,4 3,4 100,0

29 100,0 100,0 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(63)

46

Gambar 5.

Histogram hasil belajar post test kelompok kontrol

b. Data Post Test Siswa Kelas Eksperimen

Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode simulasi dengan mata pelajaran IPS. Siswa di bagi menjadi 3 kelompok besar dan memiliki peran masing-masing, guru menyampaikan pokok pembahasan materi yang akan dibahas kemudian mengajak semua siswa untuk nonton video bersama tentang perjuangan kemerdekaan.

Pada kelompok eksperimen siswa terlihat antusias dalam mengikuti kegitan pembelajaran karena setiap anggota kelompok memiliki tugas untuk mendiskusikan materi yang telah ditentukan dan masing-masing anggota kelompok memiliki tugas untuk memerankan sesuai dengan tokoh yang telah ditentukan. Hal tersebut terbukti pada tes akhir pertemuan nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

0 2 4 6 8 10 12 14

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(64)

47

Soal tes yang diberikan sebanyak 11 butir (seluruh butir soal digunakan setalah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas instrumen) menjadi deskripsi data hasil penelitian. Jumlah skor diperoleh dari pos test sebesar (219). Data penelitian dianalisis dengan skor tertinggi sebesar (9), skor terendah sebesar (2), mean sebesar (7,78), median sebesar (8), modus sebesar (7), dan standar deviasi (1,43). Berikut data hasil belajar dari kelompok eksperimen.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen

Sumber: Data primer yang diolah

Pengkategorian nilai post test kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Kategori Nilai Post Test Kelas Eksperimen No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 X > 10,34 Sangat tinggi 1 3,5

2 8,63 < X ≤ 10,35 Tinggi 7 25

3 6,92 < X ≤ 8,63 Sedang 14 50

4 5,20 < X ≤ 6, 92 Rendah 6 21,5

5 X ≤ 5,20 Sangat rendah 0 0

Jumlah 28 100

Berdasarkan tebel di atas maka dapat disimpulakan bahwa hasil belajar post test kelas eksperimen dengan kategori sangat tinggi sebanyak 1 siswa (3,5%), tinggi sebanyak 7 siswa (25%), sedang

Postes A

6 21,4 21,4 21,4

7 25,0 25,0 46,4

7 25,0 25,0 71,4

4 14,3 14,3 85,7

3 10,7 10,7 96,4

1 3,6 3,6 100,0

28 100,0 100,0 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cum ulative Percent


(65)

48

sebanyak 14 siswa (50%), rendah sebanyak 6 siswa (21,5%). Skor rerata post test kelompok eksperimen sebesar 7,78 termasuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil belajar siswa post test kelas eksperimen, dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut:

Gambar 6. Histogram Hasil Belajar Post Test Kelompok Eksperimen Berdasarkan hasil post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka skor rerata yang diperoleh pada kelompok eksperimen adalah 7,78 sedangkan skor yang diperoleh pada kelompok kontrol adalah 6,17. Perbandingan skor post test tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 15.

Perbandingan Skor Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok N Mean

Post Test Eksperimen 29 7,78

Post Test Kontror 28 6,17

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(66)

49

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat di lihat bahwa selisih skor post test pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,61. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa skor post test kelompok eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan yang positif. Rerata skor post test kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rerata skor post test kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ada kontribusi yang positif dengan menggunakan metode simulasi terhadap hasil belajar siswa kelompok eksperimen. Perbandingan rerata skor post test kelompok eksperimen dan kontrol dapat disajikan pada histogram berikut:

Gambar 7. Histogram Perbandingan Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


(67)

50 3. Deskripsi Proses Pembelajaran

a. Deskripsi pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan metode simulasi

Kelas ekperimen (kelas VA) merupakan kelas yang diberikan treatment dalam proses pembelajaran, dalam kelas ini peneliti mengamati metode simulasi dalam proses pembelajaran. Adapun waktu pengamatan yang dilakukan peneliti yaitu 3 kali pertemuan.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan I guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan meminta siswa membentuk dalam 3 kelompok besar, masing-masing kelompok mendapatkan pokok pembahasan yang berbeda-beda, masing-masing kelompok mendiskusikan pokok pembahasan yang telah ditentukan, setiapa anggota kelompok mendapatkan tugas untuk mensimulasikan hasil diskusi kelompok. Kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok diskusi dilakukan agar menumbuhkan sikap kerja sama dengan anggota kelompok dan mampu menghargai pendapat anggota kelompok.

Pertemuan II masing-masing kelompok mensimulasikan hasil diskusi kelompok dan setiap anggota kelompok memiliki tugas peran simulasi yang berbeda-beda. Kegiatan pembelajaran dengan simulasi ini dilakukan agar siswa memperoleh pengalaman langsung dalam proses pembelajaran tentang apa


(68)

51

saja yang telah didiskusikan, sehingga siswa yang awalnya kurang paham materi tersebut dapat memahaminya dengan adanya pengalaman langsung dalam memerankan dan melihat peran dari kelompok lain. Pertemuan III merefleksi dan memberi kesempatan bagi siswa yang belum jelas tentang materi yang telah dibahas, kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa.

Penggunaan metode simulasi ini siswa lebih memahami isi dari materi yang diajarkan karena siswa mensimulasikan tokoh yang terlibat dalam peristiwa yang terjadi pada perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sehingga hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen menjadi lebih meningkat karena metode simulasi menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihata pada deskripsi data.

b. Deskripsi pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional (ceramah)

Pada kelas kontrol ini dilakakun pengamatan penelitian mengenai pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Pengamatan yang dilakukan peneliti sebanyak 3 kali pertemuan dalam penelitian.

Halis pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada pertemuan I siswa diberikan materi kemudian siswa membentuk ke dalam 3 kelompok besar yang terdiri dari 9-10 siswa,


(69)

52

masing-masing kelompok mendapatkan pokok pembahasan yang berbeda.

Pertemuan II siswa mendiskusikan secara berkelompok mengenai pokok pembahasan yang telah diberikan guru kemudian setiap anggota kelompok merangkum isi materi, bagi anggota kelompok yang telah ditunjuk oleh guru membacakan hasil rangkuman kedepan kelas. Pertemuan III siswa merefleksi dan membahas materi pembelajaran sebelumnya dan melanjutkan pembelajaran kembali dengan melanjutkan tanya jawab oleh guru.

Sesuai dengan deskripsi hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa pada kelas kontrol siswa memiliki peningkatan pembelajaran dibandingkan kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada deskripsi data pada halaman 65-66.

C. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Rumus yang digunakan adalah one-sample Kolmogorov-Smirnov tes, data dari uji normalitas disajikan sebagai berikut:


(70)

53

Tabel 16.

Uji Normalitas Pre Test dan Post Test kelas Eksperimen-Kontrol Data Kolmogorov-

Smirnov

Asymp Sig (2-tailed)

Kriteria Eksperimen Pre Test 0,674 0,755 Normal Post Test 0,920 0,366 Normal Kontrol Pre Test 0,823 0,507 Normal

Post Test 1,137 0,151 Normal Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp Sig (2-tailed) pada Kolmogorov- Smirnov variabel pre test eksperimen sebesar 0,755 dan post test eksperimen sebesar 0,366. Nilai Asymp Sig (2-tailed) pada Kolmogorov- Smirnov variabel pre test kontrol sebesar 0,507 dan post test pada kontrol sebesar 0,151. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut lebih besar dari harga alpha 0,05 dan dapat disimpulakan bahwa distribusi data pre test dan post test pada masing-masing variabel berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran halaman 132. b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksud untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan uji levene test. Seluruh hasil dari uji homogenitas yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 15.0 for windows.

Tabel 17.

Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol Data Levene Asymp Sig

(2-tailed)

Kriteria

Eksperimen-Kontrol

Pre Test 0,691 0,409 Homogen Post Test 1,318 0,256 Homogen Sumber: Data primer yang di olah


(71)

54

Berdasarkan tabel di atas, nilai Levene test variabel pre test eksperimen-kontrol sebesar 0,691, post test eksperimen-kontrol 1,318. Asymp Sig (2-tailed) pada Levene test variabel pre test eksperimen-kontrol sebesar 0,409, post test eksperimen-kontrol 0,256. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut lebih besar harga alpha 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa masing-masing data bersifata homogen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran halaman 132.

D. Uji Hipotesis

a. Uji-t Pre Test dan Gain Skor Kelompok

Eksperimen-Kontrol.

Uji-t dan gain skor bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang positif antara nilai pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data yang telah dikumpul selanjutnya dianalisis dengan bantuan jasa komputer program SPSS versi 15.0 for windows. Adapun hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah:

Ho: tidak ada perbedaan yang positif nilai pre test kelompok eksprimen dengan kelompok kontrol.

Ha: ada perbedaan yang positif dan signifikan nilai pre test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Adapun hasil uji-t dan gain skor pre test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut:


(72)

55

Tabel 18.

Rangkuman Hasil Uji-t Pre Test Eksperimen dan Kontrol

Data T Asymp Sig

(2-tailed)

Kesimpulan Pre Test

Eksperimen- Kontrol

0,421 0,675 Tidak ada beda

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 0,421 dan sig 0,675. Nilai sig dinyatakan lebih besat dari 0,05 maka dapat disimpulakan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan pada hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 19.

Rangkuman Hasil Uji-t Gain Skor Pre Test Eksperimen dan Kontrol

Data T Asymp Sig

(2-tailed)

Kesimpulan Pre Test

Eksperimen- Kontrol

2,270 0,027 Tidak ada beda

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis uji-t gain skor menunjukkan bahwa nilai t sebesar 2,270 dan sig 0,027. Nilai sig dinyatakan lebih besat dari 0,05 maka dapat disimpulakan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan pada hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa


(73)

56

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji-t Pre TestPost Test dan Gain Skor Kelompok

Eksperimen

Hasil dari uji-t pre test-post test dan gain skor digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen yang proses pembelajrannya menggunakan metode simulasi. Hal ini dapat dibuktiakan dari perbedaan hasil nilai pre test sebelum nilai disampaikan dengan nilai post test setelah proses belajar mengajar. Data yang telah dikumpul selanjutnya dianalisis dengan bantuan jasa komputer program SPSS versi 15.0 for windows. Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah:

Ho: tidak ada perbedaan yang positif dan signifikan nilai pre test dengan post test kelompok eksperimen.

Ha: ada perbedaan yang positif dan signifikan nilai pre test dengan post test kelompok eksperimen.

Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil analisis disajikan pada tabel berikut:

Tabel 20.

Rangkuman Hasil Uji-t PreTest Post Test Kelompok Eksperimen Data T Mean Asymp Sig

(2-tailed)

Kesimpulan Pre Test

Post Test

4,589 5,01 7,78

0,000 Ada beda Sumber: Data primer yang diolah


(1)

131

3)

4)

Siswa mensimulasikan hasil diskusi kelompok (3 dan 4)


(2)

132

5)

6)


(3)

133


(4)

(5)

(6)