Hubungan kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF
(IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta Lusia Nrimaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,006 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel = 1,67252); (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α = 0,05; t hitung = -0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,202 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,064 > α = 0,05; t hitung = 1,57593 < t tabel = 1,67252).
(2)
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT
AVERAGE (GPA)
A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).
This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling.
Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate = 0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252); (2) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table = 0.2181; ρ = 0.458> α = 0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there isn’t any significant and positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table = 0.2181; ρ = 0.064> α = 0.05; t calculate= 1.57593 < t table = 1.67252).
(3)
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,
DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2014
(4)
i
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,
DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2014
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Seberat apapun
cobaan yang ku hadapi,
aku yakin
Engkau tidak akan pernah
meninggalkanku
dalam kesendirian.
Karya ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Kasih yang selalu mengasihi dan membimbing hidupku Bapak dan Ibuku tercinta Suami ku tercinta
Malaikat kecil ku tersayang Kakakku dan Adik ku terkasih Almamaterku tercinta
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(8)
v
MOTTO
Menangislah hari ini,
tetapi tersenyumlah esok hari.
Jika kamu hanya mendengarkan
apa yang dikatakan orang,
kamu akan gila, lakukanlah
apa yang kamu yakini benar.
Kebahagiaanmu
ditentukan oleh dirimu sendiri
dan bukan oleh orang lain.
Hanya orang yang memiliki mimpi dan mau
berusaha untuk mewujudkannya yang
memiliki peluang untuk menjadi sukses.
Tulislah, Bayangkan, dan
Wujudkanlah mimpimu
Hari lalu adalah kenagan
Hari ini adalah kenyataan
Hari esok adalah harapan
Maafkanlah masa lalumu dan lanjutkan hidupmu
Tidak setiap orang bisa membuat sesuatu yang hebat,
tapi kamu bisa
melakukan sesuatu yang sederhana
dengan cinta yang hebat.
(9)
vi
Do your best
Give your best
Live your best
That is the real and authentic life
Lakukanlah sebaik-baiknya Berikanlah yang sebaik-baiknya Hiduplah sebaik-baiknya Itulah hidup yang sejati dan asli (Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc. Ed.)
(10)
(11)
(12)
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI
KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Lusia Nrimaningsih
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan
accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,006 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel = 1,67252); (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α = 0,05; t hitung = -0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,202 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,064 > α = 0,05; t hitung = 1,57593 < t tabel = 1,67252).
(13)
x
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT
AVERAGE (GPA)
A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).
This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and
positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate = 0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252); (2) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table =
0.2181; ρ = 0.458> α = 0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there
isn’t any significant and positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table = 0.2181; ρ = 0.064> α = 0.05; t calculate= 1.57593 < t table = 1.67252).
(14)
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi penulis yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)” ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam bentuk apapun baik kerja sama, dukungan semangat, doa maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan positif bagi skripsi ini.
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
(15)
xii
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan positif bagi skripsi ini.
6. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan tambahan pengetahuan, dukungan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.
7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan administrasi selama ini.
8. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan kampus I Mrican, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas salama belajar hingga penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang telah berkenan untuk terlibat dalam penelitian sebagai responden. 10. Orang tua saya bapak F.X Kasirin dan i b u M.M Tumirah, kakakku
terkasih P. Bayu Budi Raharjo, Adikku tersayang Antonius Krista Bambang Tri Pamungkas dan semua sanak keluarga penulis yang telah
(16)
(17)
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kebiasaan Belajar ... 13
B. Motivasi belajar ... 25
C. Lingkungan Keluarga ... 31
D. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 42
E. Kajian yang Relevan ... 45
F. Kerangka Berpikir ... 47
G. Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 50
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
E. Operasionalisasi Variabel ... 53
F. Variabel Penelitan dan Pengukuran ... 54
G. Teknik Pengumpulan data ... 57
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 59
(18)
xv
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah USD ... 77
B. Arti Logo, Visi, Misi dan Tujuan USD ... 80
C. Yayasan dan Pimpinan ... 83
D. Sejarah FKIP ... 84
E. Visi dan Misi FKIP ... 86
F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 87
G. Deskripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 89
H. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan (PAK) ... 90
I. Sumber Daya Manusia (PAK)... 92
J. Sarana dan Prasarana ... 92
K. Kemahasiswaan ... 93
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95
B. Analisis Prasyarat Data ... 101
C. Pengujian Hipotesis ... 102
D. Pembahasan ... 110
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130
B. Keterbatasan Penelitian ... 131
C. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kegiatan Belajar ... 44
Tabel 2.2 Penilaian Hasil Belajar ... 45
Tabel 2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 45
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 53
Tabel 3.2. Skala Pengukuran untuk Mengukur Kebiasaan Belajar ... 55
Tabel 3.3. Skala Pengukuran untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 56
Tabel 3.4. Skala Pengukuran untuk Mengukur Lingkungan Keluarga ... 56
Tabel 3.5. Variabel IPK ... 56
Tabel 3.6. Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 57
Tabel 3.7. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 58
Tabel 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Keluarga ... 58
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 62
Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 64
Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Motivasi Belajar ... 65
Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Motivasi Belajar ... 66
Tabel 3.13. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 67
Tabel 3.14. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 68
Tabel 3.15. Pedoman Kategori Nilai r ... 69
Tabel 3.16. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas I Instrumen Penelitian ... 70
Tabel 3.17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas II Instrumen Penelitian ... 70
Tabel 3.18. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 71
Tabel 3.19. Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 72
Tabel 3.20. Interval Skor Motivasi Belajar ... 73
Tabel 3.21. Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 74
Tabel 3.22. Interval Skor IPK ... 74
Tabel 3.23. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 76
Tabel 4.1. Pejabat di Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 88
Tabel 5.1. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ... 96
Tabel 5.2. Deskripsi Cosstabulation Gender dan IPK ... 96
Tabel 5.3. Deskripsi Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 97
Tabel 5.4. Deskripsi Interval Skor Motivasi Belajar ... 98
Tabel 5.5. Deskripsi Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 99
Tabel 5.6. Deskripsi Interval Skor IPK ... 100
Tabel 5.7. Output Hasil Pengujian Normalitas ... 101
Tabel 5.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 103 Tabel 5.9. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Kebiasaan Belajar dengan
(20)
xvii
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 103 Tabel 5.10. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Motivasi Belajar dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 105 Tabel 5.11. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Lingkungan Keluarga
(21)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia ... 27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi
Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 47
(22)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 142 Lampiran 2. Data Induk Penelitian ... 153 Lampiran 3. Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 164 Lampiran 4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 171 Lampiran 5. Uji Normalitas ... 188 Lampiran 6. Deskripsi Data ... 190 Lampiran 7. Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment ... 197 Lampiran 8. Daftar Tabel ... 200 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 205
(23)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan ini. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini pendidikan akan menentukan identitas diri seseorang. Orang dengan pendidikan tinggi akan memperoleh apresiasi lebih dari masyarakat. Selain itu, orang dengan pendidikan tinggi juga akan memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
Suatu masyarakat atau bangsa hanya dapat berkembang dan maju apabila warga masyarakatnya telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk melakukan pembangunan dan memberikan hasil yang dinyatakan dalam pembangunan. Fakta di negara-negara maju membuktikan bahwa negara yang ekonominya kuat dan laju pertumbuhan yang mantap adalah juga negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi bagi rata-rata penduduknya. Sebagai contoh dapat dikemukakan hasil studi Edwar E. Denison, Simanjuntak yang menyatakan bahwa 23% dari pertumbuhan pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai dengan tahun 1957 merupakan kontribusi pertambahan kualitas pekerja yang terutama diakibatkan oleh peningkatan pendidikannya (Andarias, 1995:17).
Salah satu aspek positif sebagai akibat pengaruh pendidikan terhadap sumber daya manusia adalah peningkatan mutu kerjanya. Hasil penelitian
(24)
2
Sukmono mengemukakan bahwa pendidikan mempengaruhi keterampilan. Kaitannya dengan kualitas tenaga kerja dalam masyarakat dapat dilihat pada besarnya upah/gaji sebagai pencerminan dan prokduktifitas kerja. Ini membuktikan bahwa pendapatan rata-rata pekerja yang berpendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan rendah (Andarias, 1990:12).
Pendidikan merupakan usaha untuk mendapatkan pengetahuan baik itu secara formal melalui sekolah, maupun secara informal melalui pendidikan di dalam keluarga, masyarakat dan tempat bermain.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, (dalam http://www.sarjanaku.com/2011/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html) menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 16 ayat (1) dalam The Liang Gie (1994:15) merumuskan bahwa:
Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
(25)
3
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 30 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 2 ayat (1) dalam The Liang Gie (1994:15) merumuskan bahwa:
Tujuan perguruan tinggi adalah mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Demi mencapai tujuan tersebut, maka ada serangkaian proses dan kegiatan yang harus dijalani. Salah satunya adalah proses belajar mengajar. Menurut Slameto (1988) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Siti Partini (1980:49) “Prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Di dalam universitas hasil belajar mahasiswa berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Menurut Abu Ahmadi (1991:130) prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah pertama, faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. Kedua, faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas kecardasan, bakat, prestasi yang telah
(26)
4
dimiliki, unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. Ketiga, faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah pertama, faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Kedua, faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Ketiga, faktor lingkungan spritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar mahasiswa adalah kebiasaan belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanry Clay Lindgren (The Liang Gie, 1995:194) terhadap sejumlah mahasiswa sukses di San Fransisco State College menunjukkan alasan-alasan keberhasilan mereka karena kebiasaan belajar yang baik 33%, minat 25%, kecerdasan 15%, pengaruh keluarga 5%, lain-lain 22%. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan penting bagi kesuksesan mahasiswa. Dengan memiliki kebiasaan belajar yang baik akan membantu mahasiswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan belajar, dan akhirnya meraih sukses di perguruan tinggi. Menurut The Liang Gie (1995:192) kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Menurut The Liang Gie (1979:7) langkah pertama yang sebaiknya dilakukan oleh para pelajar yang memasuki perguruan tinggi ialah
(27)
5
mempelajari metode, teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien, kemudian pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu kebiasaan belajar. Covey (1994:35) juga menegaskan bahwa kebiasaan merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi kebiasaan haruslah dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar baik berupa faktor dari luar maupun dari dalam akan memiliki gairah, semangat dan senang dalam belajar. Menurut Sardiman (1986:39) Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu sendiri tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2008:75).
Lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam kehidupan mahasiswa, karena lingkungan keluarga merupakan tempat pertama anak membentuk kepribadian, watak, dan tempat anak mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari seluruh anggota keluarga terutama ayah dan ibu. Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) yang dikutip oleh Lely Sulestari
(2010:10) dikatakan bahwa “pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak selanjutnya”. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak
(28)
6
dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran dari anak pertama kali dibentuk. Jadi, lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mendidik seorang anak. Lingkungan keluarga yang kondusif akan memotivasi seorang anak untuk belajar dengan baik.
Belajar sangat erat kaitannya dengan mahasiswa atau dapat juga dikatakan bahwa belajar itu sudah jadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa. Namun mahasiswa terkadang tidak bergairah dalam mengikuti perkuliahan. Mereka sering kali enggan untuk belajar atau mengulang kembali pelajaran yang sudah mereka peroleh di kampus. Mereka juga tampak acuh dengan tugas-tugas yang sudah diberikan oleh dosen, padahal orang tua mereka sudah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada mereka untuk belajar dengan baik, agar kelak masa depan mereka menjadi cerah.
IPK merupakan hasil akhir dari usaha yang sudah dilakukan oleh mahasiswa selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa yang memiliki IPK tinggi menunjukkan bahwa selama ini dia sudah mengikuti perkulihan dengan baik dan mahasiswa yang memiliki IPK rendah menunjukkan bahwa selama ini dia kurang baik dalam mengikuti perkuliahan yang ada.
(29)
7
Penulis menemukan mahasiswa-mahasiswa semester atas menyesal mengenai cara belajar mereka sewaktu masih di semester bawah. Penyesalan dan kesadaran itu muncul ketika mereka melihat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mereka tidak seperti apa yang mereka harapkan. Padahal mereka ingin lulus dengan IPK yang memuaskan agar mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan mereka.
Mengingat tuntutan perusahaan akan IPK saat ini sudah mencapai angka minimal 2,75. Maka bagi mereka yang belum memenuhi standar tersebut terpaksa mengulang kembali mata kuliah yang mereka anggap kurang agar memenuhi batas minimal yang dibutuhkan dalam mencari pekerjaan, meskipun kita tahu IPK bukan satu-satunya tolak ukur yang menentukan diterima atau tidaknya kita di sebuah perusahaan.
Bisa kita bayangkan jika setiap kali kita melihat lowongan pekerjaan dan didalamnya tertera IPK minimal 2,75 dan ternyata IPK kita kurang dari batas minimal itu, maka jika kita tetap mengirimkan surat lamaran pekerjaan ke perusahaan tersebut tanpa pikir panjang CV kita akan langsung disisihkan tanpa melihat potensi-potensi lain yang kita miliki. Tentu kita tidak ingin hal itu sampai terjadi maka satu-satunya jalan adalah harus mengulang mata kuliah yang nilainya masih kurang. Jika hal itu kita lakukan maka masa studi yang harusnya 4 tahun bisa jadi menjadi 5 atau 6 tahun.
Mengingat keprihatinan akan hal ini, maka penulis ingin mencari tahu apakah memang benar kebiasaan belajar menjadi salah satu penyebab
(30)
8
mahasiswa memiliki nilai yang bagus atau tidak. Dan apakah motivasi yang menjadi pendorong di dalam diri seseorang ikut mempengaruhi proses untuk mendapatkan IPK tersebut. Serta apakah lingkungan keluarga yang merupakan kehidupan sosial pertama seseorang ikut mempengaruhi pencapaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)”. Jadi penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal (faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat). Penelitian ini memfokuskan pada faktor kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga.
1. Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku mahasiswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi, dengan dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Menurut The Liang Gie (1995:192)
(31)
9
kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kebiasaan belajar adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki mahasiswa seperti yang ditunjukkan oleh item-item dalam kuesioner penelitian.
2. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2008:75). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah indikator berupa tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, minat terhadap sesuatu, mandiri, sikap terhadap tugas-tugas rutin, teguh dalam pendapat, gemar mencari dan memecahkan masalah. Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam item-item kuesioner.
3. Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat (Sujarwohart, 2010). Pendapat lain tentang lingkungan keluarga yaitu menurut Hasbullah (2008:38) yang mengatakan
“Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan
utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di
(32)
10
dalam keluarga”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan lingkungan keluarga adalah indikator berupa cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam kuesioner.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
(33)
11
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, dapat digolongkan dalam 2 manfaat yaitu manfaat secara khusus dan manfaat secara umum. Manfaat secara khusus yaitu manfaat yang didapatkan dalam kaitannya dengan tujuan peneliian. Sedangkan manfaat secara umum adalah manfaat dari penelitian untuk kepentingan pihak luar (Danang Sunyoto, 2011:15).
1. Manfaat secara khusus, yaitu :
a. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). b. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
c. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). 2. Manfaat secara umum, yaitu :
a. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi perpustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.
(34)
12
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan refleksi bagi mahasiswa untuk menjadi lebih baik lagi dalam belajar.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari terhadap kasus nyata dalam pendidikan.
(35)
13
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kebiasaan Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur sampai akan berangkat tidur lagi orang melakukan banyak kegiatan. Biasanya setiap hari akan melakukan kegiatan yang hampir sama, oleh karena kegiatan itu dilakukan setiap hari, lama kelamaan menjadi kebiasaan yang bersifat rutin. Disadari atau tidak disadari akhirnya rutinitas itu menjadi kebiasaan bagi diri orang tersebut.
Hal diatas juga dialami mahasiswa. Dari pagi sampai sore mereka akan mengikuti perkuliahan sesuai dengan jadwal yang dimiliki. Di rumah atau di kos mereka akan belajar lagi untuk menyiapkan materi kuliah atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Pada umumnya kebiasaan belajar yang dimiliki oleh mahasiswa dapat berupa kebiasaan belajar yang positif atau negatif. Kebiasaan belajar yang positif tentunya akan membawa mahasiswa pada keberhasilan studi. Sebaliknya, kebiasaan belajar yang negatif akan membawa mahasiswa pada kegagalan studi. Dengan demikian diharapkan agar mahasiswa mengembangkan kebiasaan belajar yang positif dan menerapkan kebiasaan belajar tersebut secara terus menerus agar tumbuh dan terpelihara dalam dirinya.
(36)
14
1. Pengertian Kebiasaan Belajar
Covey (1994:35) menuliskan “kebiasaan adalah faktor yang kuat di dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan keefektifan kita atau
ketidakefektifan kita”. Lebih lanjut Covey menegaskan bahwa
kebiasaan merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi suatu kebiasaan haruslah dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.
Kata belajar, oleh Sudarmanto (1993:2) diartikan sebagai “usaha menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi”.
Agus (1994:81) menegaskan bahwa “belajar merupakan kegiatan
untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal, atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu lewat
usaha, pengajaran atau pengalaman”.
The Liang Gie (1979:7) mengatakan bahwa “agar seseorang dapat belajar dengan baik, dia harus mengetahui lebih dulu metode, teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien kemudian pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu kebiasaan studi”. The Liang Gie (1995:192) menekankan bahwa
(37)
15
ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi”. Lebih lanjut The Liang Gie menyatakan bahwa kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena selalu diulang-ulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu situasi belajar.
Dari pengertian-pengertian diatas, kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai tindakan/perilaku mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu dengan menggunakan berbagai sarana atau sumber secara konsisten, terus-menerus, setiap hari dengan dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan (Suryanto, 2000:10).
2. Unsur-unsur Pembentuk Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar tidak sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang mahasiswa untuk bertindak dari waktu ke waktu dalam cara yang sama, sedangkan keterampilan belajar adalah sistem, metode, atau tehnik yang telah dikuasai oleh mahasiswa untuk melakukan studi. Keterampilan ini
(38)
16
pada pokoknya ditujukan untuk mencapai tujuan khusus yang menyangkut kebiasaan belajar mahasiswa.
Covey (1994:36) dalam uraiannya mengenai definisi kebiasaan belajar menyatakan bahwa untuk menjadikan sesuatu menjadi kebiasaan di dalam hidup kita, kita harus memiliki tiga hal. Ketiga hal itu adalah pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan adalah pradigma teoritis, apa yang yang harus dilakukan dan mengapa itu dilakukan. Keterampilan adalah bagaimana melakukan kegiatan (belajar). Keinginan adalah motivasi, hasrat/kemauan untuk melakukan kegiatan itu.
Dalam kegiatan belajar, mahasiswa harus menyadari mengapa dia belajar dan apa saja yang harus dilakukan. Hal ini merupakan dasar untuk segala tindakan belajar, sehingga dia dapat mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut. Dengan kata lain, kegiatan belajar itu dilakukannya untuk mencapai tujuan tertentu yang dia sadari sepenuhnya.
Keterampilan belajar sebagai salah satu unsur yang harus ada untuk membentuk kebiasaan belajar, merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Bagaimana melaksanakan kegiatan belajar yang baik atau cara belajar yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa, haruslah benar-benar di mengerti oleh mahasiswa itu sendiri.
(39)
17
Keterampilan belajar adalah cara bagaimana melaksanakan kegiatan belajar. The Liang Gie (1994) yang dikutip oleh Suryanto (2000:11) menyatakan keterampilan belajar itu dibedakan menjadi beberapa kelompok. Pertama, keterampilan pokok yang mencakup keterampilan membaca buku, menulis karangan dan mempergunakan bahasa. Kedua, keterampilan akademik yang mencakup keterampilan-keterampilan mengikuti kuliah, mencatat bacaan, memakai perpustakaan dan keterampilan menempuh ujian. Ketiga, keterampilan pendukung yang mencakup keterampilan melakukan konsentarsi, menghafal pelajaran, mengelola waktu studi dan keterampilan mengatur diri.
a. Keterampilan Pokok 1) Membaca
Keterampilan membaca mutlak harus dikuasai mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar. Keterampilan membaca pada intinya adalah keterampilan menangkap isi gagasan dari bacaan secara efektif dan efisien.
2) Menulis
Keterampilan menulis juga mutlak harus dikuasai oleh mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar. Keterampilan menulis pada intinya adalah keterampilan menuangkan ide/gagasan, pikiran mengenai sesuatu hal dalam bentuk tulisan.
(40)
18
3) Berbahasa
Keterampilan menggunakan bahasa, cepat atau lambat harus segera dikuasai oleh mahasiswa. Dalam kegiatan belajarnya mahasiswa harus terampil berbahasa baik secara lisan maupun tertulis. Semakin tinggi tingkat pendidikannya mahasiswa harus semakin dapat berbahasa secara baik dan benar sesuai kaidah tata bahasa yang berlaku.
b. Keterampilan Akademik
Dalam kegiatan belajar di kampus mahasiswa dituntut juga memiliki berbagai keterampilan belajar.
1) Keterampilan mengikuti kuliah
Di kampus mahasiswa dituntut untuk mengikuti seluruh kegiatan akademik dari awal sampai akhir. Hal ini juga menuntut mahasiswa untuk mengikuti pelajaran di kelas. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa tidak hanya datang, duduk, diam mendengarkan dosen lalu pulang. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa dituntut untuk terampil mendengarkan dosen mengajar, bertanya jawab tentang pelajaran yang dibahas, dan membuat catatan-catatan materi pelajaran yang dibahas. Dengan kata lain, selama proses belajar di kelas mahasiswa ikut aktif sebagai pelaku dalam proses belajar.
(41)
19
2) Keterampilan mencatat bacaan
Dalam proses belajar, mahasiswa akan selalu berjuang dengan kegiatan membaca, baik itu membaca buku pelajaran yang diwajibkan maupun buku-buku penunjang lainnya. Mahasiswa dituntut untuk banyak membaca buku. Supaya hasil dalam kegiatan membacanya kelihatan, maka mahasiswa harus memiliki keterampilan mengambil hal-hal penting dari bacaan yang dibacanya dan mencatatnya dalam buku catatan khusus. Dengan kata lain, mahasiswa dituntut memiliki keterampilan membuat catatan dari bacaan-bacaan yang ia baca.
3) Keterampilan memakai perpustakaan
Tidak semua mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan buku-buku pelajaran yang dapat dipakai untuk memperkaya pengetahuannya. Untuk itu, kampus menyediakan fasilitas perpustakaan yang dapat digunakan mahasiswa untuk mendapatkan sumber-sumber bacaan dengan mudah. Dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan para mahasiswa juga dituntut memiliki keterampilan untuk memahami ketentuan-ketentuan pelayanan perpustakaan. Hal ini dimaksudkan supaya mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan secara efektif dan efisien.
(42)
20
4) Keterampilan menempuh ujian
Setelah mahasiswa mempelajari bahan pelajaran selama periode waktu tertentu (satu bab, satu catur wulan, satu semester atau satu tahun) untuk mengetahui hasil belajarnya diadakan tes atau ujian. Tes atau ujian tersebut dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa menguasai ilmu yang telah dipelajarinya (Thabrany, 1997). Untuk menempuh ujian, mahasiswa dituntut memiliki keterampilan khusus dalam meghadapinya, baik dalam mengatur kegiatan persiapan, ketika menempuh ujian, seperti menyiasati soal-soal ujian, maupun dalam menyikapi hasilnya.
c. Keterampilan Pendukung
1) Keterampilan melakukan konsentarsi
Dalam melaksanakan kegiatan belajar, mahasiswa mengadakan berbagai persiapan. Persiapan yang penting antara lain adalah pemusatan perhatian terhadap hal yang akan dipelajari. Mahasiswa harus dapat berkonsentrasi dengan baik. Tanpa mampu melakukan konsentrasi yang baik dapat dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Memang tidak dipungkiri ada banyak hal yang dapat menggangu pemusatan perhatian mahasiswa dalam kegiatan belajar,
(43)
21
baik itu yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Untuk itu mahasiswa harus selalu melatih dirinya supaya terampil melakukan konsentrasi pada waktu belajar.
2) Keterampilan menghafal pelajaran
Dibangku kuliah ada banyak pelajaran yang harus dipelajari. Menyadari keterbatasan daya ingat yang dimiliki mahasiswa, maka mahasiswa perlu melatih diri untuk mempertajam daya ingatnya, sehingga apa yang dipelajarinya dapat benar-benar dipahami dan tidak mudah dilupakan. Untuk hal itu, mahasiswa setiap hari harus berusaha menghafalkan pelajaran yang dipelajarinya. Mahasiswa diharapkan benar-benar terampil untuk menghafalkan pelajaran. Mahasiswa tidak hanya sekedar menghafal dengan menguang-ulang apa yang dipelajarinya begitu saja, tetapi supaya hafalan itu dapat menetap lama dalam ingatan dan dapat dengan mudah dipanggil kembali waktu akan digunakan. Mahasiswa perlu melatih diri untuk menghafal bahan pelajaran secara sistematis dengan menyertakan seluruh indera. Jadi, mahasiswa harus terampil menghafal dengan pandangan mata, melalui pendengaran telinga, melalui gerak mulut, dan juga melalui garak-gerak tangan.
(44)
22
3) Keterampilan mengelola waktu
Mahasiswa harus terampil mengelola waktu yang digunakan dalam studinya. Mahasiswa harus dapat menentukan kegiatan mana yang lebih penting dan mendesak untuk mendapat prioritas segera dilaksanakan dalam kegiatan belajar. Tugas-tugas kecil maupun besar yang menyangkut studi harus segera diselesaikan dan tidak sampai ditunda-tunda penyelesaiannya apabila mahasiswa ingin sukses dalam studi.
4) Keterampilan mengatur diri
Agar dapat berhasil dalam studi selain harus terampil mengatur waktu studi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah mahasiswa harus dapat mengatur dirinya. Menurut The Liang Gie (1995) mengatur diri berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi diri, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Hal ini berarti, mahasiswa harus terampil mendorong diri untuk belajar, mengolah diri dengan mengatur pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan hal-hal lainnya untuk belajar, mengendalikan diri untuk mampu membina kedisiplinan, menyemangati diri, menghimpun tenaga untuk
(45)
benar-23
benar mampu mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan dalam belajar, dan mengembangkan diri untuk semakin lebih berhasil dalam studi.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip dalam belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut 4 hal yaitu keteraturan, disiplin, konsentrasi dan pemakaian perpustakaan (The Liang Gie, 1979:49):
a. Keteraturan dalam Belajar
Pokok pangkal yang pertama dari cara belajar yang baik ialah keteraturan. Hanya dengan belajar secara teratur seorang mahasiswa akan memperoleh hasil yang baik. Prinsip ini meliputi mengikuti kuliah secara teratur, membaca buku pelajaran, menyusun catatan secara teratur, dan alat perlengkapan untuk belajar disimpan dan disusun secara teratur. Bila sifat keteraturan ini telah benar-benar dihayati akan menjadi kebiasaan dalam belajarnya. Sifat ini akan mempengaruhi pula jalan pikiran mahasiswa. Pikiran yang teratur merupakan model bagi seseorang dalam menutut ilmu, karena ilmu adalah hasil dari proses pemikiran yang dilakukan secara sistematis.
b. Disiplin Belajar
Dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang mahasiswa mungkin mempunyai cara belajar yang baik. Sifat
(46)
24
bermalas-malasan, keinginan mencari gampangnya saja, keenggan untuk bersusah payah memusatkan pikiran, kebiasaan untuk melamun dan gangguan-gangguan lainnya selalu menghinggapi kebanyakan mahasiswa. Gangguan itu hanya bisa diatasi kalau seorang mahasiswa mempunyai disiplin. Disiplin akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur.
c. Konsentrasi
Setiap mahasiswa dalam menuntut ilmu harus melakukan konsentrasi dalam belajarnya. Tanpa konsentarsi tak mungkin ia berhasil menguasai pelajarannya. Dalam belajar konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut.
d. Pemakaian Perpustakaan
Tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa bacaan. Dan gudang bacaan adalah perpustakaan. Setiap mahasiswa harus setia mengunjungi perpustakaan agar dapat membantu usaha belajarnya. Dangan menjadi pengunjung perpustakaan yang setia dan dapat mempergunakan perpustakaan itu dengan tangkas dan baik, pastilah seseorang mahasiswa akan betul-betul menjadi seorang yang berpengetahuan.
(47)
25
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008:73)
Motivasi juga akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan (Sardiman, 2008:74)
Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan
(48)
26
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman, 2008:75).
2. Teori Motivasi
Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar (Sardiman, 2008:77).
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tantang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu (Sardiman, 2008:80) :
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, yakni kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, dan kelompok).
(49)
27
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.
Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan aktualisasi diri. Sesuai dengan kebutuhan itu Maslow menciptakan piramida hierarki kebutuhan yang lebih lengkap yang dilukiskannya seperti pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia (Sardiman, 2008:81). 3. Ciri-ciri Motivasi
Motivasi yang ada dalam diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sardiman, 2008:83) :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
Under standing and knowledge (6)
Self actualization (5)
Self esteem (4)
Love and belonging (3)
Safety (2)
(50)
28
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah. 4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Ada tiga fungsi motivasi yaitu (Sardiman, 2008:85) :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
(51)
29
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. (Sardiman, 2008:85) .
5. Macam-macam Motivasi
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu (Sardiman, 2008:86) :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan : motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya dorongan untuk minum, dorongan untuk makan.
2) Motif-motif yang dipelajari : motif yang timbul karena dipelajari. Contohnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk
minum, makan, bernapas.
2) Motif-motif darurat, meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, untuk berusaha.
(52)
30
3) Motif-motif objektif, meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, untuk menaruh minat.
c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik : motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik: motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi, yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik atau agar
(53)
31
mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
C. Lingkungan Keluarga
1. Pengertian Lingkungan Keluarga
Nugroho (2003:2) mengungkapkan keluarga merupakan media yang paling efektif dalam membudayakan disiplin, kerena ditinjau dari segi waktu keluarga memperoleh lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga kebersamaan dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan perilaku disiplin secara intensif. Kebersamaan lebih lama memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan teladan atas sikap dan perilaku secara berkesinambungan (Lely Sulestari, 2010:10).
Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) dikatakan bahwa
“pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak selanjutnya”. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga proses sosialisasi, pengenalan terhadap
(54)
32
lingkungan serta kesadaran dari anak pertama kali dibentuk (Lely Sulestari, 2010:10).
Pengertian lingkungan keluarga berasal dari dua kata, yaitu lingkungan dan keluarga. Joe Kathena (Syamsu Yusuf, 2000)
mengemukakan bahwa “lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial budaya” (dalam
http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-lingkungan-keluarga.html).
Vebrianto (Sadjaah, 2002) yang mengemukakan bahwa
“keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat memiliki nuclear family maupun extended family, yang secara nyata mendidik kepribadian seseorang dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui interaksi sesama anggota dalam mencapai tujuan”. Keluarga batih (nuclear family )adalah keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak, sedangkan keluarga luas (extended family) adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih.
Sedangkan F. J. Brown (Syamsu Yusuf, 2000) mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut sosiologis, keluarga dapat diartikan menjadi dua macam, yaitu:
a. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan clan atau marga.
(55)
33
Menurut Sujarwohart (2010) dalam artikelnya “Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat”. Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak.
Gunarsa (2009:5) mengatakan bahwa “lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak”. Dari anggota-anggota keluarganya (ayah, ibu dan saudara-saudaranya) anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial.
Pendapat lainnya tentang lingkungan keluarga yaitu menurut Hasbullah (2008:38) yang mengatakan “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.”
Dari semua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan intelektual anak terdiri dari ayah, ibu dan anak untuk mencapai tujuan bersama.
(56)
34
2. Faktor-Faktor dalam Lingkungan Keluarga
Menurut Abu Ahmat (1982:86) faktor-faktor dalam lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yang nantinya akan membentuk kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut (Lely Sulestari, 2010:10):
a. Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting terhadap perkembangan anak. Misalnya seorang anak yang mempunyai orang tua yang tidak mampu. Orang tuanya akan menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari uang agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga tidak dapat memantau anaknya. Dampaknya anak bisa melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kedisiplinan. Mulai dari kedisiplinan belajar sampai kedisiplinan dalam melakukan tugas-tugas rumah.
b. Faktor keutuhan keluarga
Dalam keluarga yang utuh dari ayah, ibu, dan anak yang lengkap, harmonis maka hubungan interaksi dalam keluarga akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga orang tua dapat memantau dan memperhatikan anaknya sehingga anaknya tersebut dapat bertingkah laku disiplin dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam keluarga.
(57)
35
c. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua
Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan membiasakan sikap-sikap yang dapat membentuk pribadi anak, seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk mengikuti perintah-perintah orang tuanya, serta melakukan pengawasan terhadap anak dalam segala tindakannya.
Menurut Slameto (1988:62) lingkungan keluarga akan memberi pengaruh pada siswa berupa :
a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Drs. Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya
(58)
36
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuaan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.
Anak atau siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Disini keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu keras ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.
Relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran keberhasilan belajar anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan
(59)
37
dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak.
c. Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenagan kepada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah dirumah dan dapat belajar dengan baik.
d. Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan kesahatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat-alat tulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
(60)
38
Pada kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang menyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak, tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong keberhasilan anak.
Keadaan ekonomi yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah dalam belajar. Orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak termasuk fasilitas belajar, tetapi orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar.
e. Pengertian orang tua
Anak perlu dorongan dan pengertian dari orang tua dalam belajar. Kadang anak yang mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan pengertian dan dorongan untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak terpecah.
f. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
(61)
39
3. Fungsi Keluarga
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyedian sarana dan prasarana dan pengayaan wawasannya.
b. Fungsi sosialisasi
Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekan-rekannya bahkan masyarakat.
(62)
40
c. Fungsi lindungan atau fungsi proteksi
Mendidik hakekatnya bersifat melindungi yaitu melindungi anak dari tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik.
d. Fungsi afeksi atau fungsi perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang orang tua pada anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana perasaan sehat dalam keluarga. e. Fungsi religius
Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehingga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan.
(63)
41
f. Fungsi ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban. Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat memenuhi semua kebutuhan akan tetapi dalam pelaksanaanya tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagai mana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung dari materi yang diberikan. g. Fungsi rekreasi
Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga.
h. Fungsi biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupan
(64)
42
seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi itu hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu pihak saja.
D. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 1. Prestasi Belajar
Menurut Siti Partini (1980:49), “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1991:130) prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
a. Yang tergolong faktor internal adalah :
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:
a) Faktor intelektual yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
(65)
43
b) Faktor non intelektual, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Yang tergolong faktor eksternal, yaitu: 1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
3) Faktor lingkungan spritual atau keamanan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
2. Peratuaran Akademik
Peratuaran akademik ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Universitas Sanata Dharma.
a. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan
1) Program pendidikan PS Pendidikan Akuntansi ini diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS).
(66)
44
2) Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaran pendidikan yang menyatakan beban studi mahasiswa dan beban penyelenggaraan pendidikan dengan satuan kredit atas dasar satuan waktu semester yang setara dengan 16-19 minggu kerja.
3) Satuan Kredit Semester (SKS) adalah takaran penghargaan untuk pengalaman belajar yang diperoleh melalui satu jam kegiatan terjadwal yang diiringi tugas lain, baik tugas terstruktur maupun tugas mandiri, selama dua sampai empat jam per minggu dalam satu semester atau untuk pengalaman belajar lain yang setara.
4) Satu sks merupakan satu ukuran kegiatan belajar mengajar yang terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kegiatan Belajar (Buku Pedoman, 2009:11) Kegiatan belajar Terstruktur
dan Terjadwal
Tidak
Terjadwal Mandiri Jumlah Teori 50 menit + 60 menit + 60 menit 170 menit Seminar 50 menit + 60 menit + 60 menit 170 menit Kuliah Praktik 2 x 50 menit + 60 menit + 60 menit 220 menit Kuliah
Laboratorium 3 x 50 menit + 60 menit + 60 menit 270 menit Praktik Lapangan 4/5 JP minggu
b. Penilaian Hasil Belajar
Nilai akhir keberhasilan belajar mahasiswa dalam suatu mata kuliah dinyatakan dengan huruf mutu :
(67)
45
Tabel 2.2
Penilaian Hasil Belajar (Buku Pedoman, 2009:14)
Huruf Mutu Arti Nilai Mutu
A Amat baik 4
B Baik 3
C Cukup 2
D Kurang 1
E Jelek 0
Indeks prestasi (IP) adalah tingkat keberhasilan belajar mahasiswa yang dinyatakan dengan bilangan yang ditulis sampai dengan dua angka dibelakang koma.
Bobot IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar Kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan, atau dinyatakan dalam rumus :
IP =
Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah kumulatif IP. Tabel 2.3
Indeks Prestasi Kumulatif IPK (Buku Pedoman, 2009:17) IP Kumulatif Predikat
3,51 – 4,00 Sangat Baik 2,76 – 3,50 Baik
2,00 – 2,75 Cukup Kurang dari 2,00 Kurang
E. Kajian yang Relevan
1 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carulus Boromeus Agus
Suryanto (2000) dengan judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
(68)
46
Materi Bimbingan Akademik” disimpulkan bahwa ada korelasi antara
kebiasaan belajar dan prestasi belajar enam mata pelajaran yang diebtanaskan pada siswa kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 1999/2000.
2 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vinsensia Candra Hary Murti
(2009) dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar
Siswa” disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
3 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mina Nurjanah (2013) dengan judul “Hubungan antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta” disimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.
4 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lely Sulestari (2010) dengan
judul “Hubungan Lingkungan Belajar di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat dengan Kedisiplinan Siswa di Sekolah” disimpulkan bahwa ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan kedisiplinan siswa disekolah.
5 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yosef Wisnu Siwi Kurniawan (2007) dengan judul “Hubungan Antara Sikap Disiplin Belajar Siswa
(69)
47
dan Lingkungan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa”
disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan prestasi belajar siswa.
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Saifuddin Azwar, 2012:49).
1. : Tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
: Ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Variabel Perancu Variabel Bebas Variabel Terikat
1. Kecerdasan 2. Sikap 3. Bakat 4. Minat 5. Perhatian 6. Kesehatan
7. Lingkungan Masyarakat 8. Lingkungan Sekolah Indeks
Prestasi Kumulatif
(IPK) Kebiasaan belajar
Motivasi Belajar
(70)
48
2. : Tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
: Ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
3. : Tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
: Ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
(71)
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:142), penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Tujuan penelitiannya adalah untuk memperoleh gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat, serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian hasilnya dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Iqbal Hasan, 2002:15).
Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui atau menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. (Suharsimi Arikunto, 2006:270). Penelitian ini adalah tentang hubungan antara kebiasaan belajar, motivasi belajar dan lingkungan keluarga dengan IPK.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan alamat Mrican, Tromol Pos 29, (515352, 513301) Yogyakarta.
(72)
50
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2014.
C. Subjek Dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Saifuddin Azwar, 2012:34). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Mahasiswa Angkatan 2011, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah kebiasaan belajar, motivasi belajar, lingkungan keluarga dan indeks prestasi kumulatif (IPK).
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Menurut Soehardi Sigit (1999) dalam Danang Sunyoto (2011:17) populasi adalah kelompok apa yang akan dikenakan atau ditetapkan dalam penelitian. Populasi juga sering
(73)
51
didefinisikan sebagai himpunan orang, hewan, tumbuhan atau benda yang memiliki kesamaan karakter (Andi, 2009:82).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang berjumlah 400 mahasiswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari suatu populasi yang karakteristiknya diteliti dan dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Jadi jenis sampel yang diambil harus mencerminkan populasi. Data yang dianalisis dalam suatu penelitian merupakan data hasil pengukuran yang diperoleh dari sampel (Andi, 2009:82).
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Angkatan 2011, yang berjumlah 65 mahasiswa. Sedangkan mahasiswa Angkatan 2010 dan 2009 dijadikan sebagai responden untuk pengujian validitas dan reliabilitas.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
(1)
201
(2)
(3)
203
(4)
(5)
205
LAMPIRAN 9
SURAT IJIN penelitian
(6)