Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Baik buruknya kualitas pendidikan disuatu negara tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya adalah sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, tenaga pendidik guru, peserta didik siswa ataupun lingkungan sekitar. Guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran di dalam kelas. Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 mengenai Standar Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional Daryanto, 2011. Salah satu aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Sebagian besar guru dalam menyampaikan atau memberikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi saja sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan serta menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan, pelajaran yang isinya hanya hafalan, tidak menarik, dan sulit dipahami. Menurut Daryanto 2011, guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepentingan kualitas pembelajaran dikelas. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas, guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi dan tidak hanya dengan metode ceramah maupun diskusi saja. Model pembelajaran yang akan diterapkan juga harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Adanya variasi dalam model pembelajaran akan mengatasi kejenuhan siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar dan juga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Depok yaitu Pak Agus, materi yang dirasa masih sulit bagi siswa adalah Dunia Hewan, terutama hewan invertebrata. Materi dirasa sulit karena banyak menggunakan bahasa latin sehingga siswa kesulitan melakukan klasifikasi. Dari wawancara tersebut, diketahui bahwa minat kelas XF dalam mengikuti pelajaran sangat kurang. Kurangnya minat ini karena perubahan kurikulum dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sehingga kelas ini yang pada semester ganjil kemarin merupakan kelas Ilmu-Ilmu Sosial IIS berubah kembali menjadi kelas X umum yang kembali mempelajari materi IPA. Perubahan kurikulum dan kelas ini membuat siswa menjadi malas dalam mengikuti pelajaran, karena kelas ini memiliki kemampuan penguasaan materi dan minat yang rendah dalam pelajaran biologi. Pada ulangan harian untuk materi hewan invertebrata tahun lalu, menunjukkan hasil yang masih rendah, yaitu rata-rata perolehan nilai siswa masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Rata-rata kelas pada ulangan tersebut adalah sebesar 45,21 sedangkan KKM nya adalah 75. Dari jumlah 32 siswa, yang memperoleh nilai 75 sebanyak 31,25 10 siswa saja dan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 68,75 22 siswa. Berdasarkan data tersebut, banyaknya siswa yang belum tuntas atau banyaknya nilai yang berada dibawah KKM menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran tersebut belum tercapai. Saat observasi kegiatan pembelajaran pada hari Selasa 31 Maret 2015 di kelas XF, kondisi kelas sangat ribut. Siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga tidak fokus dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ada yang berbicara dengan teman sebangku dan ada juga yang sibuk bermain gadget hp dan tab . Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu 28 Februari 2015 juga, guru tersebut mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran biologi adalah metode ceramah sehingga kurang adanya variasi dalam metode pembelajarannya. Untuk itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan melakukan variasi metode pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dimana ada banyak variasi pembelajaran yang dapat digunakan. Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa ikut berperan aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu variasi dalam metode pembelajaran kooperatif yang dapat mendukung ketercapaian pembelajaran yang kondusif adalah model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray TSTS.salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Struktur Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil informasi dengan kelompok lain Lie, 2002. Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan membentuk kelompok dan mendiskusikan jawaban dari soal yang diberikan. Kemudian dua anggota dari kelompok bertamu ke kelompok lain.Kelompok yang didatangi tamu dari kelompok lain bertugas membagikan apa yang mereka pelajari, sementara anggota tamu mendengarkannya. Setelah selesai bertamu, anggota kelompok tamu kembali ke kelompok asal dan bertugas mensharingkan apa yang mereka dapatkan dan dengar dari bertamu ke kelompok lain. Model pembelajaran dengan tipe Two Stay Two Stray ini bertujuan untuk mendukung komunikasi antar siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dengan metode tipe TSTS ini, siswa dapat belajar untuk berbicara ataupun menjelaskan tentang materi yang sudah didiskusikan bersama teman-teman kelompoknya dan juga kepada kelompok yang lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka akan dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dengan judul sebagai berikut : “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TSTS DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XF PADA MATERI HEWAN INVERTEBRATA DI SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN YOGYAKARTA” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-F pada materi Hewan Invertebrata di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta ?

C. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

Penerapan metode pembelajaran two stay two stray (tsts) pada materi sistem imun dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.

0 0 273

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Mojolaban.

0 0 18

PenGARUH MOdel PeMBelAJARAn kOOPeRATIF TIPe TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TeRHAdAP HASIl BelAJAR IPA

0 0 5