Perbedaan prestasi belajar kelas V SDN Demangan Yogyakarta atas penerapan model pembelajaran berbasis paradigma pedagogi reflektif.
ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
Artya Yogy Pramana Universitas Sanata Dharma
2015
Latar belakang pada penelitian ini adalah sebagian besar guru saat ini masih menerapkan model ceramah dalam pembelajaran, sehingga membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode quasi experimental. Desain penelitian menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V di SDN Demangan yang berjumlah 54 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VA untuk kelas konrol dan VB untuk kelas eksperimen. Pemilihan sampel diambil secara
random. Instrumen yang digunakan berupa soal pretest dan posttest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan anilisis deskriptif kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan atas penerapan model pembelajaran berbasis PPR. Hal tersebut ditunjukkan melalui uji independent t-test dengan nilai signifikan sebesar 0,014. Nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 69,56 dan kelompok eksperimen sebesar 55,56. Nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan model ceramah sebesar 72,44 dan kelompok eksperimen dengan menggunakan model PPR sebesar 80,04. Melalui uraian di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.
(2)
ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF LEARNING ACHIEVEMENT FIFTH GRADE STUDENT IN DEMANGAN YOGYAKARTA THROUGH THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY BASED LEARNING
MODAL
ArtyaYogyPramana Sanata Dharma University
2015
The background of study was the application of lecturing study by most of the teacher that make student tend to be passive which will affect their learning achievements. This study aimed to find out the learning achievement difference from fifth grade student in Demangan Elementary School through the application of Riflective Pedagogy Paradigm learning model themed “Social Harmony”
The research was using quasi experimental method. The design of this research was non-equivalent pretest-posttest control-group design. The population of the research was 54 fifth-grade students in Demangan Elementary School. While the sampel of the research was fifth-grade Elementary School students in class A for control class and class B for experiment class. The sample was taken randomly. The instrument of the research were pretest and posttest questionnaires. Quantitative descriptive was applied as the data analysis.
The result of the research showed significant difference toward the application of PPR learning model. It was revealed through the result of independent t-test which the significant value was 0,014. The average mark in initial condition for control group was 69,56 and for experimental group was 55,56. The average mark after a lesson given to the control group applying lecturing model was 72,44 and the experimental group applying PPR model was 80,04. Through the above description, it could be concluded of fifth-grade students in Demangan Elementary School through the application of Reflective Pedagogy Paradigm learning model on the theme of “Social in Harmony
Keywords: learning achievement, PPR application, fifth grade elementary school students.
(3)
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Artya Yogy Pramana NIM: 111134195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
i
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Artya Yogy Pramana NIM: 111134195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kusembahkan kepada :
Allah Bapa Yang ada di Surga yang telah memberikanku
segala limpahan Berkat dan Rahmat
Kedua orang tuaku yang telah memberiku dukungan baik
moril maupun materil yang tak terhingga
Adikku Raymondia Galuh yang telah memberikan
dukungan dan doa restu
Amandafe Ruery Indah Pusparini yang selalu
membantuku dan memberikan segala doa
Rekan - rekan di pondokan Mrican Abil, Choky, Arifka,
Tifa, Anggun, Rita, Hendri, Brigita, Odil, Hera, Danang, Ana, Cory, dan Khoiri yang selalu memberikan semangat dan motivasi
Segenap dosen, baik PGSD maupun Universitas
SD Negeri Demangan yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian
Seluruh keluarga besar kelas C yang telah berdinamika
bersama selama menempuh jenjang S1
Teman-teman angkatan 2011 PGSD yang tak pernah aku
lupakan
(8)
v
Motto
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak
menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)
(9)
(10)
(11)
viii ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA
ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
Artya Yogy Pramana Universitas Sanata Dharma
2015
Latar belakang pada penelitian ini adalah sebagian besar guru saat ini masih menerapkan model ceramah dalam pembelajaran, sehingga membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode quasi experimental. Desain penelitian menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V di SDN Demangan yang berjumlah 54 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VA untuk kelas konrol dan VB untuk kelas eksperimen. Pemilihan sampel diambil secara
random. Instrumen yang digunakan berupa soal pretest dan posttest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan anilisis deskriptif kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan atas penerapan model pembelajaran berbasis PPR. Hal tersebut ditunjukkan melalui uji independent t-testdengan nilai signifikan sebesar 0,014. Nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol sebesar69,56 dan kelompok eksperimen sebesar 55,56. Nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan model ceramah sebesar 72,44 dan kelompok eksperimen dengan menggunakan model PPR sebesar 80,04. Melalui uraian di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.
(12)
ix ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF LEARNING ACHIEVEMENT FIFTH GRADE STUDENT IN DEMANGAN YOGYAKARTA THROUGH THE APPLICATIONOF REFLECTIVE PEDAGOGY BASED LEARNING
MODAL
ArtyaYogyPramana Sanata Dharma University
2015
The background of study was the application of lecturing study by most of the teacher that make student tend to be passive which will affect their learning achievements. This study aimed to find out the learning achievement difference from fifth grade student in Demangan Elementary School through the application of Riflective Pedagogy Paradigm learning model themed “Social Harmony”
The research was using quasi experimental method. The design of this research was non-equivalent pretest-posttest control-group design. The population of the research was 54 fifth-grade students in Demangan Elementary School. While the sampel of the research was fifth-grade Elementary School students in class A for control class and class B for experiment class. The sample was taken randomly. The instrument of the research were pretest and posttest questionnaires. Quantitative descriptive was applied as the data analysis.
The result of the research showed significant difference toward the application of PPR learning model. It was revealed through the result of independent t-test which the significant value was 0,014. The average mark in initial condition for control group was 69,56 and for experimental group was 55,56. The average mark after a lesson given to the control group applying lecturing model was 72,44 and the experimental group applying PPR model was 80,04. Through the above description, it could be concluded of fifth-grade students in Demangan Elementary School through the application of Reflective Pedagogy Paradigm learning model on the theme of “Social in Harmony
Keywords: learning achievement, PPR application, fifth grade elementary school students.
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbedaan Prestasi belajar Kelas V SDN Demangan Atas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif” ini tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada :
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan baik dan memberikan nasehat serta waktunya dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Th. Yunia Setyawan, S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang membimbing peneliti.
5. Keluarga SDN Demanagan yang telah banyak membantu berproses untuk menjadi seorang guru.
6. Kepala SDN Demangan yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
7. Para ahli yang telah melakukan uji keterbacaan dan uji validitas terhadap penelitian saya yang tidak dapat saya sebut satu per satu.
8. Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurn
(14)
(15)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... HALAMAN MOTTO ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ...
ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Batasan Masalah... C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Definisi Operasional... BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ... B. Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... B. Waktu dan Tempat Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengujian Instrumen ... H. Prosedur Analisa Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Penelitian... B. Hasil Penelitian ... C. Pembahasan ... BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan Penelitian ...
Halaman i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xiv xv xvi 1 4 5 5 5 6 8 35 38 40 41 43 46 47 50 52 55 70 89 91 111 127 128
(16)
xiii
C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...
128 130
(17)
xiv DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... Tabel 2.2 Penyempurnaan Perumusan Kurikulum ... Tabel 2.3 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013 ... Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... Tabel 3.2 Kisi - kisi Soal Pretest dan Posttest ...
Tabel 3.3 Kisi - kisi Pertanyaan Wawancara ... Tabel 3.4 Kriteria Hasil Validasi Rata-rata Skor Ahli ... Tabel 3.5 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tema Berbagi Pekerjaan ... Tabel 3.6 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Pretest dan Posttest ... Tabel 3.7 Kisi – kisi Soal Uji Validitas Empiris ... Tabel 3.8 Perbandingan r Hitung dan r Tabel ... Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas ... Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics ... Tabel 3.12 Kategori Indeks Kesukaran Soal ... Tabel 3.13 Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal... Tabel 4.1 Diskripsi Hasil Pretest dan Posttest ...
Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Kedua Kelompok ... Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Kontrol... Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pretest ...
Tabel 4.6 Hasil Uji Independent t-test Skor Pretest ...
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Posttest ...
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Independent T-Test ...
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Selisih Rata-Rata Skor Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol ... Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikasi Selisih Rata-rata Skor Pretest dan
Posttest Kelompok Eksperimen ... 24 26 28 44 53 55 58 59 60 63 65 66 68 68 69 70 91 92 96 95 97 100 102 104 106 109 111 115 117
(18)
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Paradigma Pedagogi Reflektif ... Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan ... Gambar 3.1 Desain Penelitian ... Gambar 4.1 Grafik Data Hasil Pretest dan Posttest ...
Gambar 4.2 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest
Kelompok Kontrol ... Gambar 4.3 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest
Kelompok Eksperimen ... Gambar 4.4 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest
Kelompok Kontrol ... Gambar 4.5 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest
Kelompok Eksperimen ... Gambar 4.6 Grafik Data Hasil Pretest Dan Posttest ...
15 37 42 93
96
98
105
107 120
(19)
xvi LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian ... Lampiran 2 Surat Bukti Penelitian ... Lampiran 3 RPP Eksperimen ... Lampiran 4 RPP Kontrol ... Lampiran 5 Soal Test Validasi ... Lampiran 6 Hasil Validasi Soal Kelas VI ... Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ...
Lampiran 8 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... Lampiran 9 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... Lampiran 10 Hasil Uji Validitas SPSS ... Lampiran 11 Instrumen Validitas Kelayakan Soal dan RPP ... Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Kelayakan Soal dan RPP ... Lampiran 13 Tabulasi dan Validasi Butir Soal ... Lampiran 14 Observasi Sikap ... Lampiran 15 Hasil Pekerjaan Siswa ... Lampiran 16 Refleksi Siswa ... Lampiran 17 Foto-foto Kegiatan ... Lampiran 18 Jadwal Penelitian
Lampiran 19 Biografi ...
134 135 136 206 217 221 228 230 237 244 259 263 267 269 274 284 286 288 289
(20)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu
memiliki pendidikan yang tinggi sangat dibutuhkan untuk bersaing pada
zaman yang terus berkembang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang
dikemukakan Fadlillah (2014:5) bahwa pendidikan merupakan upaya sadar
yang dilakukan sebagai proses dan upaya untuk mentransformasikan
manusia muda menjadi manusia yang dilekati dengan kemanusiaan sesuai
dengan kodratnya, yakni bermanfaat bagi dirinya, sesama, alam lingkungan
beserta segenap isi dan peradabannya. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup manusia (Mudyahardjo, 2006:3).
Salah satu tantangan dalam pendidikan adalah laju zaman yang terus
berubah kearah positif maupun negatif. Perkembangan dalam dunia
pendidikan salah satunya ditandai oleh perubahan kurikulum sebagai upaya
untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Kurikulum terbaru yang
digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum
2013 merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan
yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan
(21)
Perkembangan kurikulum yang terjadi dimaksudkan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan proses pembelajaran
melibatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran
yang mampu meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2006:191) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor pembelajaran yang berlaku dalam sistem pendidikan
hampir seluruhnya bergantung pada guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru
merupakan faktor penting dalam mengembangkan prestasi dan potensi
siswa.
Sebagian besar guru saat ini masih menerapkan metode ceramah
dalam pembelajaran. Siswa cenderung pasif karena guru kurang
memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Sanjaya,
2009:125). Lebih lanjut Sanjaya (2009:125) menuturkan bahwa metode
ceramah diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok siswa. Berdasarkan
penjelasan Sanjaya tersebut dalam pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah, siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru melalui
penuturan secara lisan yang membuat siswa menjadi bosan dan pasif saat
pembelajaran. Hal tersebut akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Guru perlu mengembangkan model pembelajaran yang inovatif. Model
pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dan
dapat menyenangkan bagi siswa, supaya siswa dapat berperan aktif dalam
(22)
Melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara mengembangkan keaktifan
dan memberikan pengalaman belajar pada siswa secara langsung, supaya
pembelajaran menjadi berkesan, makaguru membutuhkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan cara mengembangkan keaktifan siswa dan memberikan
pengalaman belajar siswa secara langsung adalah model pembelajaran
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Penggunakan model pembelajaran
PPR dipilih karena memiliki kelebihan untuk memperbaiki kelemahan
(prestasi belajar) peserta didik (Tim PPR Kanisius, 2010:3). PPR adalah
suatu model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk
mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai nilai-nilai
berdasar pada aspek 3C melalui 5 tahapan yaitu konteks, pengalaman,
refleksi, aksi, dan evaluasi (Tim Redaksi Kanisius, 2008:40). Penerapan
model pembelajaran PPR bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan menumbuhkembangkan kepribadian siswa, mengubah pola
pikir siswa, serta memberikan pengalaman mengenai nilai-nilai kemanusian.
Sebagai hasil pemberian pengalaman mengenai nilai-nilai kemanusiaan
siswa dapat merefleksikan pengalaman yang kemudian dapat
mewujudkannya dalam bentuk aksi atau komitmen berdasarkan pengalaman
yang telah diperoleh. Model pembelajaran ini sering digunakan di SDK
(23)
dilakukan. Adapun hambatan saat mengenalkan PPR di SD Negeri yaitu
kurangnya informasi mengenai model pembelajaran PPR, sehingga siswa
dan guru merasa asing dengan model pembelajaran tersebut.
Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
yang dilakukan pada siswa kelas V di SDN Demangan, penulis berharap
bahwa penelitian ini dapat menunjukkan perbedaan prestasi belajar dengan
model pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Atas dasar permasalahan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :
Perbedaan Prestasi Belajar Kelas V SDN Demangan Atas Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif.
B. Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan pada perbedaan prestasi belajar
siswa atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013. Peneliti
mengambil materi pembelajaran dengan tema “Kerukunan dalam
Bermasyarakat”, subtema 2 “Hidup Rukun”. Subyek penelitian ini dibatasi
pada siswa kelas V SDN Demangan Tahun Pembelajaran 2014/2015,
sedangkan obyek penelitian ini pada perbedaan prestasi belajar siswa kelas
(24)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar pada siswa
kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif pada tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat”?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN
Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan dalam bidang pendidikan sebagai alternatif
salah satu model pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Paradigma
(25)
b. Bagi guru
Dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran
yang sesuai tahap perkembangan siswa.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang lebih
tentang penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR).
d. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan masukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan menggunakan model
pembelajaran yang efektif dan inovatif.
F. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
PPR adalah suatu model pendidikan yang menyediakan solusi
dalam pelayanan untuk mengarahkan manusia menuju pengembangan
hidup sesuai dengan nilai-nilai berdasar pada aspek 3C melalui 5
tahapan yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh individu
(26)
3. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah kegiatan belajar dengan
memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.
4. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memusatkan pada
karakter siswa. Kurikulum ini sebagai penyempurnaan kurikulum
(27)
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Bab II ini akan dibahas berupa landasan teori, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Mulyasa (2013:189) menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar atau proses belajar
siswa akan menghasilkan prestasi belajar. Selanjutnya, menurut
Arifin (2009:12), kata “prestasi” berarti “hasil usaha”, inilah
yang membuat prestasi berbeda dengan hasil belajar. Prestasi
belajar biasanya terkait dengan aspek pengetahuan, sedangkan
hasil belajar berkaitan dengan pembentukan watak, inilah salah
satu contoh perbedaan prestasi belajar dengan hasil belajar.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat
perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang
rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut
(28)
dengan pendapat Arifin, Sudjana (2004:23) mengemukakan
bahwa diantara ketiga ranah, yakni kognitif, afektif,
psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang
dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d)
kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah
maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap
prestasi belajar peserta didik. Mulyasa (2013:190) menyebutkan
terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu
faktor internal maupun faktor eksternal.
1) Faktor internal
Prestasi belajar internal ini ditentukan oleh faktor diri
(internal) dari orang tersebut, faktor internal ini dipengaruhi baik
secara fisiologis maupun secara psikologis. Faktor fisiologis
berkaitan dengan jasmani atau fisik seseorang biasanya
dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada
umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi
jasmani tertentu terutama alat indera. Faktor psikologis berasal
(29)
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal bukan dari diri
siswa, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua hal yaitu dapat
digolongkan dalam faktor sosial dan faktor non sosial.Faktor
sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam
berbagai situasi sosial, contohnya: lingkungan keluarga, sekolah,
teman dan masyarakat pada umumnya. Faktor non sosial adalah
faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan
alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas
belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa contohnya seperti lingkungan yang kurang baik bagi
siswa, ruang kelas yang sempit, dan guru yang kurang
berkualitas. Apabila faktor tersebut kurang sesuai dengan siswa
dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang berdampak pada
kurangnya tingkat pemahaman siswa, selain itu dapat
mempengaruhi konsentrasi dalam memahami pelajaran yang
diberikan, sehingga prestasi belajar siswa menjadi kurang baik.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009:12), prestasi belajar semakin terasa
(30)
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini
sebagai “tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat
dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal
dari suatu institusi pendidikan. Indikator internal dalam
arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator
eksternal dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum
yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(31)
peserta didik menjadi fokus utama yang harus
diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan
dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa adalah suatu hasil yang telah diperoleh dari proses
pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi belajar digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui kemampuan dan kualitas siswa setelah
melakukan pembelajaran. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor
internal (faktor dari diri siwa) dan faktor eksternal (faktor di luar diri
siswa).
2. Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR )
Paradigma Pedagogi Reflektif terdiri dari tiga kata yaitu,
paradigma, pedagogi, dan reflektif dari ketiga kata tersebut
masing-masing kata akan memiliki arti yang berbeda. Arti dari kata paradigma
menurut Kamus Umum Bahasa Indonenesia adalah suatu kerangka
berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan model. Dalam
dunia pendidikan paradigma memiliki maksud pendekatan atau model
pembelajaran sedangkan pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk
mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan
(32)
Pengertian dari reflektif adalah meninjau kembali pengalaman,
topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan
dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar
semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR SD
Kanisius, 2009:7). Menurut pengertian dari masing-masingkata,
Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diartikan sebagai suatu model
pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk
mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai dengan
nilai-nilai Kristiani, yakni persaudaraan solidaritas, saling
menghargai, dan mengasihi tanpa mengubah kebijakan yang telah ada
(Tim Redaksi Kanisius, 2008:40).
Ciri yang paling khas dari PPR adalah dalam membuat indikator
yang dicapai menekankan pada aspek 3C yaitu competence, conscience, dan compassion.Competence merupakan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan
kemampuan kognitif (Masidjo, 2009:3). Dalam hal ini adalah
kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal. Berkaitan dengan
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal dalam proses
belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh peserta didik cenderung
ramai, senang mengobrol dengan teman, serta kurang mendengarkan
pendidik dalam menerangkan materi ajar saat pembelajaran, sehingga
peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
(33)
Penalaran eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian sangat diperlukan
untuk mencapai kualitas yang unggul.
Consciencemerupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani (Masidjo, 2009:3).
Kemampuan afektif ini bertujuan untuk menentukan pilihan-pilihan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah peserta didik kurang teliti dalam
mengerjakan soal, kurang disiplin, dan kurangnya kerapian dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik.
Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama yang berkaitan dengan tindakan konkret maupun batin (Masidjo, 2009:3). Berkaitan
dengan compassion, peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, peserta
didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam
memelihara lingkungan sekitarnya. Tujuan pada aspek ini mengajak
peserta didik menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai,
sehingga membentuk peserta didik menjadi pemimpin pelayanan.
a. Tahapan dalam Perencanaan Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Subagya (2010:65) tahapan dalam perencanaan
(34)
Gambar 2.1 Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif
Berdasarkan gambar di atas langkah-langkah Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Konteks
Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan
disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran.
Konteks di sini maksudnya guru harus menyesuaikan
materi dan cara belajar yang disukai siswa sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi,
kondisi sosial budaya, dan agama.
2) Pengalaman
Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif
dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami
sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin
dikembangkan dari bahan yang dipelajari. Pengalaman
nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman
langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak
langsung.
1. KONTEKS 3. REFLEKSI
2. PENGALAMAN
(35)
3) Refleksi
Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali
pengalaman yang lalu. Menurut Subagya (2005:62),
refleksi merupakan tahap dimana siswa menjadi sadar
sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna
nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai
yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan
kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau
menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada
keinginan untuk bertindak.
4) Aksi
Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah
direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiatan aksi ini merupakan
sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas
kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan
yang ingin diperjuangkan.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penentuan belajar dari
para siswa. Evaluasi yang dilakukan oleh guru tidak hanya
dalam mengembangkan ranah akademik saja, namun juga
mengevaluasi dari perkembangan pribadi siswa. Selama
pembelajaran guru tidak hanya mengembangkan dalam
(36)
siswa. Maka dari itu perlu adanya evaluasi pada ranah
kepribadian untuk mengontrol perilaku siswa.
b. Kekuatan dan Kelemahan PPR
Menurut Tim PPR Kanisius (2010:3) PPR memiliki
kelebihan dan kekurangan. PPR memiliki tujuh kelebihan PPR
yaitu (1) pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap
pribadi peserta didik; (2) peserta didik memiliki hak untuk
dihargai dan dihormati; (3) setiap peserta didik mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat
menemukan solusi atas bimbingan pendidik; (5) memperbaiki
kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih;
(6) menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagi
dalam proses pembelajaran; (7) mencakup semua aspek yang
mendukung proses pembelajaran.
Selain kelebihan, PPR juga memiliki kekurangan yaitu: (1)
hambatan pada jumlah peserta didik yang banyak dikarenakan
pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh
pada peserta didik; (2) tidak mudah menjalankan tugas sebagai
pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidikan merupakan
panggilan hidup.
c. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Tim PPR Kanisius (2010:3), tujuan PPR dibagi
(37)
Tujuan PPR bagi pendidik yaitu (1) pendidik semakin
memahami peserta didik; (2) pendidik semakin bersedia
mendampingi perkembangannya; (3) pendidik semakin lebih
baik dalam menyajikan materi ajarnya; (4) pendidik semakin
memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral; (5)
pendidik mampu beradaptasi dengan materi dan metode ajar
demi tujuan pendidikan; (6) mengembangkan daya reflektif
terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar, dan
pendamping. Tujuan PPR bagi peserta didik yaitu(1) membantu
peserta didik menjadi manusia bagi sesama; (2) pendidik
menjadi manusia utuh; (3) menjadi manusia yang secara
intelektual berkompeten, terbukauntuk perkembangan religius;
(4) menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai; (5)
menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan
keadilan dalam pelayanannya pada orang lain; (6) menjadi
manusia yang berkompeten dan berhati nurani; (7) membentuk
peserta didik untuk menjadi pemimpin yang melayani.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah model pembelajaran yang
menerapakan nilai-nilai berdasarkan aspek 3C. Ciri khusus dari model
pembelajaran ini adalah adanya 3C (Competence, Conscience, Compassion) dalam pembuatan indikator. Pembuatan perencanaan
(38)
pembelajaran pada model PPR memiliki tahapan-tahapan yaitu
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Model pembelajaran
PPR ini selain mengembangkan kemampuan siswa pada ranah
kognitif, tetapi juga meningkatkan kemapuan siswa pada ranah afektif
dan psikomotorik. Peserta didik tidak hanya pandai dari segi
kognitifnya saja, tetapi juga perilaku dan psikomotoriknya juga
berkembang secara baik.
3. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa Latin, kurikulum
berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya
gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi (Harsono,
2005:95). Selanjutnya Muzamiroh (2013:15) berpendapat bahwa
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi
yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan kurikulum tingkat
satuan pendidikan 2006. Kurikulum 2013 berorientasi pada
(39)
(attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Peningkatan kompetensi siswa juga disesuaikan dengan
perkembangan global (Majid, 2014:29-33)
Menurut Nuh (2013:192-198), Kurikulum 2013 ini
memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum 2013 menyebutkan
bahwa setiap lulusan diharapkan memiliki tiga sikap, yaitu sikap
individu, sikap sosial, dan sikap alam. Pengembangan
Kurikulum 2013 didasarkan pada tiga landasan yaitu: landasan
filosofi dalam perkembangan Kurikulum 2013 menentukan
kualitas pengembangan peserta didik yang tercantum pada
pendidikan nasional.
Landasan teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas
teori pendidikan berdasarkan standar teori Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Landasan yuridis Kurikulum 2013
Undang-undang Dasar 1945, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, UU Nomor 17 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Tiga landasan tersebut diharapkan mengembangkan
peserta didik yang memiliki sikap jujur, disiplin, tanggung
(40)
b. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Kurikulum bersifat dinamis dan selalu mengalami
perubahan dan pengembangan. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mengungkapkan bahwa perubahan dan
pengembangan pada kurikulum memiliki tujuan untuk
memperbaiki dan mengembangkan kurikulum sebelumnya
supaya sesuai dengan perkembangan global. Kurikulum juga
harus memiliki visi dan misi yang jelas.
Kemendikbud pada tahun 2013 membuat kurikulum baru
untuk menyempurnakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Perubahan kurikulum diperlukan untuk menyesuaikan
dengan tantangan yang terjadi pada perkembangan global.
Rasional perkembangan Kurikulum 2013 tersebut didasarkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Tantangan internal
Perkembangan kurikulum dilaksanakan dalam
rangka pemenuhan tuntunan 8 Standar Nasional
Pendidikan. Tantangan internal lainnya yaitu peningkatan
kualitas manusia agar tidak menjadi beban pembangunan,
karena berkembangnya jumlah penduduk.
2) Tantangan eksternal
Tantangan eksternal dunia pendidikan yaitu adanya
(41)
dan tuntutan kompetensi masa depan baik dari segi
kualitas sikap maupun mental, sosial. Selanjutnya,
tantangan eksternal juga dipengaruhi oleh persepsi
masyarakat tentang kurikulum sebelumnya yang
menitikberatkan pada sisi kognitif, beban yang terlalu
berat, dan kurang menekankan pada aspek kognitif.
3) Penyempurnaan pola pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (a) pola
pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa; (b) pola
pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif;
(c) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran
jejaring; (d) pola pembelajaran pasif menjadi pola
pembelajaran aktif; (e) pola belajar sendiri menjadi pola
belajar kelompok; (f) pola pembelajaran alat tunggal
menjadi pembelajaran berbasis multimedia; (g) pola
pembelajaran dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (h) pola
pembelajaran tunggal menjadi pola pembelajaran jamak;
(i) pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran
(42)
4) Penguatan tata kelola kurikulum
Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dari tiga aspek
yaitu: (a) tata kerja guru yang bersifat individual diubah
menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (b) penguatan
manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah; dan (c) penguatan sarana dan
prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
5) Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara
pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dimaksudkan
untuk melanjutkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
Kurikulum 2013 diharapkan dapat mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu. Elemen-elemen
perubahan kurikulum menurut Kemendiknas antara lain sebagai
berikut: 1) Kompetensi lulusan; 2) Kedudukan mata pelajaran;
3) Pendekatan isi; 4) Struktur kurikulum; 5) Proses
pembelajaran; 6) Penilaian hasil belajar; dan 7) Ekstrakurikuler.
(43)
Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen Deskripsi
SD
Kompetensi Lulusan
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
Kedudukan Mata Pelajaran (isi)
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan (isi)
Kompetensi dikembangkan melalui:
Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran. Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) (isi)
a. Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial, dan budaya.
b. Pembelajaran dlaksanakan dengan pendekatan sains.
c. Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6.
d. Jumlah jam bertaambah 4 JP/ minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
Proses
Pembelajaran
Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
(44)
Elemen Deskripsi SD
Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
Tematik dan terpadu.
Penilaian
Penilaian berbasis kompetensi
Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).
Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.
Ekstrakurikuler
a. Pramuka (wajib) b. UKS
c. PMR
d. Bahasa Inggris Sumber: Uji Publik Kurikulum 2013
Perkembangan kurikulum di Indonesia mengalami banyak
(45)
satu dengan kurikulum yang lainnya terdapat perbedaan, tetapi
juga masih ada persamaan diantara kurikulum tersebut.
Perbedaan dan persamaan kurikulum terjadi karena adanya
penyempurnaan kurikulum agar sesuai dengan perkembangan
global. Menurut Kemendikbud penyempurnaan kurikulum di
Indonesia dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penyempurnaan Perumusan Kurikulum No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2. Standar isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3. Pemisah antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk ketrampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkonstribusi terhadap pembentukan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
(46)
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan dari kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006.
Selain itu, tabel di atas menunjukkan beberapa perbedaan dalam
kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006 dengan Kurikulum
2013. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada SKL Kurikulum
2013 berdasarkan pada kebutuhan siswa, sedang kurikulum
KBK dan KTSP diturunkan dari Standar Isi. Perubahan atau
perbedaan yang paling nampak pada Kurikulum 2013 mata
pelajaran terintregrasi dengan mata pelajaran lainnya, sedang
KBK dan KTSP masih terpisah-pisah.
Penyempurnaan kurikulum memiliki tujuan menyiapkan
peserta didik untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan
masa depan yang rumit dan kompleks sesuai dengan
perkembangan global. Penyempurnaan kurikulum akan
memberikan dampak pada peserta didik, pendidik, dan tenaga,
manajemen satuan pendidikan, masyarakat umum, dan bangsa.
Dampak yang diperoleh pada penyempurnaan Kurikulum 2013
(47)
Tabel. 2.3 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013
No Entitas
Pendidikan Perubahan yang Diharapkan
1. Peserta Didik 1. Lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif
2. Lebih bergairah dan senang di sekolah dan belajar
2. Pendidik dan Tenaga
1. Lebih bergairah dalam mengajar 2. Lebih mudah dalam memenuhi
ketentuan 24 jam per minggu
3. Manajemen Satuan Pendidikan
1. Lebih mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan
2. Antisipasi atas semaraknya variasi kegiatan pembelajaran
4. Masyarakat Umum
1. Memperoleh lulusan sekolah yang kompeten
2. Kebutuhan pendidikan dapat dipenuhi oleh masyarakat 3. Dapat meningkatkan
kesejahteraannya
5. Bangsa dan Negara
1. Meningkatkan reputasi international dalam bidang pendidikan
2. Meningkatkan daya saing
3. Berkembangnya peradaban bangsa
(48)
c. Kelebihan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki kelibihan dari kurikulum
sebelumnya. Menurut Kurniasih dan Sani (2014:40) kelebihan
dari Kurikulum 2013 yaitu: (1) siswa dituntut aktif, kreatif, dan
inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi
di sekolah; (2) adanya penilaian dari semua aspek, penentuan
nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi
juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, dan sikap; (3)
munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti; (4)
adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional; (5) kompetensi yang dimaksud
menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan; (6) guru berperan sebagai fasilitator.
d. Kekurangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa kekurangan. Menurut
Kurniasih dan Sani (2014:40) kekurangan tersebut yaitu: (1)
guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan
Kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada
siswa di kelas; (2) banyak guru belum siap dengan Kurikulum
2013; (3) kurangnya pemahaman guru dengan konsep
pendekatan saintifik; (4) kurangnya ketrampilan guru untuk
merancang RPP; (5) guru tidak banyak yang menguasai
(49)
siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan
baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya agar sesuai dengan perkembangan global.
Kurikulum mengalami perkembangan berdasarkan landasan
filosifis, landasan teroritis, landasan yuridis. Kelebihan
Kurikulum 2013 adalah siswa menjadi aktif dalam memperoleh
pengetahuan, sedangkan kekurangan Kurikulum 2013 adalah
guru kurang begitu siap dalam pelaksanaan Kurikulum 2013.
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
berharga pada siswa (Depdiknas, 2006:5). Trianto (2009:84)
juga mengutarakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi
dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu
atau beberapa mata pelajaran. Pada hakekatnya pembelajaran
(50)
Selanjutnya, Mulyasa (2013:170) berpendapat bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan
menyuguhkan proses pembelajaran berdasarkan tema untuk
dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dalam proses
pembelajaran menggunakan tema untuk mengaitkan materi
beberapa mata pelajaran. Tema sendiri adalah pokok pikiran
atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan.
b. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan pembelajaran tematik menurut Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional (2006:5) ada 3 yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, dan landasan yuridis. Landasan filosofis ini
dipengaruhi oleh 3 aliran filsafat yaitu progresivisme,
konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme
menekankan proses pembelajaran pada pembentukan kreatifitas,
pemberian sejumlah kegiatan, suasana alamiah, dan
memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran
konstruktivisme menekankan pada pengalaman langsung dalam
proses pembelajaran. Aliran humanisme memandang peserta
didik dari keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang
(51)
Landasan psikologis berkaitan dengan tahap
perkembangan peserta didik. Peserta didik diawal usia SD masih
berpikir kongkret, holistik (memandang secara keutuhan), dan
hierarkis (tahap perkembangan berpikir dari yang sederhana ke
kompleks). Psikologi perkembangan ini diperlukan untuk
menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa sesuai dengan tingkat perkembangan penyampaian
materi pembelajaran. Landasan yuridis merupakan landasan
hukum atau kebijakan yang mendukung dalam pelaksanan
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Undang-undang yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik diantaranya
adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal
9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b).
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik menurut
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
(52)
pada peserta didik dan guru menjadi fasilitator; (2) memberikan
pengalaman langsung dan nyata sebagai dasar pemahaman
hal-hal abstrak; (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (4)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat
fleksibel.
Sejalan dengan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Majid
(2014:84) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran
tematik adalah (1) berpusat pada siswa; (2) memberikan
pengalaman jelas; (3) pemisah antar mata pelajaran tidak begitu
jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5)
bersifat fleksibel, sehingga guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran yang lainnya; dan (6) menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
d. Kelebihan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2009:88-89) pembelajaran tematik
memiliki kelebihan, yaitu (1) waktu yang tersedia banyak,
sehingga materi tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan
dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata
pelajaran; (2) hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat
diajarkan secara logis dan alami.; (3) pendidik dapat membantu
peserta didik memperluas kesempatan belajar keberbagai aspek
(53)
melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang;
(5) peserta didik bisa lebih memfokuskan diri pada proses
belajar, dari pada hasil belajar.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga
memiliki keterbatasan. Menurut Trianto (2009:90-91),
keterbatasan dari pembelajaran tematik dapat dilihat dari
penilaian yang dilakukan oleh guru. Guru harus melakukan
penilaian secara menyeluruh, sehingga guru dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi berasal dari guru
yang berbeda. Keterbatasan dari pembelajaran tematik lainnya
adalah guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan
mencari informasi dari berbagai hal. Jika tidak memiliki
wawasan yang luas maka pembelajaran tematik sulit terwujud.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan berberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik
diharapkan dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Pada
pembelajaran tematik guru dituntut untuk memiliki wawasan yang
luas dan mencari banyak informasi dari berbagai hal yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Pembelajaran tematik memiliki
kelebihan, yaitu waktu yang tersedia banyak dan tidak dibatasi,
(54)
pembelajaran tematik adalah guru harus melakukan penilaian secara
menyeluruh, sehingga guru dituntut untuk berkoordinasi dengan guru
lain apabila materi berasal dari guru lain, selain itu guru harus
memiliki wawasan yang luas.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama
dilaksanakan oleh Susanti(2013) yang melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (Studi Kasus Tentang Implementasi Model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif pada Mata Pelajaran IPA di SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta Tahun 2013)”. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui implementasi penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata
pelajaran IPA di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus, sedangkan
teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara yang
dilakukan terhadap Direktur Yayasan, Pengawas TK/SD, Kepala SD, Guru
kelas V, dan 28 siswa (untuk siswa diberikan kuisioner).Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru dalam membuat perangkat pelaksanaan
pembelajaran PPR sudah baik, perencanaan yang disusun guru sudah
memuat aspek 3C (Competence, Conscience, dan Compassion), dan sudah dapat memfasilitasi penguasaan konsep IPA.
(55)
Kedua, Sumarah dan Anugrahana (2013) yang melakukan penelitian
yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan Menggunakan “Media Montessori” di Kelas 1B SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan membantu guru kelas 1B di SD Kanisius Sorowajan memiliki media
pembelajaran yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran tematik Bahasa
Indonesia, IPA dan matematika berpola Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR).Uji coba dengan menggunakan media Montessori yang berupa kotak
pasir, kartu bergambar, dan manik-manik yang dilakukan oleh guru kepada
21 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian R & D.Penelitian
menghasilkan rekapitulasi angket untuk item-item yang berkaitan dengan
Competence: 100% siswa (berjumlah 21) menjawab “ya” atau memahami
materi pada area bahasa, matematika, dan IPA. Compassion: 100% siswa dapat berkerjasama dan bersedia saling menolong saat proses pembelajaran
menggunakan “Media Montessori”. Conscience: 100% siswa terlihat teliti dan bersemangat mengikuti proses pembelajaran.
Ketiga, Aspraningrum (2011) yang melakukan penelitian yang
berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas II.A SD Kanisius Demangan Baru Semester II Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan 3C menggunakan model pembelajaran tematik berpola Paradigma Pedagogi
(56)
kelas, dengan mengambil sampel siswa kelas IIA SD Kanisius Demangan
Baru.Pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, serta
dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek 3C peserta didik
kelas 2A SD Kanisius Demangan Baru mengalami peningkatan setelah
menerapkan PPR dalam pembelajaran. Literatur map dari penelitian yang
relevan dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa dari ketiga penelitian di atas
memiliki kesamaan atau relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan meneliti penerapan
Susanti (2013) Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif
(PPR) (Studi Kasus
Tentang Implementasi
Model pembelajaran
Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran IPA Di SD Kanisius Wirobrajan
1 Yogyakarta Tahun
2013) Aspraningrum (2011) Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas II.A SD Kanisius Demangan Baru Semester II Tahun Pelajaran
2010/2011.
Sumarah dan
Anugrahana (2013) Pengembangan Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR)
Dengan Menggunakan “Media Montessori” Di Kelas 1B SD Kanisius
Sorowajan-Yogyakarta
Perbedaan Prestasi Belajar Kelas V SD N Demangan Atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
(57)
model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam meningkatkan
pretasi belajar siswa. Hasil ketiga penelitian tersebut menunjukkan
keberhasilan penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain persamaan penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) terdapat perbedaan yang membedakan ketiga penelitian di
atas dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Perbedaan tersebut terletak
pada rancangan penelitiannya. Penelitian yang dilakukan peneliti lain yang
pertama menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian kedua
menggunakan jenis penelitian R & D, dan penelitian ketiga menggunakan
jenis penelitian tindakan kelas, sedangkan peneliti dalam penelitiannya
menggunakan metode eksperimental. Berdasarkan keberhasilan ketiga
penelitian tersebut dalam penggunaan model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektifpeneliti kemudian ingin melakukan penelitian
menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk mengetahui perbedaan
prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Penerapan pendekatan dengan model Pembelajaran Pedagogi Reflektif
ini akan memberikan inovasi baru bagi pengajar dalam membuat suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan, kreatif, dan bermakna dengan
menggunakan model pembelajaran yang dilakukan saat penyampaian materi
(58)
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa yang
dikembangkan dalam setiap mata pelajaran secara utuh. Penilaian terhadap
siswa tidak hanya tertuju pada penguasaan siswa terhadap mata pelajaran
yang ditunjukkan melalui nilai tes yang berupa angka yang diberikan
kepada siswa. Melainkan penilaian yang menyeluruh terhadap siswa
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik (dalam PPR dikenal dengan 3C
yaitu competence, conscience, dan compassion). Pada hakekatnya Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu pola pikir yang
menumbuhkan tidak hanya dari segi pengetahuan melainkan juga
menumbuhkembangkan dari segi sikap supaya menjadi pribadi yang
manusiawi.
Pembelajaran PPR ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa, sesuai dengan pemaparan dari penelitian yang relevan diatas bahwa
melalui penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa. Pengalaman dari pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah yang
ada dalam model pembelajaran PPR ini diharapkan dapat memberikan
pembelajaran yang bermakna supaya siswa memahami materi yang
diberikan oleh guru yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar
siswa. PPR ini dipilih oleh peneliti karena mudah saat mengamati kerjasama
(59)
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar atas penerapan model
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada siswa
kelas V SDN Demangan.
Hi: Terdapat perbedaan prestasi belajar atas penerapan model pembelajaran
berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada siswa kelas V SDN
(60)
41 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini akan membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian,
jadwal pengembalian data, variabel, populasi dan sampel, instrumen penelitian,
uji validitas reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan
model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Jenis penelitian quasi experimental adalahdesainpenelitian dimana peneliti melakukan intervensi/perlakuan pada subjek (Sulistyaningsih, 2012:101).Jenis
penelitian ini digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian untuk
mengetahui perbedaan prestasi belajar dengan memberikan perlakuan yang
berbeda pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain
penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.
Menurut Creswell (2012:242), nonequivalent pretest-posttest control-group design adalah desain penelitian yang membandingkan dua kelompok, masing-masing kelompok tersebut sama-sama diberikan pretest dan
posttest. Pemilihan desain penelitian nonequivalent pretest-posttest control group designmemiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
(61)
siswa antara kelompok yang diberikan perlakuan khusus dengan kelompok
sebagai pengendali yang sebelumnya diberikan pretest dan pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk kelompok-kelompok tersebut, melalui perbandingan hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok, akan tampak perbedaan prestasi belajar antara kelompok yang
diberikan perlakuan khusus dengan kelompok yang bertujuan sebagai
pengendali. Desain penelitian nonequivalentpretest-posttest control-group design digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
O3 O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2014:116)
Keterangan:
O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen
O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen
X : Pemberian perlakuan
O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol
O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen ditunjukkan
dengan tanda O1 dan O2, sedangkan kelompok kontrol ditunjukkan dengan
tanda O3 dan O4. Pengukuran awal pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol ditunjukkan melalui tanda O1 danO3 dengan cara
sama-sama diberikan soal pretest untuk melihat kemampuan awal siswa. Pengukuran kemampuan akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok
(62)
posttest untuk melihat kemampuan akhir siswa. Pemberian posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama, hanya saja sebelum
diberikanposttest kelompok eksperimen diberi perlakuan yang berbeda dari kelompok kontrol.
Pada penelitian ini diambil dua kelas yang akan diteliti yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mengambil dari kelas VA
dan kelas kontrol adalah kelas VB. Masing-masing kelas akan diberi
treatment yang berbeda-beda. Pretest akan dikerjakan masing–masing kelas sebelum diberikan treatmentuntuk melihat kemampuan awal siswa. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberi treatment dengan menggunakan model pembelajaran PPR. Kelas kontrol tidak diberi treatment apapun tetapi tetap melakukan pembelajaran seperti biasa dengan modelpembelajaran
ceramah. Pada akhir pertemuan, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama seperti waktu pretest untuk mengetahui perbedaan dari pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran PPR dengan yang tidak
menggunakan model pembelajaran PPR.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Demangan, yang beralamat di Jl.
Munggur 38, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan selama 11 bulan, dimulai pada bulan September 2014 sampai
dengan Juni 2015. Pengambilan data dilakukan selama 10 hari, dimulai pada
(63)
Pertemuan pertama pada tanggal 27 Oktober 2014 selama 1 jam pelajaran
digunakan untuk pretestsecara bersamaan pada kelas eksperimen dan kontrol. Pertemuan II-IV, peneliti mulai mengajar menggunakan model
pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk kelas eksperimen
dan model pembelajaran ceramah untuk kelas kontrol. Minggu pertama
peneliti mengajar pada kelas kontrol dan minggu kedua peneliti mengajar
pada kelas eksperimen. Waktu pengambilan data dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data
Kelas Hari Tanggal
Pe
rt
em
u
an
Kegiatan Alokasi Waktu
Kon
tr
ol
Senin 27 Oktober
2014 I Pretest 2 JP Selasa 28 Oktober
2014 II
Pembelajaran 1 menggunakan ceramah
6 JP
Rabu 29 November 2014 III
Pembelajaran 2 menggunakan ceramah
6 JP
Kamis 30 Oktober
2014 IV
Pembelajaran 3 menggunakan ceramah
6 JP
Jumat 31 Oktober
(64)
Tabel 3.1 menunjukkan jadwal pengambilan data yang dilakukan oleh
peneliti. Waktu pengambilan data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan secara bergantian. Hal ini disebabkan karena setiap satu
pembelajaran harus dilakukan dalam satu hari atau 6 jam pelajaran. Jumlah
seluruh jam pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 44 jam
pelajaran yang dibagi menjadi 10 kali pertemuan, masing-masing 5 kali
pertemuan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kelas Hari Tanggal
Pe
rt
em
u
an
Kegiatan Alokasi Waktu E k sp er ime n
Sabtu 27 Oktober
2014 I
Pretest
2JP
Senin 3 November 2014 II
Pembelajaran 1 menggunakan pendekatan PPR
6JP
Selasa 4 November 2014 III
Pembelajaran 2 menggunakan pendekatan PPR
6JP
Rabu 5 November 2014 IV
Pembelajaran 3 menggunakan pendekatan PPR
6JP
Kamis 6 November
2014 VI Posttest 2JP
(65)
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhansubyek yang menjadi perhatian peneliti
dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan (Arikunto,
2003:173). Sejalan dengan pendapat Arikunto, Sugiyono (2002:55)
mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian
(Ali, 1985:54). Nawawi (2004:4) menuturkan bahwa populasi dirumuskan
sebagai semua anggota kelompok orang kejadian atau obyek yang telah
dirumuskan secara jelas. Jadi, populasi adalah seluruh subyek atau obyek
yang digunakan dalam penelitian. Populasi yang digunakan pada penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Demangan, Yogyakarta.
Jumlah keseluruhan siswa kelas Vdi SDN Demangan adalah 54 siswa.Siswa
kelas VA berjumlah 27 orang dan siswa kelas VB berjumlah 27 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2014:81). Penentuan sampel pada penelitian
ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dipopulasi
atau dapat disebut sebagai teknik pengambilan sampel convenience random sampling (Sugiyono, 2011:82). Creswell (2012:220) mengartikan
convenience sampling sebagai teknik sampling dengan memilih responden berdasarkan kemudahan saja. Selanjutnya, menurut Dean (2006:145),
(66)
kemudahan. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu sampel
kelompok kontrol dan sampel kelompok eksperimen. Sampel kelompok
kontrol pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VA dan sampel
kelompok eksperimen pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VB.
Unsur kemudahan yang ada dalam penelitian ini adalah peneliti
mengambil sampel di SDN Demangan, karena sebelumnya pernah
digunakan sebagai tempat PPL oleh peneliti, sehingga sudah mengetahui
karakter siswa di SD tersebut, peneliti tidak perlu menyesuaikan dengan
lingkungan SD yang baru lagi. Unsur acak (random) terletak pada penentuan sampel kontrol dan sampel eksperimennya, dengan cara membuat
undian dan mengambilnya secara acak. Teknik random sampling ini bertujuan untuk mengurangi bias dalam penelitian, karena random sampling
lebih tepat dalam menduga populasi sehingga variasi dalam populasi dapat
terwakili oleh sampel. Bias adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi
prasangka (Saefuddin, 2009:7).
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:60), variabel adalah segala sesuatu
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
memperoleh informasi tentang hal tersebut, sehingga dapat ditarik
kesimpulannya. Variabel digunakan untuk mencari informasi, dari informasi
tersebut kemudian diperoleh kesimpulan. Penelitian ini memiliki empat
(67)
1. Variabel bebas
Sanjaya (2013:95) berpendapat bahwa variabel bebas adalah
kondisi atau karakteristik kelas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.
Berbeda dengan pendapat Sanjaya, Noor (2011:49) menjelaskan
bahwa variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
digunakannya atau tidak digunakannya model pembelajaran PPR.
2. Variabel terikat
Sanjaya (2013:95) berpendapat bahwa variabel terikat
(dependent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, akibat dimunculkan atau tidak dimunculkannya ketika peneliti
mengganti variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikontrol oleh peneliti
untuk menetralisasi pengaruhnya (Sarwono, 2006:56).Variabel yang
tidak dikontrol akan mempengaruhi gejala atau fenomena yang sedang
diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah peneliti, jam
pelajaran, dan materi pembelajaran.Peneliti menggantikan guru untuk
mengajar, sehingga antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah
(68)
dan kelompok kontrol yang dilakukan secara bergantian.
Jumlah jam pelajaran antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada penelitian ini sama. Setiap kelompok diberi
perlakuan dengan waktu yang sama, yaitu waktu 5 kali pertemuan
atau 22 jam pelajaran, 18 jam pelajaran untuk perlakuan dan 4 jam
pelajaran untuk pretest dan posttest. Masing-masing pertemuan terdiri dari 6 jam pelajaran atau selama 210 menit. Waktu pelaksanaan pada
penelitian ini dilakukan dengan bergantian hari.
Tema dalam penelitian ini adalah tema “Kerukunan dalam
Bermasyarakat” yang terbagi dalam empat subtema. Setiap subtema terbagi dalam enam pembelajaran, peneliti mengambil materi
pembelajaran dari subtema 2 tentang “Manfaat Hidup Rukun”. Materi
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sama menggunakan 3
pembelajaran yaitu pembelajaran 1, 2, dan 3. Soal pretest danposttest
dibuat sama untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Semua hal yang
dapat membuat adanya kontaminasi akan dikontrol dalam penelitian
ini. Hal yang membedakan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adanya penerapan model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) pada kelompok eksperimen, sedangkan
kelompok kontrol tidak menerapkan model pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR).
4. Variabel Moderator
(69)
pengaruh yang besar antara variabel terikat dan variabel bebas.
Dengan kata lain, variabel moderator adalah variabel yang
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
variabel independen dan dependen (Noor, 2011:50). Variabel
moderator dalam penelitian ini adalah rata-rata skor pretest
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan
dua teknik pengumpulan data, yaitu dokumentasi dan wawancara:
1. Dokumentasi
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi. Sugiyono (2011:240)mengutarakan bahwa dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu berbentuk tulisan,
gambar, atau karya monumental dari seseorang. Sejalan dengan
pendapat Sugiyono, Arikunto (2010:201) menjelaskan bahwa
dokumentasi adalah pencarian data mengenai variabel yang berupa
catatan, notulen, prasasti, transkrip, agenda, dan sebagainya.
Dokumen dalam penelitian ini dalam bentuk soal pretest, posttest, dan gambar-gambar mengenai kegiatan yang dilakukan siswa dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen saat pembelajaran.
Selanjutnya, data-data tersebut diolah untuk mengetahui perbedaan
prestasi belajar siswa atas penerapan model pembelajaran
(1)
296
Lampiran 16
Refleksi Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
298
Siswa membuat rangkaian listrik sederhana
Siswa saat memperagakan gerakan renang
Lampiran 17
Foto Kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
299
Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
Siswa mencoba benda konduktor dan isolator
(5)
300
Lampiran 18
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan Agt
‘14 Sept ‘14 Okt ‘14 Nov ‘14 Des ‘14 Jan ‘15 Feb
‘15 Mar ‘15 Apr ‘15 Mei ‘15 Jun ‘15 Jul ‘15 Agst ‘15 1 Penyusunan proposal
penelitian √
2 Penyusunan
instrumen peneltian √
3 Uji coba instrumen √ √
4 Pengumpulan data
penelitian √ √
5 Pengolahan data √ √ √
6 Penyusunan laporan
skripsi √ √ √ √ √ √
7 Ujian skripsi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
289
Lampiran 19
BIOGRAFI
Artya Yogy Pramana lahir di Kulon Progo, 21 September 1993. Anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Priyatmojo dan Ibu Arni Supriyantini. Tinggal di Kedung Banteng, Temon Kulon, Temon, Kulon Progo. Pendidikan Dasar diperoleh di SDN Temon Kulon pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Temon pada tahun 2005, setelah lulus melanjutkan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Wates pada tahun 2008, karena terinspirasi guru sewaktu di SD membuat penulis memilih melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma dan mengambil program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Masa pendidikan selama 4 tahun di Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul
“PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN ATAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI