Perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam tema selalu berhemat energi kelas IV Sekolah Dasar.

(1)

ix

ABSTRAK

Kusuma, R.A. (2016). Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Atas Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Tema Selalu Berhemat Energi Kelas IV

Sekolah Dasar. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya model pembelajaran dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah dasar. Penelitian ini juga

dilatarbelakangi adanya teori bahwa penerapan model pembelajaran Paradigma

Pedagogi Reflektif mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif.

Penelitian ini adalah penelitian quasi experimental dengan desain

nonequivalent control group. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas

IVA sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB sebagai kelompok kontrol.

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Kanisius

Ganjuran sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B SD Kanisius Ganjuran

sebagai kelompok kontrol. Data penelitian ini diperoleh dari hasil

pretest

dan

postest

dilakukan dengan menggunakan 10 soal pilihan ganda yang telah diuji

validitas, reliabilitas dan tingkat kesukarannya. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan dua cara yaitu dokumentasi dan wawancara. Prosedur analisis

penelitian ini terdiri dari penentuan hipotesis, manajemen data, menentukan taraf

signifikansi, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Teknik analisis data yang

digunakan untuk menguji hipotesis adalah independent t-test yang didukung

dengan penggunaan Microsoft Excel dan Statistical Product and

Service Solutions

(SPSS)

. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata skor posttest kelompok kontrol

lebih rendah kontrol (Mean = 74,76 ; Standar Error of Mean = 3,313)

dibandingkan dengan skor posttest kelompok eksperimen (Mean = 81,43; Standar

Error of Mean = 1,863). Perbedaan ini signifikan dengan perhitungan hasil uji

koefisien determinasi menunjukkan

t

(42)= -3,10 dan memiliki small effect sebesar

r = 0,431.Hasil analisis data kemudian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa atas penerapan paradigma pedagogi reflektif.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan

atas penerapan paradigma pedagogi reflektif terhadap prestasi belajar siswa.

Peneliti merekomendasikan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif

agar dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu media pembelajaran.


(2)

ix

ABSTRACT

Kusuma, R.A. (2016). The Difference of Students Learning Achievement in the

Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm In The Theme Save Energy for

Grade IV Students of Elementary School. Yogyakarta. Sanata Dharma University.

This research based on lack of learning methods used to increase

student’s learning achievement

in elementary school. It also based the theory said

the implementation of reflective pedagogy paradigm could increase stude

nt’s

learning achievement. It was

purpose to know the difference of student’s learning

archievement the impelementation reflektif pedagogy paradigm.

This study was a quasi-exsperimental research using nonequivalent

control group design. The population of this research was all of the students of

grade IV Kanisius Ganjuran Elementary School and sample in this research were

the students of class IVA as an experimental group and the students of IVB as a

control group. The research data obtained by doing the prestest and postest in

exsperimental group and the control group. Pretest and posttest used 10 multiple

choice questions that have been test for validity, reliability, and level of difficulty.

Data were colected in two ways: documentation and interview. The procedure of

data analysis in this research consist the determining of hypotheses, managing the

data, determining significance level, classical assumption, and hypotheses test.

The data analysis technique used in this study to check the hypotheses was

independent t-test suported by Microsoft Excel and Stastitical Product and

Service Soluction (SPSS). The result of the da

ta analysis showed control group’s

postest average score was lower (Mean

74,76 ;

Standar Error of Mean = 3,313)

compared to

exsperiment

group’s posttest average score

(

Mean = 81,43; Standar

Error of Mean = 1,863).This difference was significant to the calculation off

coefficent determination test result that showed

t(42)=-3,10

and had small efect r

= 0,43. The data analysis resukt then could be said that thre was difference in

student’s learning achievement

by implementating reflective paedagogy

paradigm.

The conclusion of this research showed there was significant difference of

implementation reflective pedagogy paradigm to student’s learning achievement

research recommed reflective pedagogy paradigm to be used as one of the

learning method.


(3)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Rita Arum Kusuma

NIM : 111134185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Rita Arum Kusuma

NIM : 111134185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan segala kenikmatan yang tiada terhingga dalam setiap langkah yang telah peneliti tempuh 2. Bapak Sumadi dan Ibu jumiati yang selalu mendoakan dan memberi

semangat.

3. Kakak Ike Kusumayati dan Sinta Dwi Kusuma 4. Teman terdekatku Aranda Helfan Marthesaputra 5. Sahabat RIP Sesilia Lingga Risty Noviadewi 6. PGSD kelas C 2011


(8)

v

HALAMAN MOTTO

“ Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karena itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan berharaplah.”

(QS. Al Insyirah: 6-8)


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

Kusuma, R.A. (2016). Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Tema Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya model pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah dasar. Penelitian ini juga dilatarbelakangi adanya teori bahwa penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif.

Penelitian ini adalah penelitian quasi experimental dengan desain nonequivalent control group. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Ganjurandan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IVA sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB sebagai kelompok kontrol. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Kanisius Ganjuran sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B SD Kanisius Ganjuran sebagai kelompok kontrol. Data penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan

postest dilakukan dengan menggunakan 10 soal pilihan ganda yang telah diuji validitas, reliabilitas dan tingkat kesukarannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu dokumentasi dan wawancara. Prosedur analisis penelitian ini terdiri dari penentuan hipotesis, manajemen data, menentukan taraf signifikansi, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah independent t-test yang didukung dengan penggunaan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Hasil analisis data menunjukkan rata-rata skor posttest kelompok kontrol lebih rendah kontrol (Mean = 74,76 ; Standar Error of Mean = 3,313) dibandingkan dengan skor posttest kelompok eksperimen (Mean = 81,43; Standar Error of Mean = 1,863). Perbedaan ini signifikan dengan perhitungan hasil uji koefisien determinasi menunjukkan t(42)=-3,10dan memiliki small effect sebesar r = 0,431.Hasil analisis data kemudian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan paradigma pedagogi reflektif.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan atas penerapan paradigma pedagogi reflektif terhadap prestasi belajar siswa. Peneliti merekomendasikan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif agar dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu media pembelajaran.


(12)

ix ABSTRACT

Kusuma, R.A. (2016). The Difference of StudentsLearning Achievement in the Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm In The Theme Save Energy for Grade IV Students of Elementary School. Yogyakarta. Sanata Dharma University.

This research based on lack of learning methods used to increase student’s learning achievement in elementary school. It also based the theory said the implementation of reflective pedagogy paradigm could increase student’s learning achievement. It was purpose to know the difference of student’s learning archievement the impelementation reflektif pedagogy paradigm.

This study was a quasi-exsperimental research using nonequivalent control group design.The population of this research was all of the students of grade IV Kanisius Ganjuran Elementary School and sample in this research were the students of class IVA as an experimental group and the students of IVB as a control group. The research data obtained by doing the prestest and postest in exsperimental group and the control group. Pretest and posttest used 10 multiple choice questions that have been test for validity, reliability, and level of difficulty. Data were colected in two ways: documentation and interview. The procedure of data analysis in this research consist the determining of hypotheses, managing the data, determining significance level, classical assumption, and hypotheses test. The data analysis technique used in this study to check the hypotheses was independent t-test suported by Microsoft Excel and Stastitical Product and Service Soluction (SPSS). The result of the data analysis showed control group’s postest average score was lower (Mean 74,76 ; Standar Error of Mean = 3,313)compared to exsperiment group’s posttest average score (Mean = 81,43; Standar Error of Mean = 1,863).This difference was significant to the calculation off coefficent determination test result that showed t(42)=-3,10and had small efect r = 0,43. The data analysis resukt then could be said that thre was difference in student’s learning achievement by implementating reflectivepaedagogy paradigm.

The conclusion of this research showed there was significant difference of implementation reflective pedagogy paradigm to student’s learning achievement research recommed reflective pedagogy paradigm to be used as one of the learning method.


(13)

(14)

(15)

(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7


(17)

xiv

F. Manfaat Penelitian ... 8

G.Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Prestasi Belajar ... 10

a.Pengertian Prestasi Belajar ... 10

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11

1) Faktor Internal ... 11

2) Faktor Eksternal ... 11

c. Fungsi Prestasi Belajar ... 12

2. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 13

a. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 14

b. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 15

c. Pola Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)... 16

d. Kelebihan dan Kekurangan PPR ... 20

3. Kurikulum 2013 ... 21

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... 21

b. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 22

c. Kelebihan Kurikulum 2013 ... 32

d. Kelemahan Kurikulum 2013 ... 33

4. Pembelajaran Tematik ... 34

a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 34


(18)

xv

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 36

d. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Desain Penelitian ... 46

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

1) Waktu Penelitian ... 48

2) Tempat Penelitian ... 51

D. Variabel Penelitian ... 51

1) Variabel Bebas ... 51

2) Variabel Terikat ... 51

3) Variabel Kontrol ... 52

4) Variabel Moderator ... 53

E. Populasi dan Sampel ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1) Dokumentasi ... 55

2) Wawancara ... 56

G. InstrumenPengumpulan Data ... 57

1) Tes ... 57


(19)

xvi

a. Perangkat Pembelajaran ... 60

b. Pedoman Wawancara ... 60

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 60

1) Uji Validitas Instrumen ... 61

a. Validitas Isi ... 61

b. Validitas Muka ... 68

c. Validitas Konstruk ... 69

2) Uji Reliabilitas Instrumen ... 74

3) Indeks Kesukaran ... 76

I. Teknik Analisis Data ... 78

1) NullHypothesis ... 79

2) Mengorganisasi Data ... 80

a. Data Coding ... 80

b. Data Editing ... 80

c. Data Entry ... 81

d. Data Cleaning ... 81

3) Taraf Signifikansi ... 81

4) Uji Skor Pretest ... 82

a. Uji Normalitas ... 82

b. Uji Homogentitas ... 84

c. Uji Independent t-test ... 86

5) Uji Skor Posttest ... 87


(20)

xvii

b. Uji Homogenitas ... 89

c. Uji Independent t-test ... 90

6) Uji Hipotesis ... 90

7) Uji Signifikansi Rata-rata Skor Pretest dan Posttest ... 92

8) Uji Beda Selisih Rata-rata Skor Pretest dan Posttest ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 96

A. Deskripsi Penelitian ... 96

B. Hasil Penelitian ... 99

C. 1) Hasil Uji Skor Pretest ... 101

a. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest ... 103

b. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ... 108

c. Hasil Uji Independent t-test Skor Pretest ... 110

2) Hasil Uji Skor Posttest ... 112

a. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest ... 112

b. Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest ... 117

c. Hasil Uji Independent t-test Skor Posttest ... 119

3) Hasil Uji Hipotesis ... 119

4) Hasil Uji Signifikansi Selisish Rata-rata Skor Pretest dan Posttest ... 122

5) Hasil Uji Beda Selisih Rata-rata Skor Pretest Posttest ... 126

D. Pembahasan ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133


(21)

xviii

B. Keterbatasan Penelitian ... 134

C. Saran ... 134

DAFTAR REFERENSI ... 135


(22)

xix

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 25 Tabel 2.2 Kesenjangan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 ... 27 Tabel 2.3 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 29 Tabel 2.4 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013 31 Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 49 Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 58 Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 60 Tabel 3.4 Kriteria Hasil Validasi RPP ... 63 Tabel 3.5 Rekap Penilaian RPP Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 64 Tabel 3.6 Rekap Penilaian soal Pretest Posttest ... 65 Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Uji Validitas Empiris ... 70 Tabel 3.8 Perbandingan r Hitung dan r Tabel ... 73 Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas ... 73 Tabel 3.11 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 75 Tabel 3.12 Hasil Reliability Statistics ... 76 Tabel 3.13 Kategori Indeks Kesukaran Soal ... 77 Tabel 3.14 Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal ... 78 Tabel 3.15 Kategori Effect Size ... 95 Tabel 4.1 Daftar Kegiatan saat Penelitian ... 98 Tabel 4.2 Diskripsi Hasil Prestest dan Postest ... 100 Tabel 4.3 Skor Pretest dan Posttest ... 103


(23)

xx

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest

Kelompok Kontrol ... 104 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest

Kelompok Eksperimen ... 107 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ... 110 Tabel 4.7 Hasil Uji Independent t-test ... 111 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Kontrol ... 114 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen 116 Tabel4.10 Hasil Uji Perhitungan Uji Homogenitas Skor Posttest... 119 Tabel4.11 Hasil Perhitungan Uji Independent t-test ... 122 Tabel4.12 Hasil Uji Paired t-testKelompok Kontrol ... 125 Tabel4.13 Hasil Uji Paired t-test Kelompok Eksperimen ... 127 Tabel4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 129


(24)

xxi

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 2.1 Langkah-Langkah Paradigma Pedagogi Reflektif ... 17 Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan ... 45 Gambar 2.3 Diagram Kerangka Berpikir ... 45 Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Skor Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 102 Gambar 4.2 P-P Plot (Atas) dan Histogram (Bawah) Skor Pretest

Kelompok Kontrol ... 106 Gambar 4.3 P-P Plot (Atas) dan Histogram (Bawah) Skor Pretest

Kelompok Eksperimen ... 108 Gambar 4.4 P-P Plot (Atas) dan Histogram (Bawah) Skor Posttest

Kelompok Kontrol ... 115 Gambar 4.5 P-P Plot (Atas) dan Histogram (Bawah) Skor Posttest


(25)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin dan Bukti Telah Melakukan

Penelitian ... Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen ... 141 Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ... 198 Lampiran 4 Hasil Validasi RPP ... 237 Lampiran 5 Hasil Validasi Soal ... 246 Lampiran 6 Soal Validitas Konstruk ... 248 Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ... 253 Lampiran 8 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest dan Posttest ... Siswa Eksperimen ... 255 Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest dan Posttest

Siswa Kontrol ... 261 Lampiran 10 Hasil Wawancara ... 267 Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Muka ... 268 Lampiran 12 Hasil Refleksi Siswa ... 269 Lampiran 13 Keterangan Penilaian Conscience/Afektif ... 271 Lampiran 14 Tabulasi Soal Validitas Konstruk ... 273 Lampiran 15 Tabulasi Data Mentah pretest dan posttest

Eksperimen ... 291 Lampiran 16 Tabulasi Data Mentah pretest dan posttest


(26)

xxiii

Lampiran 17 Analisis skor pretest dan posttes kelompok kontrol dan

Eksperimen ... 295 Lampiran 18 Foto-foto ... 303


(27)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab satu berisi paparan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga munculnya perubahan perilaku. Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. (Hilgard, 2006). Gagne (dalam Susanto, 2013 : 3), berpendapat bahwa belajar dapat didefinisikan suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Adapun menurut Burton (dalam Usman Setiawati, 2003 : 4), belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu karena adanya interaksi anatara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya.

Proses belajar mengajar di sekolah betujuan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana, baik perubahan dalam pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Belajar dicirikan dengan adanya aktivitas dari orang yag sedang belajar, dengan kata lain belajar tidak akan berjalan bila tidak ada aktivitas saat proses belajar mengajar berlangsung. Masalah yang sering dihadapi dan ditemui dalam dunia pendidikan adalah kurangnya aktivitas yang dialami oleh siswa itu sendiri. Setiap proses belajar mengajar sangat diperlukan adanya aktivitas, karena


(28)

aktivitas merupakan hal penting dalam pembelajaran dan merupakan suatu bentuk tolak ukur terhadap ketercapaian belajar mengajar. Sadirman (2010:29) berpendapat bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar karena tidak ada kegiatan belajar jika didalamnya tidak memuat aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat atau melakukan sesuatu. Siswa merupakan faktor utama dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Masing-masing siswa memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lainnya. Hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam prestasi belajarnya. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan menyerap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain dari faktor guru penyebab dari kesulitan belajar bisa berasal dari faktor siswa itu sendiri. Faktor belajar yang sering muncul dari siswa kemungkinan berasal dari rasa takut siswa pada saat mengikuti pelajaran di sekolah. Faktor tersebut mengakibatkan adanya siswa yang memiliki prestasi tinggi, sedang, dan kurang. Faktor kesulitan belajar siswa yang kemungkinan muncul dari guru adalah ketidaktepatan guru dalam menggunakan pendekatan belajar.Selain itu adanya permasalahan pokok yang sangat berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa yaitu dalam proses pembelajaran berlangsung, siswa seperti merasa malu, gemetar, bahkan ada beberapa siswa yang tidak mau menjawab pertanyaan dan tidak mau maju kedepan saat guru membrikan pertanyaan. Hal tersebut bisa berdampak pada prestasi belajar siswa.

Sebagian besar guru masih mengajar meggunakan pendekatan yang membuat siswa menerima materi sebatas apa yang disampaikan oleh guru. Siswa


(29)

cenderung pasif dan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru kurang diperhatikan. Guru cenderung menggunakan mode pembelajaran ceramah dalam proses belajar mengajar. Guru menggunakan model pembelajaran tersebut karena beranggapan lebih mudah dan siswa dapat lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Model ceramah yang dilakukan guru kurang memberikan siswa kesempatan untuk ikut aktif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, siswa hanya sebatas mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut membuat siswa bosan dan jenuh untuk belajar, sehingga membuat prestasi belajar mereka masih tergolong kurang. Model pembalajaran yang disampikan kepada siswa haruslah dikemas secara baik dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, agar membuat siswa lebih antusias dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan materi yang disampikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.

Usaha dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dapat dilakukan dengan mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan suasana belajar yang membuat siswa ikut terlibat dan mengalamai sendiri apa yang telah dipelajarainyapada saat proses pebelajaran, sehingga hal tersebut lebih bermakna dan membuat siswa dapat belajar dengan perasaan senang. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung dan memperoleh pengetahaun baru adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). PPR dimaknai sebagai suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam


(30)

rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan, di mana nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau tindakan (Tim PPR Kanisius, 2009 :2). (Tim PPR Kanisius, 2009:5) juga memaparkan bahwa pendekatan PPR memiliki 5 langkah yaitu konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi , dan evaluasi.

Konteks mengembangkan pendidikan yaitu guru sebagai fasilitator perlu menyemangati siswa untuk selalu memiliki nilai persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab, kerja keras, cinta lingkungan hidup, dan lain-lain. Adanya konteks ini dipakai untuk menunjuk pada suatu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek kognitif dan afektif peserta didik. Kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Peserta didik haruslah aktif dalam mengikuti kegiatan ini. Hal inilah yang disebut dengan pengalaman. Setelah megalami suatu kegiatan peserta didik dapat mengingatnya, menyimaknya, dan merefleksikannya kembali tentang apa yang bermakna dari kegiatan tersebut. Adanya refleksi ini kurang bermakna jika tidak dilanjutkan dengan suatu usaha, tekad dan niat. Disinilah aksi atau tindakan diwujudkan. Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Setelah melakukan aksi, evaluasi perlu dilakukan secara berkala.

Dalam menerapkan pendekatan PPR dapat dilakukan dengan memberikan bentuk pengajaran yaitu model pembelajaran eksperimental. Menurut Fraenkel, dkk (2012: 265) Model pembelajaran eksperimental merupakan format interaksi belajar mengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan


(31)

pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Proses percobaan tersebut sangat tepat penerapannya dengan pendekatan PPR karena PPR memiliki tiga tujuan untuk meningkatkan 3C (competence, conscience, dan compassion). Competence (C1) merupakan kemampuan kognitif yang harus dicapai peserta didik, conscience (C2) merupakan kemampuan afektif yang berhubungan dengan sikap-sikap moral yang dapat dipertanggungjawabkan hati nurani, compassion (C3) merupakan kemampuan psikomotorik yang berhubungan dengan kepeduliaan teradap sesama (kepedulian sosial). Ketiga hal tersebut merupakan tujuan dari PPR untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh (Tim PPR Kanisius, 2009 :3).

PPR ini akan diterapkan dalam pembelajaran tematik sesuai dengan sistem pendidikan 2015 yang menggunakan kurikulum terbaru yautu kurikulum 2013 Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5) Penerapan PPR dalam pembelajaran tematik didasarkan pada alasan bahwa PPR dan tematik memiliki kesamaan dalam memberikan pengalaman yang bermakna secara utuh. Kedua model pembelajaran ini akan diterapkan di kelas IV dengan jumlah 2 kelas. Hal ini sesuai dengan karakter anak kelas IV (10-11 tahun) yang masih dalam tahap operasoinal kongkrit. Dalam hal ini anak masih berpikir secara berkesinambungan dalam memahami sesuatu (Gagne, 2006).


(32)

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV dan didapatkan data bahwa siswa kelas IV mengalami hambatan saat mempelajari beberapa mata pelajaran dalam satu waktu dan prestasi belajar siswa kelas IV tergolong kurang,banyak siswa yang masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas IV tersebut, akan dilakukan penelitian dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflktif (PPR) dalam pembelajaran tematik tema Selalu Berhemat Energi. Penerapan PPR dalam pembelajaran tematik akan dilakukan dengan metode eksperimen yang bertujuan agar siswa mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses dalam belajar sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu (Djamarah, 2002 : 95). Metode eksperimen yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode quasi eksperimen yang membandingkan 2 kelas. Kelas yang pertama sebagai kelas kontrol, dan kelas kedua sebagai kelas eksperimen. Dalam kelas kontrol tidak diberikan sebuah treatment, sedangkan dalam kelas eksperimen diberikan sebuah treatment dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam tema Selalu Berhemat Energi. Selain itu peneliti jua merasa ingin mengembangkan kepribadian siswa secara utuh agar tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif dalam hidup. Karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Tema Selalu Berhemat Energi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.


(33)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di bagian sebelumnya maka dapat ditemukan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa masih tergolong kurang

2. Siswa masih merasa sulit mempelajari beberapa mata pelajaran dalam satu waktu

3. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat yang dapat mendukung berjalannya proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Masalah ini dibatasi pada perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran Bantul atas penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik kelas IV tema 1 subtema 3. Tema yang dipakai dalam penelitian ini yaitu tema 1 selalu berhemat energi dan menggunakan kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas IV atas penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam tema Selalu Berhemat Energi?”


(34)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) kelas IV dalam tema “Selalu Berhemat Energi”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi menambahkan wawasan tentang model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami dan menyerap materi dalam pembelajaran tematik kelas IV dalam tema Selalu Berhemat Energi dengan menggunakan model pembelajaran Pradigma Pedagogi Reflektif.

b. Bagi pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi guru untuk menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar.


(35)

c. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas penddikan dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif dan dapat memperoleh panduan inovatif mengenai model pembelajaran yang selanjutnya diharapkan dapat digunakan dalam proses pebelajaran di sekolah. d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran di kurikulum 2013 dan menambah pengetahuan tentang pendekatan yang baik digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai bekal untuk menjadi guru profesional.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka peneliti membatasi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Paradigma Pedagogi Reflektif adalah sebuah pola pikir (paradigma) dan suatu model pembelajaran yang menekankan pada refleksi yang bertujuan untuk menemukan nilai-nilai hidup di dalam pendidikan.

2. Prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dari proes pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditunjukkan dengan nilai.

3. Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu waktu.


(36)

10 BAB II LANDASAN TEORI

Bab dua akan membahas mengenai kajian pustaka, penelitan yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang relevan dengan suatu penelitian. Penelitian yang relevan berisi beberapa penelitian yang pernah ada, kemudian hasil penelitian tersebut dirumuskan dalam kerangka berpikir sedangkan hipotesis penelitian berisi suatu jawaban sementara atas penelitian yang akan dilakukan.

A. Kajian Pustaka 1. Prestasi belajar

a. Pengertian prestasi belajar

Mulyasa (2013:189) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Hasil yang telah dicapai siswa dalam tugas atau materi pelajaran yang telah diterima dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat memenuhi kriteria. Sudjana ( 2004:23) memaparkan bahwa di antara ketiga ranah kognitif, afektif, psikomotorik maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasi isi bahan pengajaran. Setiap anak memiliki struktur kognitif dimana konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman tentang objek yang ada dalam lingkungan. Pemahaman


(37)

tentang objek tersebut berlangsung melalui proses mengasimilasi dan akomodasi. Lebih lanjut Arifin (2009:12) menjelaskan prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengajr prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi itu sendiri merupakan bekal hidup anak tentang dunia di mana mereka hidup, agar anak dapat menyongsong dan menghadapi dunia modern.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar

Mulyasa (2013:190) menyebutkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun psikologis. Faktor psikologis berkaitan dengan jasmani atau fisik seseorang yang biasanya dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umunya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama alat indera. Faktor psikologis berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat dan sikap.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan natar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, contohnya lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan


(38)

masyarakat pada umumnya. Faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik ; misalnya : keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, sumber-sumber buku, dan sebagainya.

(Arsyad 2007: 5) mengajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari, (b) lingkungan, (c) faktor instrumental dan (d) kondisi peserta didik. Faktor- faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Dengan demikian untuk memahami dan mendongkrak atau meningkatkan prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009:12), prestasi belajar semakin terasa penting karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:

1). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas penegtahuan yang telah dikuasai siswa.

2). Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.

3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inivasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4). Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari suatu instuti pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar


(39)

dalam dijadikan indikator tingkat pruduktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5). Pretasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan dengan nilai. Di dalam prestasi belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yakni faktor internal (faktor diri) dan faktor eksternal yang digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial . Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar ,fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

2. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Paradigma adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran sedangkan Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam


(40)

pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010: 2). Tim Redaksi Kanisius (2008:41) mengemukakan bahwa model Paradigma Pedagogi Reflektif tidak lepas dari pola dinamika retret atau latihan rohani yang merupakan kerangka acuan dari Pedagogi Ignasian, yang juga menjadi ciri khas pendidikan Yesuit. Melalui Pedagogi Ignasian, model PPR muncul sebagai salah satu model pendidikan yang menekankan unsur-unsur pokok dalam proses pembelajaran, yakni konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

Tim PPR SD Kelompok Kanisius (2010) juga menjelaskan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir (paradigma) dalam menumbuhkembangkan pribadi kristiani yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pengertian lain dari PPR adalah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman, masalah dunia dan kehidupan serta pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai-nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya (Gema Kanisius, Oktober 2010:7). Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, yakni persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, dan mengasihi.

a. Ciri- ciri Paradigma Pedagogi Reflektf

Menurut (Subagya, 2010: 68) Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki ciri-ciri esensial yaitu: 1) Dapat diterapkan dalam semua kurikulum. 2) Fundametal untuk proses belajar mengajar. 3) Mempribadikan proses belajar dengan mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti yang dipelajari.


(41)

b. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Tim Ignatian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki 2 tujuan yaitu diperuntungkan bagi pendidik dan bagi peserta didik. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi pendidik antara lain (1) agar guru semakin memahami peserta didik; (2) semakin bersedia mendampingi perkembangannya lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya; (3) semakin meemperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral peserta didik; (4) semakin mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan; (5) mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar, dan pendamping. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi peserta didik antara lain: (1) membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang sesama; (2) menjadi manusia yang utuh; (3) menjadi manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka, untuk perkembangan religius; (4) menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai; (5) menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain (umat Allah); (6) menjadi manusia yang berkompeten dan berhati nurani

Competence adalah kualitas yang unggul bagi peserta didik (Masijo, 2009: 3). Berkaitan dengan kehidupan peserta didik maka tujuan di atas dapat diambil contoh kasus yang berkaitan dengan competence antara lain pada saat proses belajar mengajar peserta didik cenderung ramai, senang mengobrol dengan teman, serta kurang mendengarkan pendidik dalam menerangkan materi ajar sehingga peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas maka akibatnya prestasi belajar peseta didik kurang memuaskan, sehingga penalaran


(42)

eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian sangat diperlukan untuk mencapai kualitas yang unggul.

Concience adalah kepekaan dan ketajaman hari nurani (Masijo, 2009: 3). Jika diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik tujuan diatas dapat diambil contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah cenderung ramai, dan kurang disiplin dan kurangnya kerapian dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik. Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama (Masijo, 2009: 3). Berkaitan dengan compassion peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya. Tujuan dari PPR di atas mengajak peserta didik menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai dan membentuk pemimpin pelayanan.

c. Pola Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR dalam proses pengembangan nilai-nilai kemanusiaannya ditumbuhkan melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dalam proses pembelajaran berpola PPR menganggap setiap peserta didik itu unik, pribadi yang bernilai. Peserta didik itu subjek pembelajar bukan objek, maka dalam situasi apapun berhak dihargai dan mendapat rasa hormat.

Pendidik bukan satu-satunya sumber pengetahuan, pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, dan para ahli. Peserta didik sendirilah yang aktif belajar menemukan kebenaran. Sebagai peserta fasilitator, seorang pendidik berperan untuk menciptakan situasi sedemikian rupa


(43)

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung. Pendidik hendaknya juga hadir memberikan stimulasi, memotivasi dan meneguhkan usaha anak untuk belajar. Dinamika pembeajaran model PPR menurut Subagyo (2010:65) :

Gambar 1. Dinamika Pradigma Pedagogi Reflektif

Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan disertai evaluasi. Maka kelima unsurnya yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi merupakan suatu kesatuan yang utuh.

1). Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks di sini maksudnya, guru harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang disukai siswa sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi sosial budaya, dan agama (Subagyo, 2005). Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan materi dengan kehidupan nyata, dan mempelajarinya.

KONTEKS

PENGALAMAN EVALUASI

REFLEKSI AKSI


(44)

2). Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari (Subagyo, 2005:3). Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung. Contoh penerapan pengalaman lansung misalnya siswa ingin mengambangkan nilai persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka siswa belajar dalam kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung dapat dilakukan degan cara siswa membayangkan, merenungkan, suatu peristiwa misalnya membaca berita dan melihat foto.

3). Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Menurut (Subagyo, 2005), refleksi merupakan tahap dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada keinginnan untuk bertindak. Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru menfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain: (1) mengajukan pertanyaan terbuka; (2) memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat/perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gambar; (3) mengajak siswa untuk berdiskusi


(45)

4). Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiayan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Menurut (Subagyo, 2005: 3 ), perkembangan nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat kemaunnya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuaatan merupakan aksi lahir.

a. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa. Menurut Subagyo (2005:4), evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan tidak dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru mengobservasi perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukkan perkembangan nilai kemanusiaan. Guru mencatat anekdot (peristiwa yang cukup mencolok). Perlunya observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari kemauannya sendiri.

Dari uraian tentang unsur-unsur dinamika pembelajaran berpola PPR diatas, dapat disimpulkan bahwa karaskteristik PPR dalam pembelajaran ditunjukkan dengan adanya kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Susento,2010): (1) guru menyesuiakan nilai kemanusiaaan yang akan ditumbuhkan dengan konteks siswa dan materi pelajaran; (2) siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran; (3) siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai kemanusiaan; (4) siswa membangun niat untuk melakukan aksi untuk


(46)

mewujudkan nilai kemanusiaan; (5) guru mengevaluasi proses belajar nilai kemanusiaan pada diri siswa.

d. Kelebihan dan Kekurangan PPR

Menurut Tim PPR Kanisius (2010) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam PPR. Kelebihan PPR (1) pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap pribadi siswa; (2) PPR dapat diterapkan disemua kurikulum. PPR tidak menuntut tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara mengajar; (3) siswa memiliki hak untuk dihargai dan dihormati; (4) setiap siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat menemukan solusi atas bimbingan dari pendidik; (5) memperbaiki kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih; (6) Menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagi dalam proses pembelajaran; (7) mencakup semua aspek yang mendukung proses pembelajaran. Selain kelebihan, PPR juga memiliki kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan PPR yaitu (1) hambatan pada jumlah siswa yang banyak dikarenakan pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh pada setiap siswa. Guru dituntut untuk lebih bersabar dan tidak memilih-milih siswa dalam memberikan perhatiannya di dalam kelas, dan (2) tidak mudah menjalankan tugas sebagai pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidik merupakan panggilan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dan dapat digunakan untuk


(47)

pijakan hidup. Tujuan dari PPR dibagi menjadi dua bagian yaitu bagi para pendidik dan bagi siswa. Bagi pendidik diharapkan guru semakin dapat memahami dan mendampingi perkembangan peserta didik selama proses belajar mengajar. Bagi siswa diharapkan menjadi manusia secara intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan, dan religius. Pelaksanaan model pembelajaran PPR pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan PPR adalah dapat diterapkan di semua kurikulum dengan menerapkan semangat berbadi dalam proses pembelajaran. Kelemahan PPR adalah kesulitan dalam memberikan perhatian secara menyeluruh kepada setiap siswa.

3. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia menyatakan bahwa pengertian Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, bahan dan isi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dasar yang dimaksud adalah pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan. Selanjutnya Majid (2014:29-33) berpendapat bahwa orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), ketrampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Untuk mengimbangi peningkatan kompetensi siswa materi


(48)

kurikulum harus ditekankan pada mata pelajaran yang sanggup menjawab tantangan global dan perkembangan IPTEK.

Menurut Kunandar (2014:31-34) Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan tiga landasan yaitu: (1) landasan filosofi yang menentukan kualitas pengembangan peserta didik yang tercantum pada pendidikan nasional. (2) landasan teoritis yang dikembangkandari teori pendidikan berdasarkan standar dan teori kurikulum berbasis kompetensi. (3) landasan yuridis yang berupa Undang-undang Dasar 1945, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tiga landasan Kurikulum tersebut diharapkan memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia yang berkualitas.

b. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis dan harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi misi dan arah yang jelas. Sejak wacana perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik pro maupun kontra. Mendikbud mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum


(49)

baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi. Kurikulum 2013 dikembangkan beradasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

1) Tantangan Internal

Tantangan internal terkait dengan kondisi pendidikan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.

2) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

3) Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (a) pola pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa; (b) pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif; (c) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran jejaring; (d) pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif; (e) pola


(50)

belajar sendiri menjadi pola belajar kelompok; (f) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia; (g) pola pembelajaran dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (h) pola pembelajaran tunggal menjadi pola pembelajaran jamak; (i) pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran kritis.

4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola kurikulum yaitu: (a) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (b) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah; dan (c) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disiumpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dimaksudkan untuk melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan secara terpadu. Dengan kata lain,

hard skill dan soft skill berjalan secara seimbang dan berjalan secara integratif. Elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut: 1) Kompetensi lulusan; 2) Kedudukan mata pelajaran; 3) Pendekatan isi; 4) Struktur


(51)

kurikulum; 5) Proses pembelajaran; 6) Penilaian hasil belajar; dan 7) Ekstrakurikuler sebagai berikut :

Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Elemen Deskripsi

SD

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Kedudukan Mata Pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Pendekatan Kompetensi dikembangkan melalui:

(ISI)

Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran.

Struktur

Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) (ISI)

a. Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial, dan budaya.

b. Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains.

c. Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6. d. Jumlah jam bertambah 4 JP/ minggu akibat

perubahan pendekatan pembelajaran.

Proses

Pembelajaran

Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.


(52)

Elemen Deskripsi SD

Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.

Tematik dan terpadu.

Penilaian

Penilaian berbasis kompetensi

Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.

Ekstrakurikuler

a. Pramuka (wajib) b. UKS

c. PMR


(53)

Tabel 2.1 menunjukkan elemen perubahan pada kurikulum 2013 meliputi: (1) Kompetensi lulusan; (2) Kedudukan mata pelajaran; (3) Pendekatan isi; (4) Struktur kurikulum; (5) Proses pembelajaran; (6) Penilaian hasil belajar; dan (7) Ekstrakurikuler. Terdapat beberapa kelemahan yang ada di dalam kurikulum sebelumnya, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya beberapa kesenjangan kurikulum yang ada pada kurikulum KTSP. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang berlangsung cepat dalam era global dewasa ini, dapat diidentifikasi beberapa kesenjangan kurikulum sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kesenjangan Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL KOMPETENSI LULUSAN

1 Belum sepenuhnya menekankan pedidikan karakter

1 Berkarakter mulia

2 Belum menghasilkan ketrampilan sesuai kebutuhan

2 Ketrampilan yang relevan

3 Pengetahuan-pengetahuan lepas

3 Pengetahuan-pengetahuan terkait

MATERI PEMBELAJARAN 1 Belum relevan dengan

kompetensi yang dibutuhkan

1 Relevan dengan materi yang dibutuhkan


(54)

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL

3 Terlalu luas, kurang

mendalam 3

Sesuai dengan tingkat perkembangan anak PROSES PEMBELAJARAN

1 Berpusat pada guru 1 Berpusat pada peserta didik 2 Proses pembelajaran

berorientasi pada buku teks 2

Sifat pembelajaran yang kontekstual

3 Buku teks hanya memuat materi bahasan

3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan PENILAIAN

1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara proporsional 2 Tes menjadi cara penilaian

yang dominan

2 Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 1 Memenuhi kompetensi

profesi saja

1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

2 Fokus pada ukuran kinerja PTK

2 Motivasi mengajar

PENGELOLAAN KURIKULUM 1 Satuan pendidikan

mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1 Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan


(55)

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,

kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

3 Pemerintah hanya

menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3 Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks pedoman Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Tabel 2.2 menunjukkan adanya kesenjangan kurikulum KTSP (2006). Perubahan kurikulum dilakukan untuk penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dari tabel di atas dijelaskan kondisi saat ini dalam proses pembelajaran dengan kondisi ideal yang harus ditempuh saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan beberapa penyempurnaan pola pikir sebagai berikut.

Tabel 2.3 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan Standar isi dirumuskan

berdasarkan Tujuan Mata

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan


(56)

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 Pelajaran (Standar

Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

Pemisah antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk ketrampilan, dan pembentuk pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkonstribusi terhadap pembentukan sikap,

ketrampilan, dan pengetahuan Kompetensi diturunkan dari

mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai

Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa pola pikir kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006 perlu adanya penyempurnaan. Dari tabel di atas menunjukkan beberapa perbedaan dalam kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013.

Berdasarkan dari uraian tabel di atas, penyempurnaan kurikulum akan memberikan dampak yang akan berpengaruh terhadap bagi peserta didik, pendidik dan tenaga, manajemen satuan pendidikan, masyarakat umum, dan bangsa dan negara. Setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan dampak yang akan


(57)

terjadi. Dampak yang terjadi pada pengembangan Kurikulum 2013 sebagai berikut.

Tabel. 2.4 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013

No Entitas

Pendidikan Perubahan yang Diharapkan 1. Peserta Didik 1. Lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif

2. Lebih bergairah dan senang di sekolah dan belajar

2. Pendidik dan Tenaga

1. Lebih bergairah dalam mengajar

2. Lebih mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam per minggu

3. Manajemen Satuan Pendidikan

1. Lebih mengedepankan layanan

pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan

2. Antisipasi atas semaraknya variasi kegiatan pembelajaran

4. Masyarakat Umum

1. Memperoleh lulusan sekolah yang kompeten

2. Kebutuhan pendidikan dapat dipenuhi oleh masyarakat

3. Dapat meningkatkan kesejahteraannya 5. Bangsa dan

Negara

1. Meningkatkan reputasi international dalam bidang pendidikan

2. Meningkatkan daya saing


(58)

Tabel 2.4 menunjukkan dampak dari penyempurnaan pengembangan Kurikulum 2013. Entitas pendidikan yang menjadi tolak ukur tersebut yaitu peserta didik, pendidik dan tenaga, manajemen satuan pendidikan, masyarakat umum, bangsa dan negara. Perubahan yang diharapkan dari masing-masing entitas pendidikan dimaksudkan untuk memperbaiki sumber daya manusia dan bangsa indonesia di mata dunia internasional.

c. Kelebihan Kurikulum 2013

Menurut Kurniasih dan Sani (2014:40), Kurikulum 2013 memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan Kurikulum 2013 yaitu: (1) siswa dituntut aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah; (2) adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, dan sikap; (3) munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti; (4) adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (5) kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan; (6) guru berperan sebagai fasilitator.

Hal yang menarik dari Kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Mulai dari perubahan sosial yang terjadi tingkat lokal, nasional, maupun global. Selain tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial Kurilukum 2013 juga meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.


(59)

d. Kelemahan Kurikulum 2013

Kurniasih dan Sani (2014:40) menyebutkan Kurikulum 2013 memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan 2013 yaitu (1) guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan Kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas; (2) banyak guru belum siap dengan Kurikulum 2013; (3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik; (4) kurangnya ketrampilan guru untuk merancang RPP; (5) guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik; (6) terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik. Banyaknya materi yang harus dikuasai siswa membuat beban belajar siswa bertambah berat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya, kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan landasan filosofi, landasan teoritis, dan landasan yuridis. Pelaksanaan Kurikulum 2013 memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan Kurikulum 2013 adalah siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan domain sikap, ketrampilan dan pengetahuan, pembelajaran kontekstual, sehingga memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Kekurangan Kurikulum 2013 adalah kurangnya kesiapan guru dalam menjalankan Kurikulum 2013 dan merancang RPP, sehingga guru kesulitan pada saat menyusun penilaian autentik serta guru tidak diikut sertakan dalam pengembangan Kurikulum 2013.


(60)

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Majid (2014:87) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik ini diyakini akan membantu meciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep yang saling berkaitan. Selanjutya Mulyasa (2013:170) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan menyuguhkan proses pembelajaran berdasarkan tema untuk dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Dengan pendekatan tema, diharapkan siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema serupa.

Lebih lanjut menurut Trianto (2010:78) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik itu sendiri memang merupakan pembelajaran yang menggunakan tema pada proses pembelajarannya. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

b. Landasan pembelajaran Tematik

Majid (2014:87-88) menjelaskan bahwa landasan pembelajaran tematik mencakup landasan filosofis, pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada


(61)

pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis, pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologis perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman sesuai dengan tahap perkembangan penyampaian materi pembelajaran. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis, berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b). Pelaksanaan pembelajaran tematik dapat berjalan dengan baik maka proses


(62)

pembelajaran disesuaikan dengan landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan yuridis.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Hosnan (2014:366) menjelaskan pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik-karakteristik. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar; (2) memberikan pengalaman langsung. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar pemahaman hal-hal abstrak; (3) pemisah antara mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat luwes (fleksibel); (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (7) menggunakan prinsip belajar dan menyenangkan.

Sejalan dengan pendapat Hosnan, Majid (2014:89) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah (1) berpusat pada siswa; (2) memberikan pengalaman jelas; (3) pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel. Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran yang lainnya; dan (6) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu pemebelajaran berpusat pada siswa, pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas, fleksibel karena dapat memberikan pengalaman nyata


(63)

kepada siswa, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung memunculkan kegiatan belajar sambil bermain.

d. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Majid (2014:92) berpendapat bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pembelajaran tematik yaitu (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik; (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik; (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna; (4) mengembangkan ketrampilan berpikir anak didik; (5) menumbuhkan ketrampilan sosial melalui kerja sama; (6) memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain; (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. berdasarkan kelebihan di atas pembelajaran tematik memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Di samping kelebihan pembelajaran tematik memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Selain keterbatasan dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik juga mempunyai keterbatasan dalam akademiknya. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu.


(64)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Landasan pembelajaran tematik mencakup 3 landasan yaitu landasan filosofis, psikologis, dan landasan yuridis. Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pembelajaran tematik yaitu kegiatan belajar disesuaikan dengan tahap perkembangan dan minat siswa, sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang bermakna. Keterbatasan pembelajaran tematik yaitu ditinjau dari pelaksanaannya dan akademiknya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik sudah pernah dilakukan oleh banyak pihak. Peneliti menuliskan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan, sehingga dapat menunjang dalam penelitian ini. Ketiga penelitian tersebut yaitu penelitian milik, Johan, Riyanto dan Haryani.

Johan (2011) melakukan penelitian mengenai penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan 3C competence, conscience, dan compassion. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model pembelajaran menggunakan model pembelajaran tematik berpola PPR. Berdasarkan hasil penelitan diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion peserta didik mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik. Pada pra penelitian skor


(65)

competence peserta didik pada mata pelajaran Matermatika sebesar 78,97 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 79,35 dan pada siklus II menjadi 90,9. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 76,03 pada siklus I yaitu 81,3 dan pada siklus II sebesar 98. Conscience, dan compassion pun mengalami peningkatan yaitu pada akhir siklus I skor conscience sebesar 78,7 dan pada akhir siklus I sebesar 75,7 dan pada akhir siklus II menjadi 90. Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran temati dapat meningkatkan 3C competence, conscience, dan

compassion sehingga dapat peningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif yang dapat meningkatkan 3C sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Arifi, S (2013) mengambil judul Pengaruh Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas II. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion. Hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion kelas II mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran. Pada pra penelitian skor competence peseta didik pada mata pelajaran IPS sebesar 66, 5 sedangkan pada akhir siklus I sebesar 86,6 dan pada akhir siklus II menjadi 89,0. Untuk mata pelajaran Matematika, skor competence peserta didik pada pra


(66)

penelitian sebesar 64,9 pada akhir siklus I sebesar 77,6 dan pada akhir siklus II sebesar 76,9. Conscience, dan compassion juga mengalami peningkatan dimana pada akhir siklus I skor conscience sebesar 76,2 dan pada akhir siklus II menjadi 83,7 sedangkan skor compassion pada akhir siklus I sebesar 90,4 dan pada akgir siklus II menjadi 93,6. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas II Sekolah Dasar. Penlitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2011) yaitu berjudul Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion 3C Peserta Didik Kelas III. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III SD Kanisius Kembaran mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran tematik. Pada pra penelitian skor competence peserta didik pada mata pelajaran IPA sebesar 66,56 sedangkan pada akhir siklus I sebsar 68,78 dan pada siklus II menjadi 80. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pra penelitian sebesar 72,75 pada siklus I yaitu 77,09 dan pada siklus II 78,75. Conscience, dan compassion juga mengalami peningkatan dimana pada akhir siklus I skor conscience sebesar 77,45 dan pada akhir silus II enjadi 88,9 sedangkan skor compassion pada akhir siklus I sebesar 62,5 dan pada akhir siklus II menjadi 81,9. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, karena dalam penelitian ini


(67)

menggunakan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion.

Pe

Gambar 2.1 Skema penelitian yang relevan

Gambar 2.1 menjelaskan tentang tiga penelitian orang lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Ketiga penelitian tersebut telah meneliti tentang penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dan prestasi belajar siswa. Hasil dari ketiga penelitian

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam

Pembelajaran Tematik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD

Pengaruh Penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan

competence, conscience, dan

compassion peserta didik kelas II

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan

competence, conscience, dan compassion 3C Peserta Didik Kelas III

Perbedaan Prestasi Belajar Siswa atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Tema Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar


(1)

[DataSet0]

Statistics preeks

N Valid 21 Missing 0 Mean 66,19 Std. Error of

Mean 2,234 Median 70,00

Mode 70

Std. Deviation 10,235

Minimum 50 Maximum 80 Sum 1390

preeks

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

50 4 19,0 19,0 19,0 60 4 19,0 19,0 38,1 70 9 42,9 42,9 81,0 80 4 19,0 19,0 100,0 Total 21 100,0 100,0


(2)

FREQUENCIES VARIABLES=posteks

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 20-JAN-2015 16:09:53 Comments

Input

Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data

File 21

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=posteks /STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,00 Elapsed Time 00:00:00,00


(3)

[DataSet0]

Statistics posteks

N Valid 21

Missing 0

Mean 81,43

Std. Error of Mean 1,863

Median 80,00

Mode 80

Std. Deviation 8,536

Minimum 60

Maximum 90

Sum 1710

posteks

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

60 1 4,8 4,8 4,8 70 3 14,3 14,3 19,0 80 9 42,9 42,9 61,9 90 8 38,1 38,1 100,0 Total 21 100,0 100,0


(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI

Rita Arum Kusuma, Perempuan, lahir di Bantul 22 Februari 1992. Anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sumadi dan Ibu Jumiati. Tinggal di dusun Bergan Wijirejo Pandak Bantul Yogyakarta. Pendidikan pertama ditempuh di SD N II Wijirejo pada tahun 1999 dan kemudian pada tahunn 2005 melanjutkan di SMP N 3 Pandak dan setelah lulus meneruskan di SMA N 3 Bantul pada tahun 2008. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Menempuh pendidikan di PGSD mempersiapkan penuis untuk menjdi calon pendidik yang profesional, hal tersebut dibuktikan dengan adanya English Club (EC) yang di ikuti penulis selama 4 semester . Kemudian pada semester 2 penulis mengikuti kegiatan Khursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) dan kemudian dterjunkan di sekolah dasar untuk mengajar pramuka. Pada semester 3 penulis diterjunkan di Sekolah Dasar untuk memberikan bimbingan belajar di kelas atas dan dialanjutkan mengajar bimbingan belajar di kelas bawah pada semester 4. Semester 5 penulis mengikuti Program Pengakraban Lingkungan I (Probaling I) untuk magang kepada guru, dan pada semester 6 penukis mengikuti Program Pengakraban Lingkungan II (Probaling II) untuk magang kepada Kepala Sekolah. Terakhir pada semester 7 mengikuti kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyusun skripsi berjudul “ Perbedaan Prestasi Belajar atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Tema Selalu Berhemat Energi Kelas IV Sekolah Dasar”.