Pengaruh efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen : studi kasus pada konsumen yang berbelanja di Mirota Kampus Jalan. C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta.
xv ABSTRAK
PENGARUH EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA, LOKASI,
DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
KONSUMEN
Studi Kasus pada Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta
Alfansus Nandyka Oggy Pratama
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada para konsumen yang datang untuk berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) kebijakan harga tidak efektif mempengaruhi kepuasan konsumen, (2) lokasi efektif mempengaruhi kepuasan konsumen, (3) kualitas pelayanan efektif mempengaruhi kepuasan konsumen dan (4) efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan konsumen.
Kata Kunci : efektivitas kebijakan harga, lokasi, kualitas pelayanan, kepuasan konsumen.
(2)
xvi ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE EFFECTIVENESS OF PRICING
POLICY, LOCATION AND SERVICE QUALITY
ON THE CONSUMERS’ SATISFACTION
The Case Study on Consumers who go shopping in Mirota Kampus C. Simanjuntak street No. 70 Yogyakarta
Alfansus Nandyka Oggy Pratama
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
This study aims to know the effectiveness of pricing policy, location and service quality influence the level of consumers’ satisfaction. The data are collected by distributing questionnaires to the consumers who shop at Mirota Kampus, C. Simanjuntak street No. 70 Yogyakarta. The sample size is 100 respondents. The sampling technique is convenience sampling technique. The data analysis technique used is the multiple linear regressions. The result of this study shows that: (1) the pricing policy does not influence the consumers’ satisfaction effectively, (2) The location influences the consumers’ satisfaction effectively, (3) The service quality influences the consumers’ satisfaction effectively and (4) The effectiveness of the pricing policy, the location, the service quality influence
the consumers’ satisfaction simultaneously.
Keywords : effectiveness of pricing policy, location, service quality, consumers’
(3)
i
PENGARUH EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA, LOKASI
DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
KONSUMEN
Studi Kasus pada Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Alfansus Nandyka Oggy Pratama NIM : 102214045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
Motto :
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi
berusahalah menjadi manusia yang berguna.
-Albert Einstein
“Jangan mencari ketakutanmu melainkan carilah
harapan dan mimpimu. Jangan berpikir tentang
frustrasimnu, tapi tentang potensi yang belum terpenuhi.
Perhatikan dirimu bukan dengan apa yang telah kamu
coba dan gagal, tapi dengan apa yang masih mungkin
bagimu untuk melakukan sesuatu.”
–
Paus Yohanes XXIII
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Yesus Kristus dan Bunda Maria untuk semua hal yang terjadi dalam hidupku,
Bapak dan Ibu untuk semua kasih sayang yang diberikan,
(7)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini saya menyatakan bahwa
Skripsi dengan judul :
PENGARUH EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA, LOKASI,
DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
KONSUMEN
Studi Kasus pada Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta
dan diajukan untuk diuji pada tanggal 23 Juni 2015 adalah hasil karya saya.
Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberi pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan 70).
Yogyakarta, 30 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,
Alfansus Nandyka Oggy Pratama
(8)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Nama : Alfansus Nandyka Oggy Pratama
NIM : 102214045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Unversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENGARUH EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA, LOKASI, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN, Studi Kasus pada
Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70
Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Juni 2015 Yang menyatakan,
(9)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Kebijakan Harga, Lokasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen, Studi Kasus pada Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengungkapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Aloysius Triwanggono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
4. Ibu Dra. Diah Utari BR, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna
5. Ibu Elisa, selaku General Manager Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak no. 70 Yogyakarta yang memberikan izin penulis untuk magang sehingga dapat melakukan penelitian.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak dan Ibukku tercinta untuk setiap doa, kasih, dukungan, dan perhatian yang dicurahkan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Adikku dan Ria Magdalena yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
(10)
viii
9. Staff Personalia Mirota Kampus : Ibu Iin dan Reni, Mbak Lia, Mas Yudha yang selalu membimbing saya selama proses magang dengan baik.
10.Teman kerja Warnet Illuzion Cybercafe yang selalu memberikan motivasi.
11.Teman-teman Manajemen 2010.
12.Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktunya sebentar untuk mengisi kuesioner.
13.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, 30 Juni 2015
Alfansus Nandyka Oggy Pratama NIM : 102214045
(11)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Landasan Teori ... 9
1. Usaha Eceran (retailing) ... 13
2. Kebijakan Harga ... 18
3. Lokasi ... 36
4. Kualitas Pelayanan ... 39
(12)
x
B. Penelitian Sebelumnya ... 50
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 53
D. Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
A. Jenis Penelitian ... 55
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 55
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 55
D. Variabel Penelitian ... 56
1. Identifikasi Variabel ... 56
2. Definisi Operasional Variabel ... 56
3. Pengukuran Variabel ... 58
E. Populasi dan Sampel ... 59
F. Teknik Pengambilan Sampel ... 61
G. Sumber Data ... 61
H. Teknik Pengumpulan Data ... 62
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 62
J. Uji Asumsi Klasik ... 65
K. Teknik Analisis Data ... 67
L. Pengujian Hipotesis ... 68
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 73
A. Sejarah dan Perkembangan ... 73
B. Bentuk Perusahaan ... 76
C. Visi dan Misi ... 77
D. Strategi dan Semboyan Mirota Kampus ... 78
E. Tujuan Pendirian dan Filosofi ... 78
F. Logo Perusahaan ... 80
G. Lokasi Perusahaan ... 81
H. Bidang Usaha Perusahaan ... 81
I. Sistem Pelayanan ... 82
J. Struktur Organisasi ... 83
K. Personalia ... 88
L. Aktivitas Employee Relations di Mirota Kampus ... 90
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 92
A. Deskripsi Data ... 92
B. Analisis Deskriptif ... 93
(13)
xi
D. Uji Asumsi Klasik ... 102
E. Uji Regresi Linier Berganda ... 106
F. Uji Hipotesis ... 107
G. Pembahasan ... 112
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 115
C. Keterbatasan ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
(14)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel halaman
IV.1 Jumlah Karyawan Mirota Kampus.………. 88
V.1 Identitas Jenis Kelamin Responden ... 94
V.2 Identitas Usia Responden ... 94
V.3 Pekerjaan Responden ... 95
V.4.1 Pendapatan Responden yang Bekerja ... 96
V.4.2 Pendapatan Responden yang Belum Bekerja ... 97
V.5 Intensitas Belanja Responden ... 98
V.6 Hasil Uji Validitas ... 100
V.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 101
V.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 104
V.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 106
(15)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar halaman
Gambar IV.1 Logo Mirota Kampus ... 80
Gambar IV.2 Struktur Organisasi Mirota Kampus 2014 ... 87
Gambar V.1 Hasil Grafik Histogram ... 102
Gambar V.2 Hasil Grafik Normal Probability Plot ... 103
(16)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 121
Lampiran 2 Input Data ... 127
Lampiran 3 Hasil Olah Data Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 141
(17)
xv ABSTRAK
PENGARUH EFEKTIVITAS KEBIJAKAN HARGA, LOKASI,
DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
KONSUMEN
Studi Kasus pada Konsumen yang Berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta
Alfansus Nandyka Oggy Pratama
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada para konsumen yang datang untuk berbelanja di Mirota Kampus Jalan C. Simanjuntak No. 70 Yogyakarta. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) kebijakan harga tidak efektif mempengaruhi kepuasan konsumen, (2) lokasi efektif mempengaruhi kepuasan konsumen, (3) kualitas pelayanan efektif mempengaruhi kepuasan konsumen dan (4) efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan konsumen.
Kata Kunci : efektivitas kebijakan harga, lokasi, kualitas pelayanan, kepuasan konsumen.
(18)
xvi ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE EFFECTIVENESS OF PRICING
POLICY, LOCATION AND SERVICE QUALITY
ON THE CONSUMERS’ SATISFACTION
The Case Study on Consumers who go shopping in Mirota Kampus C. Simanjuntak street No. 70 Yogyakarta
Alfansus Nandyka Oggy Pratama
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
This study aims to know the effectiveness of pricing policy, location and service quality influence the level of consumers’ satisfaction. The data are collected by distributing questionnaires to the consumers who shop at Mirota Kampus, C. Simanjuntak street No. 70 Yogyakarta. The sample size is 100 respondents. The sampling technique is convenience sampling technique. The data analysis technique used is the multiple linear regressions. The result of this study shows that: (1) the pricing policy does not influence the consumers’ satisfaction effectively, (2) The location influences the consumers’ satisfaction effectively, (3) The service quality influences the consumers’ satisfaction effectively and (4) The effectiveness of the pricing policy, the location, the service quality influence
the consumers’ satisfaction simultaneously.
Keywords : effectiveness of pricing policy, location, service quality, consumers’
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha di era abad ke-21 telah berkembang sangat
pesat dan mengalami metamorphosis yang berkesinambungan. Dimana salah
satu contoh perubahan tersebut yaitu dalam hal perubahan gaya hidup (life
style), dimana hal ini tidak lepas dari pengaruh globalisasi yang kini terjadi.
Dalam era globalisasi ini, banyak perusahaan tak terkecuali adalah
perusahaan bisnis dagang yang bersaing dalam pasar pun berjumlah sangat
banyak sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan
jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang
konsumen inginkan.
Perusahaan dagang banyak menjual barang yang dibutuhkan sehari – hari oleh masyarakat. Barang atau produk tersebut dapat berupa kebutuhan
primer maupun kebutuhan sekunder. Penyedia kebutuhan sehari-hari
(consumer goods) banyak disediakan oleh toko – toko kelontong maupun supermarket. Konsumen dari supermarket merupakan masyarakat pada
umumnya yang terdiri dari semua usia baik tua maupun muda yang
kebanyakan bertempat tinggal di sekitar toko atau supermarket tersebut.
Dalam satu daerah tertentu sering kali banyak sekali bermunculan bermacam– macam jenis supermarket. Konsumen merasa dimudahkan karena memiliki
(20)
banyak pilihan, tetapi pemilik supermarket memandang bahwa ini sebuah
persaingan yang ketat.
Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para
pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki
agar dapat bersaing di pasar. Permintaan dan kebutuhan pelanggan harus
dilayani, namun hal ini bukan berarti menyerahkan segala-galanya kepada
pelanggan walaupun persaingan yang terjadi sangatlah ketat. Usaha
memuaskan kebutuhan pelanggan harus dilakukan secara menguntungkan
atau bersifat dimana kedua belah pihak merasa senang atau tidak ada yang
dirugikan. Salah satu poin untuk dapat memenangkan persaingan adalah
kepuasan konsumen, sehingga saat ini fokus perusahaan adalah orientasi pada
kepuasan konsumen (Kotler, 2012 : 87). Kepuasan pelanggan merupakan
suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan keberadaan
pelanggannya tersebut untuk tetap berjalannya suatu bisnis atau usaha.
Kepuasan pelanggan merupakan bagian dari pengalaman pelanggan
terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Berdasarkan pengalaman
yang diperolehnya, pelanggan memiliki kecenderungan untuk membangun
nilai-nilai tertentu. Nilai tersebut akan memberikan dampak bagi pelanggan
untuk melakukan perbandingan terhadap kompetitor dari produk atau jasa
yang pernah dirasakannya (Margaretha, 2009 : 91). Apabila sebuah
perusahaan memberikan produk atau jasanya yang berkualitas baik, maka
(21)
memberikan nilai yang maksimal serta menciptakan kepuasan bagi pelanggan
dibanding kompetitor-kompetitor yang ada.
Setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki
kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi dan menempatkan orientasi
kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama (Kotler, 2012 : 143).
Perusahaan dalam memberikan kepuasan kepada konsumen, harus
mempelajari terlebih dahulu keinginan dan kebutuhan konsumen pada saat ini
dan yang akan datang. Menurut Kotler (2012: 147), bahwa kepuasan
konsumen merupakan suatu perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja (hasil) suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kepuasan
konsumen didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu
alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan konsumen
(Tjiptono, 2008 : 96).
Tidak sedikit pelanggan beralih ke perusahaan yang sesuai dengan
yang diharapkannya. Apabila hal ini terjadi tentunya sangat merugikan
perusahaan, dalam kegiatan operasionalnya. Mengingat untuk mendapatkan
pelanggan baru lebih besar biayanya, dibandingkan dengan pengorbanan
dalam mempertahankan pelanggan lama. Merupakan prioritas utama yang
perlu diperhatikan dalam menilai pentingnya kualitas pelayanan suatu
perusahaan, adalah sejauh mana pelayanan itu dapat menciptakan tingkat
kepuasan semaksimal mungkin bagi konsumen. Karena itu pihak pemasar di
(22)
setiap dimensi sebagai indikator yang dianggap penting dan diharapkan setiap
konsumen, sehingga antara kebijakan pelayanan suatu perusahaan dengan
keinginan dan harapan yang dianggap penting oleh konsumen untuk
dilaksanakan perusahaan, tidak menimbulkan suatu kesenjangan (Tjiptono,
2008 : 98).
Kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen
terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat
layanan yang diharapkan (expected service). Kualitas layanan mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Dampak positif dari pelayanan yang
baik akan meningkatkan pendapatan yang diterima perusahaan dari produk
yang telah terjual. Agar dapat bersaing, bertahan hidup, dan berkembang,
maka perusahaan dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas,
maka dengan begitu pelanggan akan merasa mendapat kepuasan tersendiri
dan merasa dihargai sehingga mereka senang dan bersedia untuk menjadi
pelanggan tetap.
Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya sangat
ditentukan oleh ketepatan strategi yang dipakai, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dari sasaran pasar. Kepuasan pelanggan merupakan salah
satu kunci dalam memenangkan persaingan yang ketat. Untuk menciptakan
kepuasan pelanggan yang tinggi maka pengusaha eceran (retailing) harus
(23)
barang dan jasa yang ditawarkan, penentuan harga, layanan pelanggan, dan
lokasi.
Harga dapat menjadi faktor penentu terbentuknya kepuasan
konsumen. Menurut Kotler (2012 : 72) Harga adalah sejumlah uang yang
harus dibayarkan pelanggan untuk produk itu. Penetapan harga jual produk
secara tepat oleh perusahaan sangatlah penting karena kesalahan dalam
penetapan harga akan berdampak kepada tidak menariknya para pembeli
untuk membeli barang tersebut. Penetapan harga yang tepat tidaklah selalu
berarti bahwa harga haruslah ditetapkan rendah atau serendah mungkin.
Seringkali kita jumpai bahwa apabila harga barang tertentu itu rendah, maka
banyak konsumen justru tidak senang karena dengan harga yang murah akan
dapat membuat semua orang dapat membelinya dan dengan demikian berarti
bahwa semua orang dapat memakai barang tersebut.
Dilihat dari segi lokasi pembeli akan melihat jauh dekatnya tempat
tinggal dengan lokasi Swalayan serta apakah dalam berbelanja dibutuhkan
perantara atau secara langsung (Tjiptono, 2008 : 101). Mengenai harga
produk yang dijual umumnya merupakan brand yang standar dan konsumen
akan menilai apakah jauh lebih murah atau mahal dari pesaingnya. Dari segi
pelayanan juga harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, karena hal ini
menyangkut pemenuhan kebutuhan yang diiginkan konsumen. Situasi dan
suasana yang mendukung, pelayanan yang cepat dan ramah serta
(24)
Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis ritel modern dengan format
hypermarket, supermarket dan minimarket menjamur, menyusul maraknya
pembangunan mall atau pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar
seperti hypermarket dan department store menjadi anchor tenant yang dapat
menarik minat pengunjung. Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke
kota-kota kabupaten terutama jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis
ritel tumbuh pesat di pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di
daerah tersebut.
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana
Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari
negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu ritel asing
mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini,
menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Namun di sisi lain, masuknya
hypermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya,
dapat menjadi ancaman bagi peritel lokal. Hingga saat ini, pangsa pasar
modern mencapai 30%, sedangkan pasar tradisional menguasai sekitar 70%.
Hal ini menunjukkan peluang bisnis ritel (pasar modern) cukup menjanjikan,
setiap tahun selalu muncul dan berdiri gerai baru ritel di kota-kota besar.
Mirota Kampus sebagai retailer modern di Yogyakarta juga tentunya
mempunyai banyak pesaing seiring dengan perkembangan bisnis retail yang
begitu pesat. Maka persaingan pun tidak dapat dihindari, sehingga Mirota
Kampus perlu memberi pelayanan yang lebih kepada konsumen. Mirota
(25)
sekarang telah berkembang menjadi retailer modern besar yang besar dan
memiliki banyak cabang di Yogyakarta. Mirota Kampus merupakan salah
satu bisnis retail yang ternama di kota Yogyakarta. Mirota Kampus berdiri
sejak tahun 1950 hingga saat ini masih beroperasi dan terus melakukan
inovasi-inovasi demi kepuasan pelanggannya. Visi Mirota Kampus adalah
menjadikan Mirota Kampus sebagai rumah belanja yang bernuansa
kekeluargaan, dengan memberikan layanan yang ramah, cepat dan tepat,
produk yang berkualitas, harga yang murah, dan fasilitas yang nyaman serta
aman sehingga Mirota Kampus mempunyai nilai lebih dan dapat dipercaya
oleh masyarakat Yogyakarta. Sedangkan misi Mirota Kampus adalah
meningkatkan kualitas layanan secara Internal dan Eksternal untuk mencapai
kepuasan konsumen.
Sampai pada saat ini Mirota Kampus merupakan retailer yang
dinamis dan berkembang dengan cepat. Tentu saja itu didukung oleh
pelayanan prima yang menunjang retailer untuk memenangkan persaingan.
Salah satu bagian pelayanan yang cukup mendapat perhatian bagi retailer
adalah bagian pelayanan pembayaran (kasir). Kasir sebagai pelayanan akhir
di bisnis retailer (finishing service) harus melayani konsumen dengan baik.
Bila pelayanan kasir baik dan cepat maka konsumen akan puas dan cenderung
loyal kepada retailer. Harga merupakan faktor penting dalam menentukan
akan membeli tidaknya konsumen. Kondisi ini membuat banyak diantara ibu
rumah tangga, khususnya kaum wanita karir, tidak menyenangi harga yang
(26)
Untuk dapat menarik perhatian dari konsumen dan juga dapat bersaing
dengan Swalayan lain, maka Mirota Kampus menawarkan harga yang relatif
terjangkau oleh kantong konsumen. Untuk pelayanan Mirota Kampus
menggunakan sistem swalayan. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan
membahas mengenai harga, lokasi dan kualitas pelayanan. Sedangkan untuk
promosi dan produk tidak dijelaskan karena Mirota Kampus tidak melakukan
promosi dan tiap-tiap produk yang dijual di swalayan merupakan tanggung
jawab produsen untuk melakukan promosi bagi produknya masing-masing.
Hal ini diduga karena pelayanan yang memuaskan dan ditunjang dengan
lokasi yang strategis serta harga yang relatif terjangkau yang mengakibatkan
konsumen puas untuk berbelanja di Mirota Kampus.
Menyadari pentingnya akan kepuasan konsumen untuk perusahaan,
maka dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis memilih
judul : “Pengaruh Efektivitas Kebijakan Harga, Lokasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Studi Kasus pada konsumen yang berbelanja Di Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak no. 70
(27)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen, ada beberapa hal yang
menjadi perumusan masalah dari penulisan ini, diantaranya :
1. Apakah efektivitas kebijakan harga mempengaruhi kepuasan konsumen?
2. Apakah lokasi mempengaruhi kepuasan konsumen?
3. Apakah kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan konsumen?
4. Apakah efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas pelayanan secara
bersama-sama mempengaruhi kepuasan konsumen?
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah agar tidak meluasnya permasalahan yang
ada. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Efektivitas kebijakan harga yang akan diteliti adalah kesesuaian harga
dengan layanan; keterjangkauan harga; lebih murah daripada swalayan
lain; potongan harga; kesesuaian harga dengan kualitas.
2. Lokasi yang akan diteliti adalah mudah dijangkau; strategis; lalu lintas
lancar; tempat parkir luas dan tertib; lingkungan sekitar aman.
3. Kualitas pelayanan yang akan diteliti adalah kualitas fasilitas fisik;
kecepatan dan kecermatan pelayanan; kejelasan dan ketepatan
penyampaian informasi; pengetahuan, kemampuan dan kesopanan dalam
(28)
4. Kepuasan konsumen yang akan diteliti adalah konsumen akan berkunjung
kembali untuk melakukan pembelian ulang; perusahaan menjadi
pertimbangan utama ketika ada perusahaan lain; kurang memberikan
perhatian pada merek dan iklan pesaing; merekomendasikan perusahaan
kepada teman, keluarga dan kerabat; membeli lebih banyak jika
perusahaan memperkenalkan produk baru.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui apakah efektivitas kebijakan harga mempengaruhi
kepuasan konsumen.
2. Untuk mengetahui apakah lokasi mempengaruhi kepuasan konsumen.
3. Untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan
konsumen.
4. Untuk mengetahui apakah efektivitas kebijakan harga, lokasi dan kualitas
pelayanan secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan konsumen.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,
yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi
(29)
atau persoalan perusahaan dan terutama dapat membantu penilaian
kepuasan konsumen agar kedepannya perusahaan ini dapat berkembang
dan maju lebih pesat.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
tambahan untuk penelitian lebih lanjut dan sumbangan ke perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bagi penulis
Penelitian ini dalam jangka pendek berguna sebagai dasar penyusunan
skripsi agar dapat memperoleh data yang akurat dan terbaru dan
diharapkan dapat memperdalam keyakinan peneliti tentang teori-teori
yang diperoleh di bangku kuliah dengan membandingkannya dengan
keadaan yang sebenarnya pada perusahaan.
F. Sistematika Penulisan
1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II : Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung penulisan penelitian,
hasil penelitian sebelumnya, kerangka konseptual penelitian, serta
(30)
3. Bab III : Metode Penelitian
Bab ini akan dipaparkan mengenai jenis penelitian, subjek dan objek
penelitian, waktu dan lokasi penelitian, variabel penelitian, definisi
operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, dan teknik
analisis data.
4. Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini akan memaparkan tentang gambaran umum dari subjek yang
diteliti yaitu Mirota Kampus.
5. Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penelitian beserta temuan
penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian yang didapat.
6. Bab VI : Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari analisis data dan
pembahasan beserta saran dan keterbatasan penulis dalam melakukan
(31)
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Usaha Eceran (retailing) a. Definisi
Kotler (2012 : 32) mendefinisikan usaha eceran (retailing)
adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa
secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi
bukan untuk bisnis. Ritel merupakan mata rantai yang penting dari
saluran distribusi yang menghubungkan keseluruhan dari bisnis dan
orang-orang yang mencakup perpindahan secara fisik dan transfer
kepemilikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.
Tjiptono (2008 : 52) menyatakan retailer atau retail store adalah
perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada konsumen
akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga.
Jenis-jenis toko baru muncul untuk memenuhi berbagai
perbaikan konsumen atas berbagai level dan jenis layanan. Para
pengecer dapat memposisikan diri mereka dalam rangka menawarkan
salah satu dari empat tingkatan pelayanan, organisasi-organisasi
pengecer sangat beragam dan bentuk-bentuk baru bermunculan. Ada
pengecer toko (store retailers), penjualan eceran tanpa toko (non-store
(32)
lainnya. Masih menurut Kotler (2012 : 38) jenis-jenis pengecer toko
dapat dibedakan berdasarkan tingkat pelayanannya, adalah sebagai
berikut:
1) Swalayan (Self Service), swalayan merupakan dasar dari semua
operasi diskon. Banyaknya pelanggan yang bersedia melakukan
sendiri proses menemukan, membandingkan, memilih guna
menghemat uang.
2) Swapilih (Self-Selection), para pelanggan mencari barang sendiri,
walaupun mereka dapat meminta bantuan. Para pelanggan
menyelesaikan transaksi mereka setelah membayar kepada
pramuniaganya.
3) Pelayanan terbatas (Limited-Service), pengecer ini menjadi lebih
banyak barang shopping dan pelanggan memerlukan lebih banyak
informasi serta bantuan. Toko-toko ini juga menawarkan jasa
seperti: kredit dan hak pengembalian barang.
4) Pelayanan penuh (Full-Service), pramuniaga siap untuk membantu
dalam tiap tahap dari proses menemukan, membandingkan,
memilih. Pelanggan yang tidak dilayani akan memilih toko jenis
ini. Biaya pegawai yang tinggi, ditambah dengan proporsi yang
tinggi atas barang khusus dan barang yang perputarannya lambat
serta jasa yang banyak menyebabkan terjadinya eceran yang
(33)
b. Macam-macam gerai retail
Bisnis eceran atau retail dapat dibedakan dalam dua bentuk,
yaitu retail dengan toko dan non-toko. Retail dengan toko atau toko
eceran memiliki bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah:
1) Toko khusus (specialty store)
Toko ini menyediakan lini produk yang sempit dengan ragam
barang yang cukup dalam untuk setiap lini.
2) Departement store
Toko ini menjual beberapa lini produk. Biasanya pakaian, perabot
rumah tangga, barang-barang rumah tangga dengan
masing-masing lini dioperasikan dengan suatu departemen yang terpisah
yang dikelola oleh seorang bagian pembelian khusus.
3) Supermarket
Toko dengan relatif besar berbiaya murah, bermarjin rendah,
bervolume besar dan diciptakan untuk melayani berbagai
kebutuhan konsumen.
4) Convenience store
Toko dengan ukuran yang relatif kecil, berlokasi di daerah
pemukiman, waktu operasional toko cukup lama dan menjual
barang-barang yang perputarannya cukup tinggi namun dalam
(34)
5) Superstore
Toko yang ukurannya relatif besar yang ditujukan untuk
memenuhi keseluruhan kebutuhan konsumen untuk bahan
makanan dan bukan makanan. Termasuk didalamnya supercenter,
kombinasi supermarket dan toko diskon yang menyediakan
barang-barang lintas jenis.Category killer dan hypermarket juga
termasuk category superstore.
6) Toko diskon (discount store)
Toko ini menjual barang dagangan standar dengan harga yang
lebih rendah dengan menerima margin yang rendah dan menjual
barang dengan jumlah yang banyak. Toko diskon yang sebenarnya
menjual produk dengan harga rendah, sebagian menjual
merek-merek nasional, bukan barang-barang infrerior.
7) Retail off-price
Toko yang menjual barang berkualitas tinggi.Barang yang dijual
sering merupakan barang sisa, stok lebih dan
barang-barang yang diproduksinya kurang sempurna yang diperoleh
dengan harga rendah dari harga standar dan menjualnya dengan
harga yang lebih rendah dari toko eceran lainnya.
8) Factory Outlet
Toko yang dimiliki oleh pabrik dan dijalankan oleh pabrik dan
biasanya menjual barang-barang pabrik tersebut yang terlebih,
(35)
harga yang ditawarkan tidak lebih dari lima puluh persen dibawah
harga eceran.
c. Elemen-elemen retail mix
Sukses tidaknya usaha retail sangat tergantung dari kepuasan
pelanggan yang datang. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang
tinggi maka pengusaha eceran (retailing) harus memperhatikan
elemen-elemen dari retail mix meliputi (Levy, 2009: 157) :
1) Tipe dari barang dagangan (merchandise)
Berbagai jenis barang dagangan membedakan tipe dari retail yang
ada, ontoh dari barang dagangan adalah pakaian, sepatu, barang
elektronik, makanan,perhiasan, koper, alat olahraga, dan produk
kecantikan.
2) Variasi dan jenis barang dagangan (variation and assortment)
Variasi adalah jumlah kategori barang yang retailer sediakan,
sedangkan jenis barang dagangan (assortment) adalah jumlah jenis
yang berbeda di dalamkategori barang dagangan.
3) Jasa yang disediakan
Jasa yang ditawarkan oleh retailer dapat membuat satu retailer
berbeda jenisnya dengan retailer lain. Contoh jasanya adalah
penyediaan tempat parkir, menerima pembayaran dengan kartu
(36)
pengiriman, dan jasa membungkus kado.Terkadang agar
konsumen menikmati jasa ini, retailer menuntut pembayaran.
4) Harga
Harga juga menjadi penentu jenis dan tipe dari retail, harga dapat
dibagi menjadi rendah, rata-rata, dan tinggi. Harga juga dapat
berubah apabila 15 terdapat discount atau potongan harga, bisa
juga karena ada suatu kejadian hari atau keadaan khusus seperti
lebaran, natal, dan tahun baru.
5) Lokasi
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran retail.
Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses
dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis,
meskipun keduannya menjual produk yang sama, merchandise
dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama
memiliki setting/ambience yang bagus. Lokasi merupakan hal
yang kritis dalam bisnis retail, meliputi pemilihan terhadap
wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan dimana tepatnya
bisnis tersebut akan dijalankan.
2. Kebijakan Harga a. Definisi
Kebijakan harga merupakan elemen penting dalam pemasaran
(37)
karena itu perusahaan harus dapat melaksanakan kebijakan harga
dengan baik agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan
keuntungan bagi perusahaan. Kebijakan harga merupakan kegiatan
pemasaran yang harus dilakukan oleh setiap penjual sebelum mereka
melepaskan barangnya ke pasar.
Menurut Buchari (2004 :170) kebijakan harga adalah
keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk suatu jangka
waktu tertentu. Jadi kebijakan harga adalah keputusan produsen dalam
menetapkan harga jual dengan mempergunakan berbagai metode
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Harga yang ditentukan
harus sesuai dengan kebijakan penetapan harga perusahaan. Banyak
perusahaan membentuk departemen penetapan harga untuk
mengembangkan kebijakan penetapan harga dan membuat atau
menyetujui keputusan penetapan harga. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa wiraniaga menggunakan harga yang layak bagi
pelanggan.
b. Macam-macam kebijakan harga
Kebijakan harga meliputi bidang yang cukup luas
pencapaiannya. Adapun macam-macam dari kebijakan harga adalah :
1) Kebijaksanaan harga produsen
Para produsen berkepentingan untuk mengetahui harga penjualan
(38)
tergantung dari harga penawaran kepada konsumen.
Kebijaksanaan harga produsen terdiri dari :
a) Intered pricing
Para produsen yang memperhatikan harga yang ditawari oleh
retailer sebelum menetapkan harga jualnya.
b) Inverted pricing
Seorang pengusaha menentukan harga pabriknya (factory
price) dengn berpedoman kepada harga penjualan eceran yang
ditawarkan kepada konsumen sedemikian rupa sehingga harga
pabrik yang akan ditentukan bagi produknya itu, adalah sama
dengan harga eceran setelah dikurangi dengan keuntungan
para distributor.
Produsen yang memproduksi barang baru mempunyai pilihan
dalam proses price policies, yaitu :
(1) Skimming price
Yaitu memasang harga setinggi mungkin dengan alasan :
(a) Demand bersifat inelastis pada waktu barangnya
dipasarkan
(b) Pasaran ditujukan kepada konsumen-konsumen yang
kaya
(c) Bertujuan untuk mengembalikan modal yang telah
(39)
(d) Tidak dikhawartirkan masuknya pesaing baru.
(2) Penetration price
Ini kebalikan dari skimming price yaitu memasang harga
yang rendah pada permulaan pemasaran, kemudian
dinaikkan bertahap. Alasan-alasan policy ini adalah :
(a) Diperkirakan demand bersifat elastis
(b) Volume produksi yang besar, biaya-biaya akan dapat
ditekan.
(c) Takut masuknya calon-calon pesaing.
(3) Harga pokok lebih rendah dari pesaingan
Produsen yang bekerja, secara efisien dan efektif akan
memperoleh banyak keuntungan karena
penghematan-penghematan. Oleh sebab itu, seringkali seorang produsen
memperoleh harga pokok lebih rendah dari perusahaan
saingannya. Price policies yang lain adalah:
(a) Compertitors price or price leader
Maksudnya penetapan price policies yang mengikuti
harga pesaing.
(b) Cost of goods
Harga pokok menjadi pedoman dalam penetapan harga.
(40)
produksi perusahaan lainnya, maka perusahaan akan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pesaing
karena adanya penghematan-penghematan dari biaya
produksi.
2) Kebijaksanaan harga wholesaler
Para produsen biasa pula mempergunakan beberapa macam price
policies yang dipakai oleh wholesaler seperti :
a) Geographical price quotation
Produsen dapat menetapkan harga-harga yang berbeda sesuai
dengan besarnya ongkos angkut karena perbedaan geografis
b) Price adjusted to buyers position
Maksudnya untuk masing-masing golongan pembeli diberi
harga yang berbeda
c) Price based on quantity purchased
Harga-harga disesuaikan dengan besarnya jumlah pembelian.
Makin besar pembeli, harga bisa lebih rendah, karena dapat
korting khusus.
d) Dumping
Menjual barang keluar negeri dengan harga yang lebih murah
dari harga dalam negeri. Cara ini juga dapat dipakai untuk
pasaran dalam negeri, asal saja kebocoran-kebocoran barang
(41)
dapat dicegah. Misalnya harga di Sumatra untuk barang sejenis
diturunkan dan lebih murah daripada harga di Jawa. Hal ini
perlu dicegah jangan sampai barang di Sumatra kembali lagi
ke pulau Jawa.
e) Discount metods of quonting price
Biasanya perusahaan mempunyai price policy yang sama
tetapi berbeda dalam pemberian discount.
3) Kebijakan harga retailer
Ada beberapa macam price policy yang dilakukan oleh retailer,
yaitu :
a) Margin pricing
Adalah penentuan harga penjualan yang dikehendaki
tergantung kepada biaya-biaya yang telah dikeluarkan, lambat
atau secepatnya peredaran barang, tingkat bunga yang berlaku,
resiko kerusakan dan perkembangan harga.
b) Pricing lining
Policy harga disini ialah menggolongkan barang-barang ke
dalam kelompok-kelompok yang berharga satuan. Tentu saja
harga yang digolong-golongkan itu untuk beberapa barang
mungkin kemahalan, dan untuk beberapa barang lain
(42)
c) Competitors prices
Untuk memperoleh reputasi sebagai toko yang murah untuk
barang-barang yang dikenal oleh umum. Loss leader artinya
harganya ditetapkan diatas harga umum.
d) Discount house
Adalah suatu toko eceran yang menjual barang-barang obral
yang terkenal, dengan suatu potongan harga yang menarik,
sehingga harga sesungguhnya lebih rendah dari harga umum.
e) Judgement pricing
Dasar penetapan harga berdasarkan atas perkiraan saja,
misalnnya disebabkan karena kekurangan modal, barang dan
sebagainya. Perkiraan ini berdasarkan pada anggapan bahwa
para pembeli juga akan menilai sesuai dengan perkiraan
penjualan.
f) Customary prices
Dalam jangka panjang harga-harga sesuatu barang itu tetap
stabil. Berdasarkan kebiasaan untuk merubah atau menaikkan
harga akan menimbulkan kesulitan sebab mungkin langganan
akan protes atau langganan akan lari ke produsen lain.
g) Odd prices
Price policy ini biasanya memasang harga misal Rp 2.975
(43)
secara psikologis konsumen merasa memperoleh untung besar
membayar Rp 2.975 daripada membayar Rp 3.000.
h) Combinations offers
Contoh sering kita lihat di pasar orang menjual sisir diikat
dengan minyak rambut dan cermin harga Rp 5000. Ini
namanya Combinations offers. Maksudnya disamping memikat calon pembeli juga melariskan barang lain yang
keadaan pasarnya lagi sepi.
Didalam ekonomi, teori pengertian harga, nilai dan
utility merupakan konsep yang saling berhubungan, yang
dimaksud dengan utility adalah suatu atribut yang melekat
pada suatu barang yang memungkinkan barang tersebut dapat
memenuhi kebutuhan, keinginan dan memuaskan konsumen.
Pengertian harga menurut Basu Swastha (2009 : 62)
“Sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.”
Menurut Kotler (2012 : 72) “Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk produk
itu.”Sedangkan menurut Simamora (2003:574) “Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atau dikenakan atas sebuah
(44)
Menurut definisi diatas, kebijakan mengenai harga
sifatnya hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti
perkembangan harga di pasar dan harus mengetahui posisi
perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan. Sebagai
salah satu elemen bauran pemasaran, harga membutuhkan
pertimbangan cermat, sehubungan dengan sejumlah dimensi
strategi harga berikut ini (Chandra, 2012 : 83):
(1) Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a
statement of value). Nilai adalah rasio atau perbandingan
antara persepsi terhadap manfaat (perceived benefits)
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
produk.
(2) Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi
para pembeli. Tidak jarang harga dijadikan semacam
indikator kualitas jasa.
(3) Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan
hukum permintaan (the law of demand), besar kecilnya
harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli oleh
konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah
permintaan atas produk yang bersangkutan dan sebaliknya.
(4) Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba.
Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
(45)
gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan
pangsa pasar yang diperoleh.
(5) Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan
cepat. Dari empat unsur bauran pemasaran tradisional,
harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan
diadaptasikan dengan dinamika pasar.
(6) Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam
pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan citra
kualitas dan ekslusivitas, harga menjadi unsur penting.
Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas
yang tinggi dan sebaliknya.
(7) Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi para
manajer. Setidaknya ini ditunjukkan oleh adanya empat
level konflik potensial menyangkut aspek harga :
(a) Konflik internal perusahaan.
(b) Konflik dalam saluran distribusi.
(c) Konflik dengan pesaing.
(d) Konflik dengan Lembaga Pemerintah dan Kebijakan
(46)
c. Peranan Harga
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
1) Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu
para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau
utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.
2) Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam menjaring
konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal
ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara
obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang
mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
d. Penetapan Harga
Menurut Tjiptono (2010 :154), penetapan harga yang
digunakan perusahaan dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan
dalam pendapatan ada beberapa jenis. Jenis-jenis penetapan harga
tersebut antara lain :
1) Penetapan harga yang berorintasi pada pangsa pasar (Market
Orriented Pricing Program). Strategi penetapan harga ini
berorientasi pada pangsa pasar yang ingin diperoleh.
2) Harga penetrasi yaitu harga yang berada pada posisi dibawah
(47)
diharapkan harga lebih terjangkau dan dapat memperluas pangsa
pasar dari produk maupun jasa yang ditawarkan.
3) Harga keseimbangan yaitu harga yang tingkatnya relatif sama
dengan harga yang ada di pasaran (parity pricing). Strategi harga
ini diterapkan bila pangsa pasar sudah relatif luas sehingga strategi
selanjutnya adalah dengan mempertahankan kualitas produk dan
layanan guna mempertahankan pangsa pasar yang telah ada.
4) Harga premium yaitu harga dengan tingkat yang berada relatif di
atas harga pasar. Strategi harga ini digunakan pada produk yang
mempunyai nilai prestisius yaitu produk mahal yang dikonsumsi
oleh kelas sosial tertentu. Strategi harga ini tepat digunakan pada
produk dengan diferensiasi yang kuat disertai dengan kualitas dan
mutu yang terjaga.
a) Penetapan harga yang berorientasi pada batas keuntungan
minimal yang akan diperoleh (Margin Orriented Pricing
Program).
Strategi penetapan harga dengan pendekatan biaya tambah
(cost plus approach). Harga ditentukan dengan mengambil
biaya per unit dan menambahkan batas (margin) kontribusi
target dalam rupiah atau dalam prosentase.
b) Penetapan harga lini produk.
Strategi ini digunakan jika perubahan harga pada produk
(48)
(substitution goods). Hal seperti ini dalam istilah ekonomi
biasa disebut sebagai Cross Elasticity of Demand yaitu
pergeseran silang dari permintaan.
e. Harga dan Kualitas Layanan
Menurut Lupiyoadi (2006 :158) “Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan
layanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga dalam proses
mernbangun citra”. Kegiatan penetapan harga memainkan peranan
penting dalam proses bauran pemasaran, karena penetapan harga
terkait langsung nantinya dengan revenue yang diterima oleh
perusahaan.
Fandy Tjiptono (2008 :149) mengatakan bahwa, harga
memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi keputusan beli,
Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik
konsumenmengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaatdalam situasi dimana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produkatau manfaatnya secara obyektif.
Harga yang terlalu tinggi akan membuat konsumen melakukan
perpindahan dalam pembelian produk, mereka akan mencari produk
(49)
adalah variabel pilihan penting bagi konsumen, sehingga harga suatu
produk sangat menentukan kualitasnya.
f. Harga dan Daya beli konsumen
Menurut Kotler (2000:254) Metode penetapan harga
berdasarkan nilai memiliki pengertian menetapkan harga berdasarkan
persepsi pembeli atas nilai, bukannya atas biaya yang ditanggung oleh
penjual. Ada aspek psikologis terkait pada penetapan harga
berdasarkan nilai, karena minat konsumen akan produk atau jasa
menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Pemahaman
kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan kedepan yang
akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui daya
beli masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan
keamanan. Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli
dan pola pembelanjaan konsumen. Daya beli ini diukur dari tingkat
pendapatan masyarakat dan perkembangan tingkat harga-harga umum.
Tjiptono (2008:152) mengatakan bahwa peranan alokasi dari harga,
yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan
cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya. Dengan demikian adanya harga dapat
membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan
(50)
g. Harga dan Daya saing
Kotler (2012:256) “Penetapan harga dan persaingan harga
merupakan masalah nomor satu yang dihadapi oleh para eksekutif
pemasaran“. Namun, banyak perusahaan tidak mampu menangani penetapan harga dengan baik. Hal ini terutama bermanfaat dalam
situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering muncul
adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi
sehingga konsumen menilai harga yang ditetapkan sesuai dengan
kualitas produk maupun jasa yang ditetapkan. Harga merupakan salah
satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan
seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan
akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi
keuntungan yang dapat diperoleh organisasi maupun perusahaan.
Walker et al. (2000:78) “Menerapkan kebijakan harga rendah dibandingkan dengan pesaing dapat diciptakan, apabila perusahaan
memiliki keunggulan bersaing pada biaya rendah (low cost)”. Menurut
Craven (2012 : 96) Analisis keunggulan bersaing menunjukkan
perbedaan dan keunikannya di antara para pesaing. Sumber
keunggulan bersaing itu adalah keterampilan sumber daya dan
(51)
memungkinkan organisasi untuk memilih dan melaksanakan strategi
yang akanmembedakan organisasi dari persaingan. Keterampilan
mencakup kemampuan teknis, manajerial dan operasional. Sebagai
contoh, pengetahuan tentang keinginan dan permintaan konsumen
membantu perusahaan dalam menggunakan kemampuannya untuk
memuaskan konsumen.Sementara itu, sumber daya yang superior
memungkinkan pembentukan dimensi keunggulan.
h. Potongan Harga
Potongan harga atau diskon adalah salah satu bentuk promosi
penjualan yang paling sering digunakan.Bentuk promosi penjualan ini
lebih ditujukan kepada konsumen akhir (Business to Consumer).Setiap orang menyukai harga murah, apalagi bila yang di
diskon adalah barang dengan harga yang cukup mahal (high - price
product). Diskon adalah potongan harga yang diberikan pada saat
pembelian, dimana konsumen dapat membayar produk di bawah harga
normal.Potongan harga mempengaruhi persepsi konsumen tentang
kewajaran harga yang melibatkan perbandingan, tidak hanya antara
referensi harga dengan harga beli, tetapi juga antara harga yang
dibayarkan oleh satu pembeli relatif terhadap harga yang dibayar oleh
pembeli lainnya.Namun terdapat beberapa kelemahan, diantaranya
dapat menjurus ke perang harga, mudah diduplikasi oleh pesaing, dan
(52)
bentuk kupon merupakan teknik promosi yang tertua, yang paling
banyak digunakan, dan paling efektif dalam promosi penjualan.
Terdapat lima komponen penerapan promosi, yaitu anggaran,
waktu (berkaitan dengan jangka waktu kapan promosi dibutuhkan
untuk mempengaruhi pelanggan atau berapa lama promosi akan
berakhir), komunikasi (berkaitan dengan media komunikasi,
spesifikasi, dan sebagainya), logistik, dan legalitas. Promosi kupon
potongan harga dapat efektif dilakukan apabila perusahaan dapat
memilih media komunikasi yang tepat, memperkirakan jumlah yang
dibutuhkan, memperkirakan spesifikasi (warna,frekuensi,dan
sebagainya), dan memperkirakan artwork,fotografi, dan persyaratan
desain lainnya.Bentuk – bentuk potongan harga yang banyak dipakai antara lain (Swasta dan Handoko 2009 : 169) :
1) Potongan kuantitas, adalah potongan harga yang ditawarkan oleh
penjual agar konsumen bersedia membeli dalam jumlah yang lebih
besar, atau bersedia memusatkan pembeliannya pada penjual
tersebut.
2) Potongan dagang, juga disebut potongan fungsional (functional
discount) adalah potongan harga yang ditawarkan pada pembeli
atas pembayaran untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka
lakukan. Jadi, potongan harga ini hanya diberikan kepada pembeli
(53)
3) Potongan tunai, adalah potongan yang diberikan kepada pembeli
atas pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan mereka
melakukan pembayarannya tepat pada waktunya.
4) Potongan musiman, adalah potongan yang diberikan kepada
pembeli yang melakukan pembelian di luar musim tertentu.
Ada perusahaan yang menjual harga suatu produk dibawah
biayanya. Tujuannya bukan untuk meningkatkan penjualan produk
yang bersangkutan, tetapi untuk menarik konsumen supaya dating
membeli pula produk-produk lainnya, khususnya produk-produk
yang ber mark-up cukup tinggi. Jadi suatu produk dijadikan
semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga
laku.Produk penglaris tersebut biasanya dijual dengan dasar
persediaan terbatas, misalnya hanya berlaku selama persediaan
masih ada atau hanya untuk seratus pelanggan pertama saja.
i. Harga dan Kualitas barang
Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan
pembelian, hal ini masih menjadi kenyataan di Negara-negara dunia
ketiga, dikalangan kelompok-kelompok sosial yang miskin, serta pada
bahan-bahan pokok sehari-hari. Namun dalam dasawarsa terakhir ini,
faktor-faktor lain selain harga telah beralih menjadi relatif lebih
(54)
Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk,
dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal
biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga
mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi
harga maka semakin tinggi kualitas. Konsumen mempunyai anggapan
adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk,
maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan
produk yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan
untuk membeli suatu produk.
3. Lokasi a. Definisi
Lokasi adalah tempat atau letak dimana perusahaan didirikan
.
Lokasi perusahaan yang sering disebut tempat kediaman perusahaan
yaitu, tempat di mana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari.
Pemilihan lokasi perlu diperhatikan bagi perusahaan, sebab salah
memilih suatu lokasi perusahaan akan mengakibatkan suatu kerugian
bagi perusahaan. Dalam memilih lokasi perusahaan biasanya
berdasarkan pertimbangan faktor kelancaran hubungan dengan pihak
lain.
Tujuan pemilihan lokasi perusahaan adalah agar dapat
membantu perusahaan beroperasi atau berproduksi dengan lancar,
(55)
perusahaan perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya
produksi dan distribusi, agar dapat ditekan seminimal mungkin.Jadi
dengan alasan lokasi yang strategis, mudah dijangkau oleh konsumen,
hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk
meningkatkan kepuasannya.
Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus
bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis
interaksi yang mempengaruhi lokasi yaitu :
1) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan) : apabila
keadaanya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting.
Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen
sehingga mudah dijangkau. Dengan kata lain strategis.
2) Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini
lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah
penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti
service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana
tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi
menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua
(56)
b. Faktor penentuan letak perusahaan
Fandy Tjiptono (2010 :41-43) mengemukakan cara penentuan
letak perusahaan atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat
terhadap beberapa faktor sebagai berikut :
1) Akses, misalnya lokasi yang dilakui atau yang mudah dijangkau
sarana transportasi umum.
2) Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari
tepi jalan.
3) Lalu-lintas.
4) Banyaknya orang yang lalu-lalang bisa memberikan peluang besar
terjadinya impulse buying. Impulse buying adalah proses
pembelian yang sering tanpa terencana atau tanpa melalui
usaha-usaha khusus.
5) Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas bisa pula menjadi hambatan.
6) Tempat parkir yang luas dan aman.
7) Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan
usaha di kemudian hari.
8) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang
ditawarkan.
9) Pesaing, yaitu lokasi pesaing.
(57)
Toko yang kurang begitu laris barangkali terletak di lokasi
yang tidak begitu banyak dilewati konsumen, atau tidak banyak
dikunjungi oleh konsumen, atau hanya dilihat-lihat saja oleh sebagian
pengunjung, atau dikunjungi pembeli yang membeli sedikit.
Masing-masing keadaan ini dapat diatasi. Jumlah konsumen yang lewat dapat
ditingkatkan dengan mendirikan etalase yang menawan dengan
memasang pengumuman-pengumuman tentang penjualan, dan jumlah
pembeli yang membeli serta nilai pembelian dapat ditingkatkan
sebagian besar dengan meningkatkan mutu produk, harga dan
kemampuan wiraniaga.
4. Kualitas Pelayanan a. Definisi
Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh
perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan
yang mereka terima. Menurut Kotler (2012 :62) didefinisi pelayanan
adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun.
Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
(58)
faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan perusahaan yaitu
harapan pelanggan (expectation) dan kinerja perusahaan yang
dirasakan konsumen (performance). Kualitas pelayanan jasa
perusahaan dianggap baik dan memuaskan jika jasa perusahaan yang
diterima melampaui harapan konsumen, jika jasa perusahaan yang
diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan maka kualitas
pelayanan jasa perusahaan dipersepsikan buruk.
Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan
menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih
sering. Kata kualitas mengandung banyak difinisi dan makna,
masing-masing orang akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari
beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan
walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada
elemen sebagai berikut :
1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan
pelanggan.
2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah
Menurut Wyekof dalam (Lovelock, 1988), dalam ( Tjiptono,
2008 : 107) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
(59)
2008 :107). Dengan kata lain ada dua faktor yang mempengaruhi
kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Apabila
jasa yang diterima (expected service) atau dirasakan (perceived
service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan
baik dan memuaskan.
b. Dimensi Kualitas Pelayanan
Bahwa dalam kualitas pelayanan mempunyai beberapa
dimensi. Walaupun antara satu bidang pelayanan dengan pelayanan
lainnya mempunyai sedikit perbedaan mengenai dimensi yang
membentuk kualitas pelayanan, tetapi beberapa penelitian
menunjukkan adanya kesamaan atau kemiripan dalam dimensi yang
melandasi terbentuknya suatu kualitas pelayanan.
Menurut Parasuraman (dalam Lupiyoadi, 2009: 42)
menemukan bahwa sepuluh dimensi kualitas pelayanan yang ada,
dapat dirangkum menjadi lima dimensi SERVQUAL. Kelima dimensi
SERVQUAL tersebut meliputi :
1) Bukti Fisik (Tangiables)
Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
(60)
adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi
jasa. Fasilitas fisik meliputi (gedung, gudang) perlengkapan dan
peralatan yang mempengaruhi (teknologi), serta penampilan
pegawainya.
2) Keandalan (Reliability)
Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi.
3) Daya Tanggap (Responsiveness)
Kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan secara
cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan
penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan
persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
4) Jaminan (Assurance)
Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan kemampuan
para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen
(61)
keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun
(cuortesy).
5) Perhatian (Empathy)
Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan pada pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan para pelanggan secara spesifik,
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi para
pelanggan.
Dengan memandang kualitas pelayanan dalam beberapa
dimensi diatas adalah mudah bagi perusahaan untuk memonitor
seberapa baik kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Lebih dari itu usaha-usaha apa saja yang perlu agar dilakukan lebih
mudah untuk diimplementasikan dengan memperhatikan dan
melakukan analisa terhadap dimensi manakah pelanggan memberikan
(62)
5. Kepuasan Konsumen a. Definisi
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin ”satis”
(artinya cukup baik, memadai) dan ”facio” (melakukan atau membuat)
menurut Tjiptono (2008 : 122) sehingga kepuasan bisa diartikan
sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.
Kepuasan pelanggan berbeda dengan kualitas pelayanan, dimana
kepuasan pelayanan merupakan evaluasi spesifik terhadap transaksi
pemberi jasa, sedangkan persepsi terhadap kualitas jasa terkait dengan
penilaian umum mengenai superioritas pemberi jasa. Kepuasan juga
merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah
konsumen melakukan / menikmati sesuatu. Dengan demikian dapat
diartikan kepuasaan konsumen merupakan perbedaan antara yang
diharapkan konsumen (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan
perusahaan di dalam usaha memenuhi harapan konsumen. Menurut
Kotler (2002:42) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/ kesannya terhadap kinerja (atau
hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang
menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang
diterima dan yang diharapkan (Kotler, 2012 : 43). Kepuasan
(63)
pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli.
Respons emosional dipicu oleh proses evaluasi kognitif yang
membandingkan persepsi terhadap objek, tindakan atau kondisi
tertentu dengan nilai-nilai individual.
Kotler (2002:42) berpendapat bahwa kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan-harapan, konsumen dapat mengalami salah satu dari tiga tingkatan
pelanggan secara umum.
1) Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas.
2) Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan merasa
puas.
3) Jika kinerja melebihi dari harapan maka pelanggan akan sangat
puas.
Meskipun definisi para ahli tentang kepuasan beragam, tetapi
pada dasarnya tingkat kepuasan merupakan perbandingan antara
harapan pelanggan dan nilai produk atau jasa pelanggan.
b. Pengukuran kepuasan pelanggan
Kotler ( 2012 : 47) Kepuasan dapat diukur dengan berbagai
macam cara, yaitu:
(64)
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (costumer
oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah
dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran,
kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan
berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis
(yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu
komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang dikirim via pos
kepada perusahaan), saluran khusus bebas pulsa, website dan
lain-lain.
2) Ghost Shopping (Mystery Shopping)
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan
pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost
shoppers untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan
potensial produk perusahaan dan pesaing.
3) Lost Customer Analysis
Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para
pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah pindah pemasok
agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat
mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya.
4) Survei Kepuasan Pelanggan
Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan
balikan secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan
(65)
pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu:
a) Directly Reported Satisfaction
Pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik yang
menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan
pelanggan.
b) Derived Satisfaction
Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut
dua hal utama, yaitu tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan
terhadap kinerja produk atau perusahaan pada atribut-atribut
relevan dan persepsi pelanggan terhadap kinerja aktual produk
atau perusahaan bersangkutan (perceived performance).
c) Problem Analysis
Dalam teknik ini, responden diminta mengungkapkan
masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan
produk atau jasa perusahaan dan saran-saran perbaikan.
d) Importance-Performance Analysis
Dalam teknik ini, responden diminta untuk menilai tingkat
kepentingan berbagi atribut relevan dan tingkat kerja
perusahaan (perceived performance) pada masing-masing
(66)
Untuk lebih memahami konsep kepuasan pelanggan ini, dapat
diperjelas dengan gambar berikut :
Gambar 2.1
Konsep Kepuasan Pelanggan
(Sumber: Tjiptono, 2008: 130)
c. Elemen Kepuasan Konsumen
terdapat 5 elemen dalam kepuasan konsumen yaitu :
1) Expectations
Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk
sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat
proses pembelian dilakukan, konsumen berharap bahwa barang
atau jasa yang mereka terima sesuai dengan harapan, keinginan
dan keyakinan mereka. Barang atau jasa yang telah sesuai dengan
harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
Tujuan Perusahaan
Produk
Nilai Produk Bagi Pelanggan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Harapan Pelanggan Terhadap Produk
Tingkat Kepuasan Pelanggan
(1)
81
4
4
3
3
3
17
82
4
3
3
4
4
18
83
4
2
4
2
4
16
84
4
4
3
4
4
19
85
4
4
5
4
5
22
86
4
4
3
4
4
19
87
4
3
2
4
4
17
88
4
3
4
3
3
17
89
5
4
4
5
4
22
90
4
4
4
3
5
20
91
5
5
5
5
5
25
92
5
5
5
4
4
23
93
4
5
4
3
4
20
94
4
5
5
5
5
24
95
4
4
4
4
3
19
96
5
5
5
3
4
22
97
4
3
4
4
5
20
98
5
5
4
4
5
23
99
5
3
4
5
4
21
100
5
4
4
5
4
22
Total
429
389
329
384
377
1908
(2)
Hasil Olah Data Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Lampiran C-1
Correlations
Ha1 Ha2 Ha3 Ha4 Ha5 Total_Ha
Ha1 Pearson Correlation 1 .355** .168 .240* .236* .570**
Sig. (2-tailed) .000 .096 .016 .018 .000
N 100 100 100 100 100 100
Ha2 Pearson Correlation .355** 1 .383** .300** .113 .661**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .264 .000
N 100 100 100 100 100 100
Ha3 Pearson Correlation .168 .383** 1 .200* .225* .651**
Sig. (2-tailed) .096 .000 .046 .024 .000
N 100 100 100 100 100 100
Ha4 Pearson Correlation .240* .300** .200* 1 .493** .706**
Sig. (2-tailed) .016 .002 .046 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Ha5 Pearson Correlation .236* .113 .225* .493** 1 .633**
Sig. (2-tailed) .018 .264 .024 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Total_Ha Pearson Correlation .570** .661** .651** .706** .633** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(3)
Lampiran C-2
Correlations
Lo1 Lo2 Lo3 Lo4 Lo5 Total_Lo
Lo1 Pearson Correlation 1 .589** .414** .328** .290** .710**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .003 .000
N 100 100 100 100 100 100
Lo2 Pearson Correlation .589** 1 .208* .191 .156 .575**
Sig. (2-tailed) .000 .038 .057 .121 .000
N 100 100 100 100 100 100
Lo3 Pearson Correlation .414** .208* 1 .526** .287** .733**
Sig. (2-tailed) .000 .038 .000 .004 .000
N 100 100 100 100 100 100
Lo4 Pearson Correlation .328** .191 .526** 1 .590** .789**
Sig. (2-tailed) .001 .057 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Lo5 Pearson Correlation .290** .156 .287** .590** 1 .669**
Sig. (2-tailed) .003 .121 .004 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Total_Lo Pearson Correlation .710** .575** .733** .789** .669** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(4)
Correlations
Kp1 Kp2 Kp3 Kp4 Kp5 Total_Kp
Kp1 Pearson Correlation 1 .575** .467** .518** .396** .799**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kp2 Pearson Correlation .575** 1 .510** .450** .383** .771**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kp3 Pearson Correlation .467** .510** 1 .445** .493** .749**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kp4 Pearson Correlation .518** .450** .445** 1 .419** .751**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kp5 Pearson Correlation .396** .383** .493** .419** 1 .710**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Total_Kp Pearson Correlation .799** .771** .749** .751** .710** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(5)
Lampiran C-4
Correlations
Kk1 Kk2 Kk3 Kk4 Kk5 Total_Kk
Kk1 Pearson Correlation 1 .151 -.027 .519** .268** .563**
Sig. (2-tailed) .134 .791 .000 .007 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kk2 Pearson Correlation .151 1 .068 .184 .154 .548**
Sig. (2-tailed) .134 .504 .067 .127 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kk3 Pearson Correlation -.027 .068 1 .010 .106 .463**
Sig. (2-tailed) .791 .504 .925 .296 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kk4 Pearson Correlation .519** .184 .010 1 .373** .664**
Sig. (2-tailed) .000 .067 .925 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Kk5 Pearson Correlation .268** .154 .106 .373** 1 .674**
Sig. (2-tailed) .007 .127 .296 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Total_Kk Pearson Correlation .563** .548** .463** .664** .674** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(6)
Lampiran D-1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.139 1.971 6.158 .000
Harga .039 .102 .041 .386 .700
Lokasi .143 .071 .207 2.021 .046
Kualitas Pelayanan .191 .080 .260 2.378 .019
a. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen
Lampiran D-2
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 89.267 3 29.756 6.550 .000a
Residual 436.093 96 4.543
Total 525.360 99
a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Lokasi, Harga b. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen