89
c. Fungsi Pastoral Orang Sakit
Di dalam pembahasan sebelumnya, dituliskan bahwa pendampingan pastoral dipahami sebagai suatu profesi pertolongan dari seorang pendeta atau
pastor yang mengikatkan dirinya dalam hubungan pertolongan dengan orang lain, agar melalui terang Injil dan persekutuan dengan Gereja Kristus dapat bersama-
sama menemukan jalan keluar bagi pergumulan dan persoalan kehidupan dan iman Heitink, 1992: 404. Di dalam usha untuk membantu menemukan jalan
keluar bagi pergumulan pasien, pendampingan pastoral memiliki sejumlah fungsi, yakni fungsi penyembuhan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan,
dan mengasuh atau memelihara Clinebell, 2002: 53-55. Ketika sakit, orang acap kali tidak mengungkapkan pengalaman pahit
atau perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan kepada keluarga atau tim medis secara lengkap dan tanpa disadari pengalaman atau perasaan tersebut
menjadi akar permasalahan sehingga orang tersebut sakit. Peristiwa demikian ini seringkali disebut sebagai psikosomatis. Berdasarkan Faber 2003: 15
psikosomatis dipahami sebagai kondisi di mana sejumlah konflik psikis dan kecemasan menjadi sebab timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau
justru menjadi semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada. Berdasarkan kondisi ini, fungsi penyembuhan menjadi salah satu upaya menolong
orang sakit untuk mengbati pertama-tama adalah hatinya atau berdamai dengan masa lalunya.
Tidak semua pasien dapat terbuka dengan orang-orang di sekitarnya, hal ini tergantung dari tipe individu tersebut dan kepribadiannya. Pada fungsi ini,
90
seringkali dihadapkan pada pasien yang mengalami kesusahan untuk diajak berbicara dalam percakapan yang mendalam. Fungsi menopang ini manjadi salah
satu cara untuk membangkitkan kembali gairah hidup dan berpengharapan yang sudah tertimbun oleh penerimaan diri yang negatif dan semangat hidup yang
turun. Fungsi ini berbeda dengan memberikan motivasi belaka. Dalam fungsi ini menempatkan pasien sebagai subyek benar-benar menjadi yang utama, bukan
sebatas mendengarkan keluhan lalu memberikan respon berupa motivasi semata, tetapi lebih dari itu, sifat empati benar-benar perlu dilibatkan di sini, sehingga
fungsi menopang ini lebih tepat guna bagi pasien ataupun petugas yang mendampingi.
Fungsi membimbing ini menjadi suatu cara dalam melakukan penelaahan bersama dengan pasien dan keluarga, dengan tujuan untuk memahami
permasalahan-permasalahan yang
dialami pasien,
biasanya tidak
ada hubungannya dengan penyakit yang sedang dialami sekalipun, tetapi tetap perlu
dibantu untuk ditangani. Fungsi ini lebih bersifat memberikan jalan keluar atas permasalahan yang sedang terjadi Clinebell, dkk., 2002: 54.
Sakit merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan yang lain, baik dari segi individu itu ataupun dengan orang lain. Sakit itu sendiri acapkali
berhubungan dengan permasalahan pribadi yang belum terselesaikan dengan baik. Dalam fungsi ini membangun kepercayaan benar-benar menjadi salah satu cara,
mengingat tidak semua orang dapat percaya untuk mencurahkan cerita yang sifatnya pribadi dan rahasia.
91
Fungsi kelima ini lebih pada penjaga proses yang sudah dapat dilalui oleh pasien. Berusaha supaya pasien tidak lagi jatuh terpuruk seperti sedia kala,
melainkan sudah dapat membangun semangat hidup dan memiliki daya dalam menghadapi kehidupan dengan keadaan fisik yang mulai terbatas. Melalui fungsi
ini, diharapkan pasien dapat menjadi lebih dewasa dalam menyikapi permasalahan masa lalu ataupun saat ini yang dapat menimbulkan efek kurang baik bagi kondisi
fisiknya.
d. Pendekatan Pastoral untuk Orang Sakit
Banyak orang, secara khusus tim medis menyadari bahwa pasien bukan hanya memerlukan petugas pendampingan pastoralan medis berupa obat semata,
melainkan juga pemenuhan akan kebutuhan rohani pasien. Tugas ini acap kali diserahkan kepada pastor atau petugas gereja lainnya, karena seringkali yang
terjadi pasien tatkala dihadapkan pada peristiwa sakit pertanyaan yang muncul dan ditujukan terkait hal-hal eksistensial, seperti arti dan tujuan hidup manusia.
Dalam proses pendampingan pastoral orang sakit ini terdapat dua pendekatan yang berbeda, yakni merawat yang sakit sebagai wujud menolong sesama dan
mengikuti cara pelayanan Yesus dan menggunakan pendekatan holistik.
1 Merawat yang Sakit sebagai Wujud Menolong Sesama
Model yang pertama ini diilhami oleh kisah orang samaria yang baik hati di dalam Injil Lukas 10:25-37. Model ini selaras dengan tugas pemeliharaan
kesehatan fisik manusia yang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab bidang
92
ilmu kedokteran dan pemeliharaan hidup rohani yang dijalankan oleh para teolog. Model ini sudah dipraktikkan di gereja-gereja Eropa, seperti di Jerman.
Melalui perikop Lukas 10:25-37 ini dengan jelas hendak mengajarkan kepada setiap manusia yang membaca dan menglhaminya bahwa sesama bagi
setiap manusia adalah siapapun, tidak terbatas oleh ras ataupun golongan yang membutuhkan pertolongan. Maka belas kasihan tidak hanya berarti merasa
kasihan, tetapi kasih itu harus diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Perikop ini hendak mengajarkan kepada setiap insan, sebagai murid- murid Kristus diajak
untuk membagikan belas kasih kita kepada sesama. Sesama di sini bukan hanya teman, tetapi juga mereka yang bukan teman, bahkan musuh ataupun orang yang
membenci kita. Perumpamaan ini menjelaskan perintah Kr istus, “Kasihilah
musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu… “Luk 6:27; lih. Mat 5:43. Sebab kasih yang tulus sifatnya memberi, tanpa mengharapkan
balasan; menolong karena mengetahui bahwa orang tersebut membutuhkan pertolongan.
2 Mengikuti Cara Pelayanan Yesus dan Menggunakan Pendekatan Holistik
Manusia tidak hanya terbatas sebagai makhluk sosial, melainkan juga merupakan suatu kesatuan yang utuh antara tubuh dan jiwa, yang membuat cara
penyembuhan haruslah bersifat multidimensi Jacob, 2003: 20. Model ini memungkinkan bagi siapapun yang memiliki kualifikasi dalam bidang medis
ataupun bidang teologi mempraktikkan pelayanan pendampingan pastoral.Yang