Latar Belakang Program Pastoral Pasien Kanker Pasca Kemoterapi

117 adanya pengaruh dari keluarga dan lingkungan sekitar. Melalui tujuan ini, pasien hendak diajak untuk dapat menolong dirinya keluar dari belenggu perasaan yang mengikat yang dapat mengakibatkan penyakit yang sedang dialaminya. Tujuan program pendampingan yang terakhir adalah terjadinya proses perjumpaan iman dan proses perwujudan iman sebagai bentuk pertanggung jawaban dengan Tuhan secara personal. Ini merupakan tujuan akhir dari program pendampingan pasien kanker pasca kemoterapi. Tujuannya lebih mengarah pada bagaimana pasien dapat secara personal mengalami perjumpaan iman dengan Tuhan dan dapat mewujudkan imannya di tengah kuantitas waktu yang sudah didiagnosa tim medis berdasarkan kondisi pasien. Tuhan merupakan puncak segala sesuatu, tujuan akhir hidup manusia, dan tempat di mana setiap manusia senantiasa mengarahkan hidupnya. Sehingga inilah alasan dari tujuan ini diadakan.

D. Strategi Pastoral Pasien Kanker Pasca Kemoterapi

Sudah disampaikan sebelumnya tentang latar belakang penyusunan program, gagasan tentang apa itu sakit, pandangan sakit menurut Kitab Suci dan beberapa ensiklik Gereja, situasi dan kondisi pasien kanker, serta tujuan disusunnya program pastoral ini dirumuskan. Kini sampailah pada strategi yang digunakan dalam rumusan program pendampingan pastoral bagi pasien kanker pasca kemoterapi. Dalam merumuskan strategi, sangat perlu memperhatikan komponen- komponen yang sudah disampaikan sebelumnya pada bagian ini. Pengalaman 118 sakit yang dialami oleh pasien penderita kanker ini bukan sekedar pengalaman sakit biasa. Kanker merupakan sebuah penyakit yang dapat mempengaruhi segala aspek hidup manusia yang menderitanya. Maka tidak salah jika, dampak yang ditimbulkan karena penyakit ini begitu beragam, mulai dari dampak psikologi, sosial, ekonomi, bahkan sampai pada iman. Pada bagian ini akan lebih menyoroti bagian gagasan dalam pendampingam kanker pasca kemoterapi secara khusus bagian iman pasien. Di dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Christina BT. Yubong, S.Pd. sebagai bentuk tugas akhir guna meraih gelar S1 yang berjudul Katekese Orang Dewasa dan Penderitaan 1995:62 dituliskan demikian: Untuk sampai pada iman yang dewasa perlu ada pendidikan iman yang terus menerus. Salah satu usaha pelayanan pendidikan iman adalah katekese. Dalam katekese, orang dewasa dibantu untuk menyadari Allah dalam segala peristiwa hidup sehari-hari. Kemudian mengkomunikasikan pengalaman di dalam penderitaan tersebut yang sudah diolah dalam terang iman. Melalui gagasannya ini, Christina hendak mengatakan bahwa perkembangan iman seseorang entah itu dalam kondisi sehat ataupun sakit kiranya senantiasa berada di dalam proses pendampingan. Pendampingan yang lekat dengan kondisi yang demikian adalah katekese atau yang lebih dikenal dengan istilah sharing pengalaman iman. Menurut gagasan B. Kieser, S.J. pendampingan iman yang diharapkan terjadi di sini adalah segala macam bentuk pelayanan yang dapat membantu seseeorang, terutama yang sedang sakit untuk mewujudkan dan mengungkapkan imannya. Pendampingan iman di sini tidak harus dilaksanakan dengan bentuk