Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit

152 b. Doa Bapa Kami c. Doa penutup: Alah Bapa yang maha baik, terima kasih atas segala pengalaman indah yang terjadi pada pertemuan malam hari ini. Terima kasih atas Roh Kudus yang telah bekerja selama proses pertemuan ini. Pada hari ini kami telah berdinamika bersama dengan bantuan video kisah seorang Hasnah pejuang tumor otak yang tidak jemu-jemunya berjuang demi bertahan hidup. Selain itu, kami juga dikuatkan dengan kisah Nabi Ayub yang diuji kesalehannya dengan berbagai persoalan yang diluar batas daya manusia. Pada akhirnya kami juga diajak untuk membangun niat yang akan kami lakukan demi tercapainya tujuan pertemuan pada malam hari ini. Pada akhirnya pula ya Tuhan berkatilah usaha dan niat yang kami unjukkan kepada-Mu, sehingga kami nantinya dapat saling meneguhkan satu dengan yang lain melalui sharing pengalaman tentang bagaimana menyadari betapa kita dicintai oleh Tuhan seperti apapun rupa dan kondisi kita melalui orang-orang di sekitar kita, sehingga kita dapat bangkit dari kondisi lemah dan mulai menghargai hidup sebagai anugerah dari Tuhan. Dalam rasa syukur kami, kami tetap memohon penyertaanmu dalam mewujud nyatakan apa yang telah kami proses selama pertemuan kali ini, niat-niat yang akan kami bangun dan kami wujudkan dalam hidup sehari-hari. Doa ini, kami aturkan kepada-Mu demi pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin. d. Lagu Penutup: Pelangi Kasih-Nya Lampiran 3

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai situasi dan kondisi orang sakit kanker pasca kemoterapi serta konsep pendampingan pastoral bagi pasien kanker pasca kemoterapi yang diperoleh dari pelbagai sumber kepustakaan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemoterapi sebagai salah satu pengobatan kanker dapat mengakibatkan adanya perubahan fisik bagi yang menderita secara drastis, seperti mengalami kebotakan, kuku pada jari jemari lepas, kulit seolah-olah terbakar akibat dari cairan kemo yang masuk ke dalam tubuh. Kondisi ini membuat menurunnya tingkat kepercayaan diri dan konsep diri, karena merasa tubuhnya sudah tidak enak dipandang. 2. Pendampingan pastoral sebagai jalan yang ditempuh oleh Gereja memberikan kontribusi yang cukup untuk mendampingi orang sakit, terutama pasien kanker pasca kemoterapi ini. 3. Konsep pendampingan pastoral yang dipilih berdasarkan pertimbangan situasi dan kondisi pasien kanker pasca kemoterapi adalah model katekese. Model ini disesuaikan berdasarkan tingkatan usia. Bagi pasien kanker pasca kemoterapi usia anak-anak, model yang diusulkan adalah Sunday School. Sedangkan bagi usia remaja dan dewasa, model yang diusulkan adalah Shared Christian Praxis. 4. Model ini dirasa seuai karena yang diperlukan dalam pendampingan pasien 154 kanker pasca kemoterapi adalah pendampingan yang “kena di hati”. Konsep ini membawa gambaran peserta yang memiliki permasalahan yang sama, sehingga satu dengan yang lain dapat saling membantumemberikan pendampingan dan memberi kesaksian sebagai sarana pengobatan secara spiritual.

B. Saran

Setelah dapat dibuktikan dalam pembahasan ini dengan dasar dari pelbagai kajian teori dan kepustakaan ini bahwa katekese dengan model Shared Christian Praxis dan Sunday School menjadi usulan program pendampingan pastoral yang relevan bagi pasien kanker pasca kemoterapi, adapun saran yang dapat diberikan peneliti sesuai dengan hasil pembahasan, antara lain: 1. Bagi pasien kanker pasca kemoterapi, kiranya usulan program ini menjadi acuan dalam program pendampingan iman di tengah kondisi saat ini. Kiranya program pendampingan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan konsep diri dan gambaran yang positif tentang hidup dan Tuhan. 2. Bagi praktisi pendampingan pastoral pasien kanker pasca kemoterapi. Kiranya, melalui tulisan ini, petugas pastoral dapat memiliki gambaran terkait program pendampingan yang diintegrasikan dengan tingkatan usia dan fase-fase yang dialami oleh pasien. Selain itu, melalui tulisan ini diharapkan kompetensi yang dimiliki petugas pastoral dalam mendampingi pasien kanker pasca kemoterapi semakin meningkat. 3. Bagi pengelola Rumah Sakit. Melalui tulisan ini, kiranya pihak pengelola rumah sakit, tim medis yang bertugas dapat bekerjasama dengan petugas 155 pastoral dalam memberikan pelayanan kesehatan yang holistic, mengingat konsep manusia sebagai makhluk yang memiliki pelbagai aspek dan satu sama lain saling berkaitan. 4. Bagi implikasi penelitian lanjutan. Tulisan ini memaparkan konsepsi mengenai situasi dan kondisi pasien kanker yang telah menjalani pengobatan kemoterapi dan konsep pendampingan pastoral orang sakit, secara khusus pasien kanker pasca kemoterapi. Dari dua hal ini, kemudian diusulkan suatu gagasan program pendampingan pastoral bagi pasien kanker pasca kemoterapi yang sudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien dan juga analisa pendampingan pastoral yang kiranya relevan dengan kondisi pasien kanker pasca kemoterapi. Dalam tulisan ini tentunya masih banyak hal dan aspek yang perlu untuk dikaji secara lebih mendalam sehingga pendampingan yang diharapkan semakin efektif dan evisien serta berdayaguna bagi proses penyembuhan pasien kanker pasca kemoterapi secara spiritual. Hal ini dikarenakan kelemahan kemampuan dalam mengkaji, yaitu kurang maksimalnya kepustakaan yang dijadikan sumber oleh peneliti, lemahnya penguasaan bahasa asing mengingat sebagian besar kepustakaan menggunakan bahasa asing, dan terlalu lama penulis berhenti dalam pengerjaan yang mempengaruhi kualitas penulisan. Kiranya hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlunya adanya penelitian yang komprehensif dalam pencarian data-data, sehingga program yang diusulkan kiranya lebih efektif, efisien, dan berdaya guna, serta dapat diukur tingkat keberhasilannya.