Pelayanan Pastoral sebagai Bentuk Pemberitaan Firman

82 dengan psikoterapi. Gagasan-gagasan Boisen mengenai pelayanan pastoral ini juga sebagian besar didasarkan pengalaman personalnya menghadapi penyakitnya. Oleh sebab itu, ia berpandangan bahwa cukup penting bagi seorang pastor untuk belajar membaca kondisi orang yang sedang bergumul dengan kesusahan dan pend eritaan sebagai suatu “dokumen manusiawi yang hidup” Abineno, 1993: 29. Dan dewasa ini gagasan yang dirumuskan oleh Boisen disebut dengan istilah konseling pastoral. Konseling pastoral dipahami sebagai sebuah usaha pendampingan yang dilakukan oleh pastor untuk membantu orang dengan tujuan orang yang dibantu dapat menolong dirinya sendiri melalui proses perolehan pengertian tentang konflik batinnya Abineno, 1993: 31. Konseling pastoral berada dalam posisi yang cukup penting di dalam program pendampingan jemaat. Konseling pastoral bukanlah sebuah usaha pewartaan Injil belaka, bukan pula soal pekerjaan sosial, tetapi lebih dari itu, konseling pastoral menunjang usaha pewartaan Injil, yakni hidup jemaat yang didampingi berada di dalam kelimpahan Melani Wikanta Subroto Widjojo, 2004: 4 seperti dikatakan di dalam Injil Yoh 10:10.

c. Pelayanan Pastoral sebagai Perwujudan dari Persekutuan Kerygma

Jenis berikutnya adalah pelayanan pastoral sebagai wujud dari persekutuan kerygma. Jenis ini meletakkan konsep manusia sebagai makhluk sosial sebagai dasar pelayanan pastoral. Seorang tokoh bernama Brillenburg Wurth mengungkapkan bahwa manusia yang sesungguhnya adalah manusia yang hidup dalam pelbagai relasi dengan sesama manusia Abineno, 1993: 43. 83 Dalam situasi saat ini, yang mengharuskan orang bekerja secara individual, menyebabkan adalah perubahan dinamika hidup sosial. Banyak orang lebih memilih menjadi sinlge fighter dibandingkan bekerja di dalam sebuah tim. Begitu pula dengan kenyataan hidup rohani manusia. Banyak orang lebih memilih cara individual untuk mengungkapkan imannya, seperti doa pribadi. Asumsi yang muncul adalah dengan pribadi ini seseornag merasa lebih intim berdialog dengan Tuhan. Namun, hal ini secara tidak langsung membuat hidup bersekutu menjadi semakin lemah, karena tingkat perjumpaan yang semakin jarang. Pelayanan pastoral ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali hidup persekutuan yang menjadi perwujudan dari hidup sosial bermasyarakat. Di dalam konsep ini, seseorang akan berkumpul satu dengan yang lain untuk saling mengungkapkan pergulatan imannya atau bahkan saling mengunjungi satu dengan yang lain.

d. Pelayanan Pastoral sebagai Perwujudan dari Diakonia

Selain jenis pelayanan pastoral sebagai perwujudan dari kerygma, kali ini akan diulas jenis pelayanan pastoral berikutnya yakni pelayanan pastoral sebagai perwujudan dari diakonia. Jenis ini erat berhubungan kondisi riil jemaat. Oleh sebab itu, jenis ini sarat akan ilmu antropologi dan juga teologi. Melalui jenis ini, Gereja hendak mewujudkan iman jemaatnya dengan berfokus pada situasi jemaat Ambrosia, 1994: 2. Diakonia menjadi salah satu dari lima tugas Gereja, dengan demikian Gereja hendak melayani jemaatnya 84 melalui profesi-profesi yang ada sebagai sosok seorang sahabat yang ramah dan cinta damai.

4. Pastoral untuk Orang Sakit

Dari pelbagai macam bentuk pelayanan yang diberikan oleh gereja, secara khusus pada bagian ini akan disoroti pelayanan pastoral gereja khusus bagi orang sakit. Kekhususan ini tidak berarti akan mengurangi arti penting dari sejumlah jenis dan atau kategori pelayanan gereja yang lain. Kekhususan ini dilandaskan pada situasional orang sakit yang dapat menjadi medan pastoral. Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa pastoral dimengerti sebagai kegiatan orang beriman untuk saling membantu dalam mewujudkan dan mengungkapkan imannya Suprihatin, 1999: 51. Dengan demikian, pastoral orang sakit ini berperan untuk memperlancar proses pemecahan masalah, dilihat dari kata pastoral yang memiliki bobot spiritual dan keimanan kepada proses pendampingan, secara khusus berusaha melihat dan peduli akan aspek iman dan kehidupan spiritual dan pasien tersebut.

a. Hakikat Pastoral Orang Sakit

Pengalaman sakit tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan manusia.Ketika sakit, pasien tidak hanya memerlukan pelayanan medis semata, melainkan juga kebutuhan spiritualitas. Seperti ditegaskan oleh Totok S. Wiryasaputra dan Aart Martin van Beek 1984: 13 bahwa keadaan fisik dapat mempengaruhi keadaan mental, begitu pula sebaliknya keadaan mental dapat 85 mempengaruhi keadaan fisik seseorang. Keadaan fisik juga mempengaruhi keadaan spiritual seseorang, pun juga sebaliknya keadaan spiritual seseorang juga dapat mempengaruhi keadaan fisiknya. Dari ketiganya dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dengan demikian, selama proses pemulihan pasien dirasa tidak cukup jika pelayanan hanya secara fisik semata, tetapi juga perlu mengindahkan pelayanan psikis dan spiritual. Konsep pelayanan spiritual ini akrab dikenal dengan istilah pastoral care atau pendampingan pastoral yang diperuntukkan bagi orang sakit. Pendampingan pastoral dipahami sebagai suatu profesi pertolongan dari seorang pendeta atau pastor yang mengikatkan dirinya dalam hubungan pertolongan dengan orang lain, agar melalui terang Injil dan persekutuan dengan Gereja Kristus dapat bersama-sama menemukan jalan keluar bagi pergumulan dan persoalan kehidupan dan iman Heitink, 1992: 404. Maksud dari pendampingan pastoral ini lebih-lebih diperuntukkan membantu meringankan beban dan mengarahkan pasien secara aktif agar dapat mengembangkan sikap yang tepat terhadap dirinya dan keadaan yang sedang dialami. Konsep pendampingan pastoral bagi orang sakit ini merupakan bentuk perhatian Gereja kepada jemaatnya yang sedang dilanda pengalaman sakit. Layaknya di dalam Kitab Suci yang menggambarkan Yesus yang memberikan penyembuhan bukan hanya pada fisik saja melainkan psikologispun dibantu-Nya karena iman dan keyakinan yang dimiliki. Melalui kisah yang tertulis di dalam Kitab Suci ini digunakan oleh Gereja sebagai dasar di dalam perwujudan atau pengejawantahan pelayanan untuk orang-orang sakit dengan tujuan tidak hanya