Ragam Pendekatan Pastoral Pastoral untuk Orang Sakit

100 Dengan demikian, fungsi dari pendampingan pastoral dengan pendekatan pastoral klinis berfungsi sebagai proses menyembuhkan healing, menopang sustaining, membimbing guiding, mendamaikan reconciling, dan memelihara nurturing Hall Lindzey, 1993: 5. 2 Meditasi Semadi atau meditasi adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Makna harafiah meditasi adalah kegiatan membolak-balik dalam pikiran, memikirkan, merenungkan Hardjana, 1998: 5. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengambil langkah- langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku. Dengan kata lain, meditasi melepaskan seseorang dari penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Seseorang dapat memahami bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai dilepaskan. Dalam keadaan pikiran yang bebas dari aktivitas berpikir, ternyata manusia tidak mati, tidak juga pingsan, dan tetap sadar Krishna, 2001: 15. 101 Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman. Tidak ada guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi. Semadi atau meditasi sering diartikan secara salah, dianggap sama dengan melamun sehingga meditasi dianggap hanya membuang waktu dan tidak ada gunanya. Meditasi justru merupakan suatu tindakan sadar karena orang yang melakukan meditasi tahu dan paham akan apa yang sedang dia lakukan. Manfaat meditasi yang dapat dirasakan secara langsung oleh tubuh. Salah satu manfaat tersebut adalah kesembuhan ketika tubuh sedang sakit. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah anti-stres yang paling baik. Ketika seseorang mengalami stres, denyut jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalin memompa hormon-hormon stres. Akan tetapi, ketika meditasi sedang berlangsung, detak jantung melambat, tekanan darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat hormon stres menurun. Selama meditasi, lama-kelamaan orang tersebut dapat mendengarkan denyutan jantung, bahkan lebih lanjut lagi orang tersebut dapat mengkoordinasikan irama denyut jantung dengan irama keluar masuknya napas. Secara ilmiah, manfaat-manfaat dari meditasi yang telah dipraktikkan orang selama ini adalah organ-organ tubuh dan sel tubuh akan mengalami keadaan baik dan bekerja lebih teratur, mampu mengatur dan mengendalikan orang lain serta memaafkannya, mampu mengerti orang lain dan memaafkannya, selalu bertekun dalam hidup yang baik, sebagai pembawa berkat bagi sesama, dan mampu menerima suka dan duka, kesulitan, dan kebaikan hidup dengan baik. 102

g. Kriteria Pendamping Pastoral

Dewasa ini semakin marak orang merasa terpanggil untuk terlibat di dalam sejumlah aksi sosial baik yang dilaksanakan oleh gereja ataupun kelompok- kelompok kategorial. Salah satu contohnya secara khusus dalam bidang kesehatan adalah adanya kunjungan kepada salah satu anggota wilayah, lingkungan, kring atau anggota komunitas yang sedang sakit, baik itu yang dirawat di rumah ataupun dirawat di Rumah Sakit. Kunjungan ini diharapkan mampu memberikan dukungan kepada pasien untuk memiliki daya juang untuk pulih dari sakit yang sedang dialami. Bentuk pelayanan ini didukung oleh pihak Gereja melalui dekrit Konsili Vatikan yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI mengenai kerasulan kaum awam, yakni Apostolicam Actuositatem. Melalui dokumen ini, Paus menghimbau kepada segenap kaum awam untuk turut terlibat juga dalam irama pewartaan Kerajaan Allah secara nyata di dalam pelbagai pelayanan yang sudah dilakukan oleh Gereja. Hal ini mengingat terbatasnya jumlah pelayan pastoral tertahbis, yakni imam dan semakin bertambahnya jumlah umat. Di dalam salah satu artikelnya diungkapkan bahwa Gereja diciptakan untuk menyebarluaskan Kabar Sukacita, Kerajaan Allah di segala penjuru dunia demi kemuliaan Allah, dan dalam perwujudannya Gereja mengikutsertakan semua orang untuk terlibat di dalam upaya penebusan yang membawa kepada keselamatan. Dengan demikian, melalui kaum awam yang ikut serta ini seluruh dunia dapat diarahkan menuju kepada Allah. Segala kegiatan yang mengarah 103 kepada tujuan ini disebut sebagai karya kerasulan, dan karya ini dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya dengan pelbagai cara. Dalam dinamika pendampingan yang seringkali dijumpai masih terbatas pada bentuk ritus semata, seperti doa, pemberian sakramen pengurapan orang sakit, atau yang lainnya, sedangkan bentuk pendampingan yang mengena di hati, terlibat secara pribadi, adanya partisipasi berupa sharing dirasa masih jauh dari kenyataan yang demikian. Proses pendampingan ini sebenarnya mangajak orang untuk masuk ke dalam lingkungan yang tidak dikuasai, sehingga timbulah perasaan canggung bahkan sering kali kehabisan topik pembicaraan yang menghibur, sehingga yang dapat dilakukan hanyalah memberi bantuan seperti menyuapi makanan, membereskan tempat tidur, mendoakan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dirasa perlu untuk memiliki kemampuan mengolah penderitaan dalam terang iman secara mendalam, membangun relasi dengan Tuhan meski kerap ditimpa musibah. Hal ini perlu dimiliki oleh pendamping atau petugas pastoral sebelum memberikan pendampingan kepada pasien. 1 Memahami Pengalaman Menderita Dalam aneka ragam pengalaman yang dialami oleh manusia, muncul juga aneka macam konsep penderitaan yang didasarkan pada pengalaman personal. Konsep penderitaan itu sendiri cukup lengkap dibahas di dalam bab II mulai dari penderitaan dalam kacamata Kitab Suci ataupun Ajaran Gereja. Namun, pada kesempatan ini akan diulang kembali secara ringkas gambaran 104 penderitaan yang nantinya perlu juga dipahami oleh petugas pastoral yang akan mendampingi. Di dalam proses pendampingan, seorang petugas dikatakan omong kosong apabila selama berjalannya proses pendampingan, pendamping belum memahami secara personal pengalaman penderitaan yang ada di dalam dinamika hidup pribadinya dan dipahami berdasar iman Kristiani. Hal ini dirasa perlu mengingat subyek yang didampingi juga mengalami hal pengalaman yang sama, yakni pengalaman menderita meski dengan bentuk yang berbeda. Dengan demikian, pengalaman pendamping dalam mengolah penderitaan yang dialami dalam terang iman dapat didialogkan kepada orang lain yang menderita sebagai bahan pembicaraan dengan yang didampingi. Pengalaman menderita ini menjadi pengantar atau pintu gerbang sebelum pendamping membantu memberikan pendampingan kepada pasien kanker atau seseorang yang sedang menderita. Hal ini akan menjadi poin penting antara pendamping dengan yang didampingi, karena pendamping memiliki pengalaman yang sama meki berbeda kualitas dengan yang didampingi. Namun setidaknya pengalaman ini membuka jalan untuk masuk ke kedalaman proses yang didampingi. Menyadari bahwa tidak semua orang dapat terbuka pada orang baru, belum lagi pengaruh gender yang kuat. Seperti, tidak semua orang laki-laki dapat terbuka pada orang baru, apalagi keterbukaan ini sifatnya personal dan sensitif. Kaum laki-laki cenderung menutup rapat-rapat pengalaman yang dimiliki. Hal ini akan menjadi semakin sulit, jika pasien dalam hal ini yang didampingi tidak 105 terbiasa terbuka dengan orang lain, pendamping yang bertugas juga memiliki jenis kelamin yang sama dengan yang didampingi yakni laki-laki. Ini merupakan kepribadian yang dimiliki oleh kaum laki-laki, di mana kaum laki-laki lebih memberikan porsi yang besar kepada kemampuan nalar dari pada hati. Hal yang serupa juga akan dialami oleh kaum perempuan seandainya yang bertugas mendampingi memiliki jenis kelamin yang sama juga. Akan tetapi, segala penghalang seperti tersebut di atas akan berkurang dengan adanya pengalaman yang sama. Sehingga penghalang yang dapat menghambat terjadinya keterbukaan dapat di atas dengan pengalaman yang sama ini, meski berbeda secara kualitas. 2 Memahami Psikologi Perkembangan Manusia Mempelajari dinamika hidup manusia tidak pernah lepas dari segala bidang kajian psikologi, pun itu termasuk mempelajari spiritualitas atau kondisi iman seseorang. Ilmu psikologi menjadi pijakan pertama dalam mengkaji manusia. Lantas muncullah sejumlah ilmu yang memiliki relasi dengan bidang ilmu psikologi ini, seperti antropologi, religi, dan lain-lain. Di dalam pembahasan beberapa kali disinggung hubungan antara iman dengan kondisi psikologi seseorang, secara khusus pasien penderita kanker pasca kemoterapi. Di dalam pembahasan kali ini, akan disertakan pula alasan memahami psikologi perkembangan manusia diperlukan dalam merumuskan gagasan dan sikap yang diperlukan sebagai pendamping atau petugas pastoral. Berbicara mengenai alasan pemahaman psikologi perkembangan manusia ini diperlukan, baik jika sedikit menyinggung pembahasan mengenai 106 pelayanan pastoral sebagai bentuk konseling. Sebuah gagasan yang dirumuskan oleh Boisen ini membawa warna pada hubungan antara iman dengan psikis manusia. Gagasan Boisen mengenai pelayanan pastoral sebagai bentuk konseling ini didasarkan pada konsep bahwa bentuk-bentuk tertentu dari permasalahan mental erat kaitannya dengan pengalaman religious seseorang Abineno, 1993: 29. Gagasan ini menyatakan bahwa kebanyakan gangguan psikis ataupun fisik seseorang acapkali diakibatkan oleh permasalahan seseorang dengan lingkungan sosial dan permasalahan personal yang belum terselesaikan unfinish bussiness. Gangguan dalam diri seseorang ini erat kaitannya dengan tidak terpenuhinya piramida kebutuhan manusia yang digagas oleh Abraham Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mencakup, kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan adanya penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri Hall Lindzey, 1987: 71. Terdapat sejumlah alasan lain yang dapat menyebabkan terjadinya mental disorder kekalutan mental pada diri seseorang selain pemenuhan piramida kebutuhan tersebut di atas, yakni terbenturnya diri seseorang pada standar dan norma sosial yang berlaku; adanya konflik kebudayaan entah itu konflik antara individu dengan masyarakat, antara individu dengan nilai dan tingkah laku di antara dua kelompok sosial atau lebih, dan konflik batin; perubahan transisi kepemimpinan; meningkatnya tingkat aspirasi terhadap kemewahan materiil Kartini Kartono, 1983: 21-24. Alasan-alasan tersebut di atas begitu mempengaruhi seseorang secara khusus atas pemenuhan kebutuhan 107 pribadinya yang lekat dengan priamida kebutuhan yang dirumuskan oleh Abraham Maslow. Kondisi penyebaran kanker ini terbuka pada segala usia, seperti sudah dijabarkan dengan begitu jelas di dalam pembahasan mengenai konsep kanker itu sendiri. Kanker atau puru ayal dipahami sebagai jenis penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh secara tidak terkendali pembelahan sel yang melebihi batas normal, menyerang jaringan biologis di dekatnya, dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik yang disebut metastasis. Munculnya penyakit kanker ini dapat disebabkan oleh pelbagai faktor, seperti genitas, faktor stresor psikososial, dan lain sebagainya. Sel kanker ini akan menjadi buas dan dapat mematikan, jika pertumbuhannya tidak normal. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa sel kanker dapat ditemukan di dalam tubuh setiap manusia di manapun jenjangnya, termasuk usia. Kepentingan dari memahami psikologi perkembangan manusia dalam hal ini untuk pendampingan yang akan dilakukan oleh petugas pastoral adalah dasar atau landasan sebelum pendamping atau petugas pastoral memberikan pendampingan atau treatment kepada pasien. Pendampingan atau treatment ini juga diselaraskan dengan kondisi dan klasivikasi jenjang usia pasien, karena kondisi psikologi dalam diri manusia ini memiliki ciri yang berbeda di setiap jenjang usia. Ini merupakan kepentingan utama yang harus dimiliki oleh pendamping sebelum mendampingi pasien kanker pasca kemoterapi. Hal ini menjadi utama