63
kembali kanker. Bahkan pada tahap awal penyakit ini, sel-sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor payudara asal dan menyebar melalui aliran darah
Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito, 1999: 229. Kemoterapi Neo-ajuvant merupakan kemoterapi yang diberikan sebelum
operasi disebut terapi neo-ajuvant. Manfaat utama dari pendekatan ini adalah bahwa hal itu dapat mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga mereka
cukup kecil untuk diangkat oleh lumpektomi, bukan mastektomi. Sejauh ini, tidak jelas bahwa kemoterapi neo-ajuvant meningkatkan kelangsungan hidup, tetapi
setidaknya bekerja juga sebagai terapi ajuvant pasca operasi Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito, 1999: 229.
Kemoterapi Paliatif biasanya diutamakan diberikan pada penderita kanker stadium lanjut yang tujuannya bukan penyembuhan melainkan untuk
peningkatan kualitas hidup. Oleh karenanya dalam memberikan kemoterapi paliatif harus dipikirkan benar-benar dengan mempertimbangkan Respect for
outonomy segala keputusan terletak pada penderita, Beneficial yang kita berikan yakin bermanfaat, Non malificent yang kita berikan tidak
membahayakan dan Wise bijaksana Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito, 1999: 229.
1. Dampak Psikologis Pasien Kanker Pasca Kemoterapi sebagai Tindakan
Medis Medical Treatment
Dampak dari pengobatan kanker kemoterapi dapat menyebabkan ketidakmampuan berjalan atau menggerakkan tangan sehingga tidak mampu
64
melakukan pekerjaan apapun dan beraktivitas sebagaimana ketika dalam kondisi dan situasi sehat. Keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya gambaran negatif
terhadap diri sendiri negative self esteem dan akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri seseorang Yunita Purba, dkk., 2012: 1.
Menurut Keliat yang dikutip oleh Yunita Purba dan kawan-kawan dalam jurnal ilmiahnya 2012: 3 menyatakan bahwa hilangnya sebagian badan sebagai
akibat dari tindakan operasi, dapat mempengaruhi konsep diri self esteem dan komponennya di antaranya citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran,
dan identitas personal. Pengobatan kanker memberi dampak negatif pada fisik maupun mental
dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap konsep diri. Seperti dikutip dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Yunita Purba dan kawan-kawan 2012: 4 apabila
konsep diri seseorang menderita, maka pikiran dan tingkah laku seseorang akan menjadi terganggu, begitu seterusnya, seperti mengalami kebotakan dan merasa
tubuhnya tidak menarik lagi serta merasa bahwa orang lain di luar dirinya tidak tertarik lagi pada dirinya, ini merupakan bentuk konsep diri yang negatif sebagai
akibat dari pengaruh pengobatan kanker dengan kemoterapi. Akan tetapi, gangguan harga diri pada penderita penyakit kanker, juga dapat dipengaruhi oleh
hubungan interpersonal yang tidak harmonis. Misalnya, kondisi penderita kanker stadium lanjut tidak dapat kembali ke keadaan semula, dikarenakan gangguan
konsep diri yang terjadi dalam dirinya yakni kecacatan tubuh dan penurunan fungsi organ tubuh Yunita Purba, dkk., 2012: 3.
65
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Saraswati di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan menggunakan 30 orang pasien kanker
yang telah mendapat kemoterapi sebagai responden, Yunita Purba 2012: 4 menunjukkan bahwa sebagian besar konsep diri responden yang menghadapi
kemoterapi tergolong sedang yaitu sebesar 87, konsep diri responden tergolong tinggi 13 sedangkan proporsi terkecil yang mendapat kemoterapi
adalah konsep diri yang tergolong rendah yaitu 0. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri penderita kanker yang mendapat kemoterapi di Ruang Rawat Inap
RSUP Dr. Kariadi Semarang tergolong sedang. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Lutfa pada awal bulan
Oktober 2007 Yunita Purba, dkk. 2012: 4 dengan melakukan wawancara terhadap pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang Cendana 1 RSUD Dr.
Moewardi sebanyak 34 responden, yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rambutnya menjadi rontok, merasa mual dan muntah, 25
pasien merasakan perannya sangat berkurang. Pasien laki-laki merasa tidak mampu lagi menghidupi keluarga, tidak mampu berdekatan dengan anak dan
mengurusnya. Tidak hanya itu saja, Yunita Purba 2012: 4 juga merujuk pada
penelitian yang dilakukan oleh salah seorng peneliti di ruang Rindu A Lantai III kamar 47 RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal 2 Februari 2012,
berdasarkan medical record tahun 2012, jumlah pasien kanker yang telah menjalani kemoterapi sebanyak 600 orang dalam setahun. Dari hasil wawancara
kepada 4 orang pasien kanker yang telah menjalani kemoterapi, 3 orang di
66
antaranya menyatakan sangat terganggu dengan keadaan rambut yang mengalami kerontokkan bahkan menjadi botak, merasa malu terhadap lingkungan sekitarnya
sehingga selalu mengenakan kerudung, merasakan perannya dalam keluarga sangat berkurang. Mereka menyatakan kurang memahami setiap efek samping
dari kemoterapi tersebut karena sebelum pengobatan kemoterapi tidak ada penjelasan dari perawat tentang tujuan pengobatan dan efek samping yang akan
terjadi. Sedangkan 1 orang menyatakan mulai mampu menerima kondisi yang dialami saat ini serta mampu memahami efek samping dari pengobatan
kemoterapi tersebut.
2. Dampak Spiritual Kanker pada Pasien Kanker Pasca Kemoterapi
Diketahui bersama dengan berbekal dari kepustakaan yang ada bahwa kemoterapi merupakan salah satu dari tiga tahapan pengobatan kanker. Dampak
dari kemoterapi ini baik secara fisik, psikis, ataupun spiritual juga sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Situasi dan kondisi iman pasien yang tengah menderita penyakit kanker pasca kemoterapi ini cukup rentan dengan apa yang disebut hidup dalam
pengharapan. Kanker termasuk dalam salah satu jenis penyakit dengan tipe terminal illness. Kualifikasi penyakit ini dipandang sebagai suatu keadaan atau
situasi seseorang yang menderita penyakit yang memiliki daya kematian diperkirakan akan datang dalam jangka waktu satu tahun bahkan kurang dan tidak
diketahui lagi obat yang dapat membawa kesembuhan Kieser, 1984: 53. Kondisi yang demikian ini secara langsung akan mempengaruhi aspek hidup orang yang