Definisi Sakit Situasi dan Kondisi Orang Sakit
16
Ia juga sosok yang dermawan, berbudi luhur, dan begitu dihormati oleh pekerja- pekerja.
Sebagai seorang yang bijak, saleh, kaya, dermawan, berbudi luhur, dan begitu dihormati oleh pekerja-pekerja, Ayub mengalami dinamika hidup yang
tidak lurus dan mulus-mulus saja. Ia yang memiliki keyakinan dan iman yang kuat senantiasa mendapatkan persoalan-persoalan yang dapat menggoncangkan
imannya. Drama pahit kehidupan Ayub dimulai ketika ia mendapatkan musibah dalam kurun waktu satu hari. Musibah datang bertubi-tubi, dimulai dari lembu
sapi yang sedang membajak dan keledai betina yang sedang makan rumput tiba- tiba diserang oleh segerombolan orang-orang Syeba dan merampas seluruh lembu
sapi dan keledai betina dan membunuh pekerjanya. Kemudian disambut peristiwa memilukan berikutnya yakni kambing domba yang lenyap beserta dengan pekerja
karena tersambar oleh api yang turun dari langit. Lalu unta yang dijarah oleh pasukan dari Kasdim dan membunuh serta pekerjanya. Peristiwa ini membuat
harta kekayaan Ayub lenyap seketika itu juga Ayb 1:15-17. Situasi yang tidak mengenakkan tidak hanya berhenti pada kekayaan
Ayub yang habis dalam waktu satu hari, melainkan kini mulai mengena juga pada harta yang teramat penting yang dimiliki Ayub, yakni anak-anaknya. Ayub
memiliki 7 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan buah dari perkawinannya dengan istrinya. Akan tetapi tidak semua pola ayub tertuang pada
diri puteranya. Anak laki-laki Ayub sering mengadakan pesta di rumah dan mengundang saudarinya Ayb 1:4-5. Suatu hari ketika anak-anak Ayub sedang
makan dan minum anggur di rumah saudara mereka, tiba-tiba angin ribut
17
berhembus dari seberang padang dan mengguncang rumah yang sedang digunakan anak-anak Ayub dari pelbagai penjuru, sehingga rumah itu roboh dan
menimpa anak-anak Ayub hingga mati Ayb 1:18-19. Pergulatan yang dialami oleh Ayub merupakan sebuah gambaran
pergulatan seorang saleh yang ditimpa penderitaan yang bertubi-tubi. Layaknya manusia normal pada umumnya, jika mendapatkan situasi dan kondisi yang
demikian ini tentu pemberontakan merupakan respon pertama yang akan muncul. Demikian juga Ayub, reaksi Ayub mula-mula adalah berontak dan menuduh
Tuhan Allah sebagai sosok yang tidak adil Gannet, 1987: 38. Banyak orang di sekitar Ayub termasuk istri dan tiga orang teman Ayub meyakinkan Ayub bahwa
apa yang dialami saat ini merupakan hukuman yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada Ayub karena ketidaktaatan Ayub dan sejumlah dosa-dosa yang dibuat
Ayub semasa hidupnya. Peristiwa semacam ini juga dialami oleh kebanyakan orang yang berada dalam kondisi dan situasi yang terhimpit. Banyak orang datang
entah itu saudara, kerabat, atau teman-teman datang dengan tujuan untuk menghibur dan meyakinkan, namun acap kali penghiburan yang diberikan adalah
ungkapan yang menyatakan bahwa apa yang dialami adalah akibat dari apa yang selama ini dilakukan.
Di dalam Tuhan di Balik Air Mata, Dr. Alden A. Gannet 1987: 29 mengungkapkan bahwa tatkala Ayub bergulat dengan peristiwa pahit dan
penderitaan yang dialami, Tuhan Allah sebenarnya sudah memberikan jawaban dari setiap persoalan yang dialami oleh Ayub. Jawaban yang disediakan oleh
Tuhan begitu sederhana dan sering tidak tampak oleh manusia, karena pandangan
18
manusia masih tertuju pada hal-hal duniawi. Dengan menggunakan perumpamaan jika air mata deras membanjir, bagaimana kita bisa terus memandang Tuhan di
baliknya, Dr. Alden A. Gannett berusaha menjawab persoalan penderitaan manusia berdasarkan kisah Ayub ini.
Kisah yang dialami oleh Ayub menegaskan bahwa berdasarkan Kitab Suci, sakit lebih-lebih dikaitkan dengan hubungan antara dosa dan kesalahan
seseorang sehingga sakit diyakini sebagai hukuman yang diberikan oleh Tuhan atas kesalahan yang telah dilakukan manusia tersebut. Tetapi ada juga pandangan
lain namun masih lekat kaitannya dengan dosa dan sakit. Dalam pandangan lain, ada orang yang berpandangan bahwa sakit merupakan ujian yang diberikan oleh
Tuhan kepada umatnya dan manusia sebagai umat-Nya pun memiliki keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberikan tingkat ujian yang berat dibandingkan
dengan kemampuan manusia tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dalam kisah Ayub tatkala iman Ayub diuji oleh Iblis yang telah mengadakan negosiasi dengan
Tuhan. Dengan demikian berdasarkan Kitab Ayub ini, sakit fasih dengan pemahaman konsep antara sakit yang merupakan akibat yang ditimbulkan karena
dosa terutama ketidaksetiaan manusia terhadap perjanjian yang telah dibuat antara Allah dengan Bangsa Israel. Mengingat perjanjian ini merupakan suatu ikatan
personal antara Allah degan Bangsa Pilihan-Nya Buku, 2010: 5. Rumusan Kitab Suci, secara khusus Kitab Ayub sebagaimana dibahas
dalam paragraf di atas, bahwa arah dari Kitab Ayub ini hendak mengingatkan segenap umat Kristiani bahwa penderitaan atau pengalaman sakit yang sedang
dialami tidak dapat diejawantahkan dan dikupas secara rasional dengan bekal
19
teori-teori yang ada ataupun pemahaman manusia. Pengalaman menderita ataupun sakit bukan sebuah soal matematika yang dapat dijawab dengan menggunakan
rumus yang sudah ada, karena Tuhan Allah mengatasi segala bentuk dinamika manusia secara absolut dan tidak akan pernah dapat dikupas oleh manusia Buku,
2010: 6. Kondisi seseorang yang menderita dan memiliki harapan untuk terlepas
dari penderitaan yang dialami secara langsung akan membuat gejolak iman yang besar. Gambaran berikutnya yang dapat menunjukkan apa yang dialami oleh
seseorang yang menderita adalah Mazmur 13. Kitab Mazmur 13 ini dikenal sebagai mazmur ratapan dan keluhan manusia terhadap Sang Pencipta.
Mazmur 13 masuk dalam golongan mazmur disorientasi karena dilihat dari segi bentuknya, mazmur ini berisi permohonan perseorangan. Mazmur ini
mengungkapkan perasaan kekuatiran pemazmur akan kekuasaan Tuhan. Pemazmur berprasangka bahwa harapan yang dinyatakannya pada Tuhan
berujung kesia-siaan belaka dan iman yang dimiliki selama ini tidak ditanggapi oleh Tuhan Barth Pareira, 1999: 202.
Perasaan yang sama juga acap kali ditemukan di sejumlah kisah yang dialami oleh sejumlah orang yang sedang sakit. Di beberapa peristiwa, sering
ditemukan orang yang sedang menderita suatu penyakit dengan jenis penyakit yang tergolong sering merasa hopeless atau harapannya mulai padam. Dalam
keadaan seperti ini, pasien berteriak minta tolong bahkan mengajukan protes kepada Tuhan karena beratnya penderitaan yang dialami. Acap kali pasien merasa
bahwa dirinya sepenuhnya benar tetapi diberi cobaan yang bahkan menurut