Fungsi Pastoral Orang Sakit

94 dampak dari stressor tersebut. Kemampuan koping dari individu tergantung dari temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budayanorma di mana dia dibesarkan. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar di sini adalah kemampuan adaptasi seseorang pada pengaruh faktor internal dan eksternal

e. Dinamika Pendampingan Pastoral untuk Orang Sakit

Di dalam proses pendampingan pastoral untuk orang sakit, setiap orang dapat dan memiliki hak untuk turut serta dan terlibat secara aktif di dalam perjuangan pasien untuk mendapatkan kesembuhan. Tetapi kenyataan yang seringkali dijumpai, masih sedikit orang yang sadar dan mau melakukan kegiatan pendampingan pastoral untuk orang sakit ini. Yang menjadi fenomena umum dan terjadi di mana-mana adalah orang-orang cenderung suka mengunjungi orang yang sakit entah itu kerabat, saudara, teman, rekan kerja bahkan tetangga dengan berpakaian bagus dan membawa hantaran berupa bunga, makanan, dan barang- barang yang digemari pasien yang sekiranya dapat membantu memberikan kegiatan bagi pasien. Akan tetapi, begitu sedikit orang yang mau hadir dan ikut mendampingi atau terlibat di dalam proses situasi hidup yang sedang dialami pasien tatkala terbaring lemah Kieser, 1984: 40. Di dalam proses pendampingan pastoral untuk orang sakit, orang diminta untuk benar-benar merelakan dirinya untuk orang yang sedang sakit. Dengan demikian yang mendampingi memberikan peluang kepada si sakit atau pasien untuk membicarakan keadaan yang tengah dialami, pergulatan yang selama ini 95 membelenggu, perjuangan yang harus dilalui, dan segala hal yang berhubungan dengan dirinya serta proses penyembuhan. Berdasarkan teori penyembuhan menurut konsep antropologi Viktor Frankl dan Paul Tillich, proses penyembuhan menolak adanya pengkotak-kotakan manusia. Proses penyembuhan perlu memperhatikan adanya pluralitas dan spesialisasi masing-masing bidang keilmuan Kieser, 1984: 55. Viktor Frankl dan Paul Tillich menggambarkan tubuh, jiwa, dan roh manusia sebagai dimensi sebagaimana memahami kesatuan tiga dimensi dalam konsep bangun ruang. Dimensi kehidupan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, karena setiap unsur bukan merupakan unsur yang terpisah dan terpecah-pecah.

f. Ragam Pendekatan Pastoral

Seperti sudah diketahui di dalam pembahasan awal mengenai kanker, kanker merupakan sebuah penyakit yang dapat mempengaruhi aspek hidup seseorang yang menderitanya. Usai menjalani terapi dengan menggunakan, secara fisik seseorang yang menderita penyakit ini dapat saja kehilangan sebagian dari organ tubuh usai, misalnya mengalami kerontokan rambut, bau mulut, kuku jemari lepas, dan lain sebagainya. Secara psikis seseorang yang menderita kanker pun mengalami perubahan konsep diri, seperti mulai merasa malu atau merasa tidak enak berada di tengah keramaian dan di tempat umum, mulai merasa rendah diri, dan gambaran tentang diri sendiri pun berubah. Tidak hanya itu saja, kanker juga dapat mempengaruhi hidup sosial yang sedang menderitanya, seperti perubahan relasi dengan keluarga, pasangan, teman kerja, ataupun masyarakat di 96 sekitar tempat tinggal Totok S. Wiryasaputra, 2007: 60. Dampak dari perubahan yang dialami mulai dari perubahan fisik, psikis, dan sosial ini akan mempengaruhi dinamika hidup seseorang yang menderita kanker tersebut. Pada peringatan Hari Orang Sakit Sedunia yang diperingati pada tanggal 11 Februari 2015 yang lalu, Paus Fransiskus yang dikutib oleh tim Liturgi Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran pada buku teks misa 2015: 15, mengajak seluruh umat Kristiani untuk memiliki kebijaksanaan hati dalam melayani saudara-saudara dan saudari-saudari yang sedang sakit atau menderita. Mengutib perkataan Ayub : “Saya adalah mata dari orang buta, dan kaki dari orang lumpuh”, Paus Fransiskus ingin menunjukkan kepada segenap umat Kristiani bahwa pelayanan yang dibaktikan orang benar ini, sambil menyandang suatu wewenang dan kedudukan penting di antara para tetua kota, kepada mereka yang berkekurangan. Keluhuran moral ini terungkapkan dalam bantuan yang dia berikan kepada kaum miskin yang mencari bantuan dan dalam pedulinya akan para yatim dan janda Ayb 29:12-13. Dalam kaitannya dengan pendampingan pastoral bagi penderita kanker, Paus Fransiskus mengharapkan kepada segenap umat Kristiani untuk dekat dengan orang sakit yang membutuhkan perhatian berkelanjutan dan membantu dalam hal mencuci, mengenakan pakaian, dan memberi makan. Pelayanan ini, jika dilakukan tanpa lapang dada, dapat melelahkan dan menbosankan karena prses tidak hanya berhenti pada satu atau dua hari atau pada fase-fase tertentu melainkan lebih dari itu, yakni ketika sudah siap mendampingi pun juga siap menuntaskan pendampingan dalam artian mendampingi hingga akhir.Dengan