Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sedangkan faktor internal dalam penelitian ini adalah
tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karateristik
siswa menjadikan siswa mampu untuk berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Berpikir Kritis
a Pengertian Berpikir Kritis
Susanto 2013: 121 mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang
berhubungan dengan konsep atau suatu masalah. Adapun pendapat menurut Johnson 2007: 185, berpikir kritis adalah kemampuan untuk
mengatakan tentang suatu ide dengan percaya diri bahwa ide yang dipaparkan memiliki alasan yang logis dan bukti yang kuat. Pendapat
tersebut diperkuat oleh Ennis dalam Susanto, 2013: 121 bahwa berpikir kritis merupakan suatu bentuk berpikir dengan tujuan
memperoleh keputusan yang bisa masuk akal tentang kejadian atau masalah apa yang dilakukan.
Halpen dalam Susanto, 2013: 122 menambahkan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif untuk
menentukan suatu tujuan. Berpikir kritis juga merupakan suatu kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan untuk menarik kesimpulan
dalam mengambil keputusan. Pendapat tersebut hampir sama seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang diungkapkan Anggelo dalam Susanto, 2013: 122 menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir tingkat
tinggi yang, meliputi menganalisis, mengenal permasalahan, dan pemecahan masalah, menyimpulkan, serta mengevaluasi. Menurut
Tapilouw dalam Susanto, 2013: 122, berpikir kritis adalah cara berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kecerdasan. Dari pendapat para
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir tentang ide atau gagasan yang
berhubungan dengan konsep atau masalah. Baron dan Sternberd dalam Susanto, 2013: 123, berpendapat
bahwa ada lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu: 1 praktis, 2 relaktif, 3 masuk akal, 4 keyakinan, dan 5 tindakan. Strategi
berpikir kritis terdiri dari tiga jenis, yaitu strategi afektif, kemampuan makro, dan keterampilan mikro Susanto, 2013: 123. Pertama, strategi
afektif bertujuan untuk meningkatkan berpikir individu dengan caranya sendiri dan percaya diri. Kedua, kemampuan makro adalah suatu proses
dalam kegiatan berpikir, bertujuan untuk menghasilkan suatu keterampilan-keterampilan yang saling terpisah. Ketiga, keterampilan
mikro adalah keterampilan yang menekankan pada kemampuan global. Selama proses pembelajaran, guru memiliki peran penting dalam
mengembangkan proses berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran.
b Indikator Berpikir Kritis
Ennis dalam Susanto, 2013: 125 mengungkapkan bahwa ada 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan
berpikir antara lain: 1.
Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi; a memfokuskan pertanyaan, b menganalisis pertanyaan, c bertanya dan menjawab
tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar yang meliputi; a mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, b mengamati dan
mempertimbangkan laporan hasil observasi.
3. Menyimpulkan yang meliputi; a mendeduksi dan mempertimbngkan
hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan
c membuat dan menentukan nilai pertimbangan.
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang meliputi; a mendefinisikan
istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi, b
mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan taktik yang meliputi; a menentukan tindakan
dan b berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan menurut
Angelo dalam
Achmad, 2007
mengidentifikaasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut : 1 Ketrampilan menganalisis, 2 Ketrampilan
mensintesis. 3 Ketrampilan mengenal dan memecahkan masalah, 4 Ketrampilan menyimpulkan, 5 Ketrampilan mengevaluasi dan menilai.
Kemudian Wowo 2012: 198 menambahkan bahwa berpikir kritis terdiri dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.
2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan.
4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.
5. Mengamati dan menilai laporan observasi.
6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.
7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau
keraguan yang mengganggu pemikiran berpikir yang disangka benar. 8.
Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang indikator kemampuan berpikir kritis tersebuat, kemudian peneliti mencari kesamaan dari
indikator-indikator yang sudah dipaparkan diatas. Dari indikator-indikator tersebut kemudian peneliti memilih 6 indikator sebagai fokus penelitian,
yaitu 1 menganalisis argumen, 2 mampu bertanya, 3 mampu menjawab pertanyaan, 4 memecahkan masalah, 5 membuat
kesimpulan, dan 6 keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan. Pemilhan enam indikator tersebut dipilih berdasarkan
karateristik siswa dalam pembelajaran kontekstual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Matematika