2 Kelemahan pendekatan pembelajaran kontekstual
a Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam pembelajaran
kontekstual. Guru berperan sebagai mengelola kelas dalam sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan baru bagi siswa. Jadi peran guru bukan sebagai penguasa yang memaksa kehendak siswa, melainkan peran guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide yang mereka miliki dan mengajak siswa agar bisa dengan sadar menggunakan strategi sendiri dalam belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan maksimal.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian sebelumnya tentang pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learningadalah sebagai berikut:
Penelitian pertama dilakukan oleh Erna Nurmaningsih 2009 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian
Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri Bendo Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 20092010”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan kontekstual siswa kelas III SDN
1 Bendo, dan memaparkan cara penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan pembagian pada siswa
kelas III SDN 1 Bendo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas PTK, yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat
tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Bendo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh siswa dari data awal tes siswa 42,72, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I
meningkat menjadi 70,45, dan dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 82,72. Dengan persentase ketuntasan pada awal sebelum dilakukan tindakan
hanya 36,36, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 81,82, dan dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 100.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan
pembagian pada siswa kelas III SDN 1 Bendo Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada tahun ajaran 20092010.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ahdi pada tahun 2013 yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas IV SDN 15 Emberas Tayan Hilir”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran dengan pendekatan kontekstual di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 15 Emberas Tayan
Hilir. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 15 Emberas Tayan Hilir. Subjek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 15 Emberas Tayan Hilir. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk penelitian
tindakan kelas PTK melalui langkah-langkah merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor nilai rata-
rata siklus I perencanaan pembelajaran adalah 2,60 dan meningkat pada siklus II menjadi 3,58. Kemampuan guru melaksanakan pembalajaran dari rata-rata
nilai siklus I, yaitu 2,89 meningkat menjadi 3,77. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 54,61 meningkat menjadi 66,15 pada siklus II.
Dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 6 siswa dari 13 siswa pada siklus II dari 13 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi hitung campuran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 15 Embars Tayan Hilir. Penelitian ketiga ditulis oleh Nur Prafitriani 2014 yang berjudul
“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kriti
s pada siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika
menggunakan model
pembelajaran kontekstual
dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematika di kelas IV A SD Negeri Margoyasan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Margoyansan dengan subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PTK atau Classroom Action Resarch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian hasil analisis prates sampai akhir siklus II
menunjukkan adanya peningkatan. Dari hasil prates ke siklus I naik sebesar 17 dari kondisi awal 60 menjadi 77. Kemudian pada siklus I ke siklus II
naik 3 dari 77 menjadi 80. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil
. D
apat dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir
kritis telah memenuhi 88 siswa memenuhi KKM dengan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan
persentase sebesar 80. Penelitian ini membahas tentang peningkatan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini diharapkan ada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai
dengan penelitian-penelitian terdahulu terlihat adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Dari ketiga penelitian yang relevan
dua diantaranya membahas tentang peningkatan hasil belajar, dan satu diantaranya membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Sedangkan penelitian terbaru yang akan dilakukan peneliti adalah tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemudian
dari ketiga penelitian yang relevan diatas digunakan peneliti sebagai pendukung dalam penelitian ini, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Berikut ini merupakan bagan dari penelitian yang relevan:
Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan C.
Kerangka Berpikir
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hitungan dan menggunakan bilangan atau angka, serta simbol-
simbol matematika untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Susanto 2013: 185, matematika adalah
salah satu disiplin ilmu yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk menyelesaikan masalah matematis
dalam kehidupan sehari-hari.
Erna Nurmaningsih 2009 “Peningkatan
Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian
Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa
Kelas III SD Negeri Bendo Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran
20092010”. Ahdi 2013
“Peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika dengan
pendekatan kontekstual di kelas
IV SDN 15 Emberas Tayan Hilir”.
Nur Prafitriani 2014 “Penerapan model
pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematikapada siswa kelas IVA SD
Negeri Margoyasan”
Yang akan diteliti dalam penelitian ini: Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung
Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Tahun Pelajaran 20152016.
Kenyataannya dalam proses pembelajaran guru belum mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan menghubungkannya antara realitas
permasalahan matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam menerima
pengetahuan baru atau memecahkan suatu masalah. Akibat rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa mengakibatkan hasil belajar siswa juga
rendah. Menurut Brahim dalam Susanto 2013: 5 mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa setelah siswa
mempelajari materi pelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa diketahui bahwa guru selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan teacher
centered, yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal materi yang disampaikan oleh
guru. Seharusnya pembelajaran matematika yang ideal, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dalam pembelajaran matematika anak
dihadapkan pada realitas kehidupan nyata siswa yang memuat permasalahan matematis.
Salah satu upaya dalam menghadapi permasalahan tersebut dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran
kontekstual. Pendekatan
pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata di kelas dan mendorong siswa untuk
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan nyata siswa. Kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual
antara lain siswa belajar melalui pengalaman sehari-hari yang diterapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam materi pelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kemudian dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika, terutama pada materi perkalian dan pembagian.
D. Hipotesis Tindakan