dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning pada
pembelajaran matematika materi operasi hitung perkalian dan pembagian sangat sesuai untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SD
Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 20152016. Hal ini terbukti dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan disetiap
siklus mengalami peningkatan secara bertahap. Berdasarkan dari hasil pencapaian yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini berhasil dan peneliti menghentikan penelitian ini sampai siklus II.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diteliti menggunakan 2 instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
yaitu menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Pemberian kuesioner dilaksanakan selama dua kali, yaitu pada awal sebelum dilakukan
penelitian, yaitu pada tanggal 12 Oktober 2015 dan diakhir setelah dilakukan penelitian yaitu pada tanggal 30 Oktober 2015. Berdasarkan dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis
kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 20152016. Hal ini sejalan dengan pendapat Anggelo dalam Susanto, 2013: 122, berpikir
kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir yang meliputi menganalisis, mengenal
masalah, pemecahan
masalah, menyimpulkan
serta mengevaluasi. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang
ditulis oleh Nur Prafitriani 2014 dengan variabel yang sama dengan penelitian ini yaitu berpikir kritis matematika.
Berikut ini merupakan data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis awal sebelum melakukan penelitian dan akhir setelah dilakukan
penelitian. Tabel 4.24 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Indikator
Kondisi Awal
Kriteria Kondisi
Akhir Kriteria
1 Menganalisis argumen
53,3 Sangat Tidak
Kritis 79,15
Cukup Kritis
2 Mampu bertanya
64 Tidak Kritis
83,7 Kritis
3 Mampu menjawab
pertanyaan 54
Sangat tidak Kritis
82 Kritis
4 Memecahkan masalah
60,3 Tidak Kritis
74,76 Cukup
Kritis 5
Membuat kesimpulan 58
Tidak Kritis 78,3
Kritis 6
Keterampilan mengevaluasi dan menilai
hasil dari pengamatan. 59
Tidak Kritis 83,5
Cukup Kritis
Keseluruhan 58,17
Tidak Kritis 79,36
Cukup Kritis
Berdasarkan tabel 4.24 diketahui hasil nilai kuesioner kemampuan berpikir kritis dari data awal sebelum dilakukan tindakan dan data akhir setelah
dilakukan tindakan mengalami peningkatan. Berikut ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram.
Gambar 4.8 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan gambar 4.8 diperoleh data kuesioner kemampuan
berpikir kritis siswa dari kondisi awal sebelum penelitian dan kondisi akhir setelah penelitian mengalami peningkatan. Pada indikator 1 data awal
sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 53,3 pada kriteria “sangat tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian
pada indikator 1 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 79,15
pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 2 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 64 pada
kriteria “cukup kritis”, sedangkan setelah dilakukan penelitian nilai kemampuan berpikir kritis pada indikator 2 meningkat menjadi 83,7 pada
kriteria “kritis”. Kemudian pada indikator 3 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 54 pada
kriteria “sangat tidak
kritis”, setelah dilakukan penelitian nilai kemampuan berpikir kritis pada indikator 3 meningkat menjadi 82
pada kriteria “kritis”. Pada indikator
53,3 64
54 60,3
58 59
58,17 79,15
83,7 82
74,76 78,3
83,5 79,36
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Kondisi Awal Kondisi Akhir
4 sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 60,3 pada kri
teria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 4 nilai kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 74,76 pada
kriteria “cukup kritis”. Pada indikator 5 sebelum dilakukan penelitian diperolehan nilai kemampuan berpikir kritis 58 p
ada kriteria “tidak kritis” setelah dilakukan penelitian indikator 5 meningkat menjadi 78,3 pada
kriteria “cukup kritis”. Kemudian pada indikator 6 sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 59
pada kriteria “tidak kritis” setelah dilakukan penelitian indikator 6 meningkat menjadi 83,36
pada kriteria “kritis”. Kemudian nilai keseluruhan dari kondisi awal kemampuan berpikir kritis 58.17 “tidak kritis” setelah dilakukan penelitian
meningkat menjadi 79,36 yaitu pada kriteria “cukup kritis”. Kemudian peneliti merangkum data persentase jumlah siswa yang
minimal cukup kritis, yaitu sebagai berikut Tabel 4.25 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis
No Indikator
Kondisi Awal Kondisi Akhir
1 Menganalisis argumen
30 83,33
2 Mampu bertanya
40 96.66
3 Mampu menjawab pertanyaan
30 93,33
4 Memecahkan masalah
43,33 76,66
5 Membuat kesimpulan
36,66 76,66
6 Keterampilan mengevaluasi dan
menilai hasil dari pengamatan. 50
93,33 Keseluruhan
33,33 83,33
Berdasarkan tabel 4.25 diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum
dilakukan penelitian dan kondisi akhir setelah dilakukan penelitian.Berikut ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram.
Gambar 4.9 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis Dari gambar 4.9 terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang
minimal cukup kritis mengalami peningkatan. Pada indikator 1 kondisi awal sebelum penelitian persentase jumlah siswa yang minimal cukup
kritis 30 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 83,33. Pada indikator 2 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 40
meningkat pada kondisi akhir menjadi 97. Indikator 3 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 30 meningkat pada kondisi
akhir menjadi 93. Kemudian pada kondisi indikator 4 diperoleh jumlah siswa yang minimal cukup kritis 43,33 meningkat pada kondisi akhir
76,66. Indikator 5 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 36,33 meningkat pada kondisi akhir menjadi 76,66. Pada indikator 6
kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 50 meningkat pada
30,00 40,00
30,00 43,33
36,33 50
33,33 83,33
97 93
76,66 76,66 93,33
83,33
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Persentase Kemampuan Berpikir Kritis
Kondisi Awal Kondisi Akhir
kondisi akhir menjadi 93,33. Kemudian keseluruhan kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis, yaitu 33,33 meningkat pada
kondisi akhir menjadi 83,33. Selanjutnya pegambilan data observasi atau pengamatan tentang
kemampuan berpikir kritis dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung, yaitu pada siklus I dan siklus II. Pengambilan data observasi kemampuan
berpikir kritis bertujuan untuk penguat kemampuan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Observasi pada siklus I dilakukan selama dua kali, yaitu
pada siklus I pertemuan 1 dan siklus I pertemuan 2. Sedangkan observasi pada siklus II dilakukan selama dua kali, yaitu pada siklus II pertemuan 1
dan Siklus II pertemuan 2. Kemudian hasil observasi pada siklus I dijadikan data awal kemampuan berpikir kritis dan hasil observasi siklus II
dijadikan data akhir observasi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini merupakan data observasi kemampuan berpikir kritis:
Tabel 4.26 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator
Kondisi Awal
Kriteria Kondisi
Akhir Kriteria
1 Menganalisis argument
62 Cukup Kritis
73 Kritis
2 Mampu bertanya
67 Cukup Kritis
76 Kritis
3 Mampu menjawab pertanyaan
63 Cukup Kritis
77 Kritis
4 Memecahkan masalah
57 Tidak Kritis
74 Kritis
5 Membuat kesimpulan
53 Tidak Kritis
68 Cukup
Kritis 6
Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari
pengamatan. 55
Tidak Kritis 70
Cukup Kritis
Berdasarkan tabel 4.26 diketahui data observasi kemampuan berpikir kritis awal dan data akhir mengalami peningkatan disetiap indikatornya. Berikut
ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.10 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Observasi Berdasarkan gambar 4.10 diperoleh data tentang kemampuan
berpikir kritis berdasarkan observasi. Pada indikator 1 data awal diperoleh skor 62, yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian data akhir pada
indikator 1 meningkat menjadi 73, yaitu pada kriteria “kritis”. Pada
indikator 2 diperoleh skor 67, yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian perolehan data akhir pada siklus 2 meningkat menjadi 76 pada kriteria
“kritis”. Kemudian pada indikator 3 diperoleh data skor observasi awal 63 pada kriteria “cukup kritis” dan kondisi akhir pada indikator 3 diperoleh
skor 77 pada kriteria “kritis”. Pada indikator 4 data awal observasi diperoleh skor 57, yaitu pada kriteria “tidak kritis” dan data akhir pada indikator 4
meningkat menjadi 74 pada kriteria “kritis”. Sedangkan pada indikator 5 data awal observasi diperoleh skor 53 pada kriteria “tidak kritis” kemudian
data akhir pada indikator 5 meningkat menjadi 68 pada krteria “cukup kritis”. Kemudian data awal pada indikator 6 diperoleh skor 55 pada kriteria
“tidak kritis” dan data akhir pada indikator 6 meningkat menjadi 70 pada
62 67
63 57
53 55
73 76
77 74
68 70
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Indikator 5
Indikator 6
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Observasi
Kondisi Awal Kondisi Akhir
kriteria “cukup kritis”. Dari data kuesioner dan observasi tentang kemampuan berpikir kritis diatas diperoleh hasil bahwa terdapat
peningkatan kemampuan berpikir kritis disetiap indikatornya. Setelah didapatkan hasil penelitian dan pembahasan, kemudian
dipaparkan hasil perbandingan pencapaian hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, sebagai berikut:
Tabel 4.27 Perbandingan Pencapaian Penelitian
Variabel Indikator
Kondisi Awal
Siklus I Siklus II
Target Capaian
Target Capaian
Hasil Belajar
Nilai rata-rata kelas
60 70
76,53 75
87,2 Persentase jumlah
siswa yang mencapai KKM
44.44 70
73,33 75
86,66 Variabel
Indikator Kondisi Awal
Kondisi Akhir Kemamp
uan Berpikir
Kritis Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis 58,17 Tidak Kritis
79,36 Cukup Kritis Persentase
kemampuan berpikir kritis
33,33 83,33
Dari tabel 4.27 perbandingan pencapai penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahawa pencapaian nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan
dari kondisi awal 60 kemudian dilakukan penelitian pada siklus I meningkat menjadi 76,53 dengan target pada siklus I adalah 70. Selanjutnya dilakukan
penelitian pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 87,2. Persentase siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 44,44
kemudian meningkat pada siklus I menjadi 73,33 dengan taret pada siklus I 70 dan siklus II meningkat lagi menjadi 86,6 dengan target pada siklus
II 75. Selanjutnya didapatkan nilai kemampuan berpikir kritis pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondisi awal adalah 58,17 pada kriteria “tidak kritis” dan pada kondisi akhir nilai kemampuan berpikir kritis mencapai 79,36 pada kriteria “cukup kritis”.
Sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 33,33 dan pada kondisi akhir mencapai 83,33. Dapat disimpulkan
bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari Penelitian ini
membuktikan bahwa hipotesis tentang pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2052016.
159
BAB V PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas PTK yang telah dilaksanakan di SD Negeri Karangmloko 1 tentang penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam peningkatan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian di kelas III SD Negeri Karangmloko 1
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Relating
,
2 Experiencing, 3 Cooperating, 4 Applying, 5 Transfering.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Karangmloko 1. Hal ini
dapat dilihat dari kondisi awal rata-rata sebelum dilakukan penelitian, yaitu 64,51 dengan persentase ketuntasan 44,44. Setelah dilakukan
penelitian pada siklus I menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian
mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 76,53 dengan persentase PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI