Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Peneliti membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menjadi manusia yang berkualitas dan berpotensi serta mampu bersaing di era globalisasi. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak untuk melahirkan generasi muda yang cerdas dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 dalam sistem pendidikan nasional, pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta didik agar lebih aktif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan tersebut sangat jelas bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah membentuk individu yang lebih baik. Sekolah dasar merupakan sekolah jenjang pendidikan pertama yang mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan dasar, seperti membaca, menulis, berhitung, dan keterampilan dasar lainnya. Siswa sekolah dasar mengalami perkembangan dalam tingkat berpikir yang memerlukan stimulus untuk memahami pengetahuan yang diterimanya agar bisa berpikir kritis dalam menerima pengetahuan dan memecahkan suatu masalah, karena dengan berpikir kritis siswa dapat membuat suatu keputusan atau kesimpulan yang masuk akal tentang apa yang mereka yakini atau mereka lakukan. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan cara berpikir untuk mencapai suatu tujuan. Berpikir kritis mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau menarik kesimpulan dari suatu masalah. Menurut Ennis dalam Susanto, 2013: 121, berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir dengan tujuan membuat suatu keputusan yang dapat diterima tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang angka dan bilangan Soedjadi, 2000: 11. Pembelajaran matematika sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari baik secara umum maupun khusus. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah melatih cara berpikir dan nalar siswa dalam menarik kesimpulan serta mengembangkan daya imajinatif, kreatif dan kritis dengan cara membuat prediksi dugaan atau mencoba, sehingga dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Muhlisrarini 2014: 148 berpendapat bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meningkatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang ideal, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dalam pembelajaran matematika anak dihadapkan pada realitas kehidupan nyata siswa yang memuat permasalahan matematis. Dalam kenyataannya sekarang, penguasaan matematika, baik oleh siswa sekolah dasar SD hinggasiswa sekolah menengah atas SMA, selalu menjadi permasalahan besar. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan bukti bahwa selama proses pembelajaran siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran. Salah satu materi pelajaran matematika di sekolah dasar yang dianggap sulit dipahami siswa adalah materi tentang perkalian dan pembagaian. Materi perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi perkalian dan pembagian juga merupakan salah satu materi yang sulit untuk dipahami siswa dan merupakan materi yang cukup lama proses penanamannya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada tanggal 31 Juli 2015, peneliti memperoleh informasi bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup lama proses penanamannya, dimana dijelaskan dalam proses pembelajaran siswa masih sulit menerima materi yang di berikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI oleh guru. Salah satu mata pelajaran matematika yang pencapaian hasil belajarnya masih rendah adalah tentang perkalian dan pembagian. Diketahui bahwa kriteria kentuntasan minimal KKM mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada tahun ajaran 20142015 adalah 60. Siswa dikatakan mencapai KKM, jika nilainya mencapai 60 atau lebih. Hasil ujian tengah semester pada mata pelajaran matematika kelas III, semester ganjil pada tahun 20142015 menunjukkan bahwa dari 27 terdapat 12 siswa 44,44 yang mencapai KKM, sedangkan 15 55,55 belum mencapai KKM. Dengan rentang nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 44 dan nilai rata-rata kelas 64,51. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 agustus 2015, khususnya pada pelajaran matematika, menunjukkan bahwa penguasan siswa terhadap materi pelajaran matematika masih rendah. Permasalahan dalam belajar matematika ini karena siswa tidak memiliki dorongan belajar sebagai akibat dari pembelajaran yang menekankan pada pemberian materi secara langsung. Permasalahan tersebut menjadikan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran dan menjadikan banyak siswa yamg memiliki nilai dibawah KKM. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Akibat rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara danobservasi dengan guru kelas III dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri Karangmloko 1 relatif rendah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berhitung pada materi perkalian dan pembagian dikarenakan pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat satu arah dimana guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi informasi konvensional, sedangkan siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru. Dengan kata lain, guru masih menggunakan pendekatan teacher centered, artinya guru menjadi sumber dari segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui siswa. Selain itu, guru dalam menjelaskan materi juga belum mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa. Dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, terlihat bahwa siswa tidak dihadapkan pada realitas kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematis, dan juga tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan kemampuan berpikir kritis memiliki peran penting dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Apabila siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis mengakibakan siswa sulit menerima pengetahuan baru dan sulit memecahkan suatu persoalan dalam pembelajaran matematika. Dimana dalam pembelajaran matematika dibutuhkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan matematika. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, guru harus kritis dan kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran yang cocok bagi siswa. Dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa menjadikan hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu konsep atau prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui pendekatan yang membawa anak untuk berpikir konkret ke abstrak, yaitu melalui pendekatan pembelajaran kontekstual atau contekstual teaching and learning. CTL merupakan sebuah sistem belajar yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran dengan mengkaitkan materi tersebut dan dunia nyata siswa atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nurhadi dalam Hosnan 2014: 267, CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa dan menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III

0 6 107

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dan Pembagian Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN 04 Plumbon Tahun 2012/ 2013.

0 0 13

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung.

0 1 232