c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Teknik
Make a Match
Anita Lie 2002: 55 mengungkapkan bahwa berdasarkan temuan di lapangan, pembelajaran kooperatif teknik make a match
mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. 1 Kelebihan
a Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran let them move. Dengan suasana tersebut, siswa dapat lebih
termotivasi untuk belajar karena lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran.
b Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis. Kerjasama antar siswa dalam kelompok maupun antar pasangan
membuat siswa lebih mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
c Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh murid. Dinamika gotong royong yang terbentuk akan menambah
pengalaman dan pemahaman mengenai konsep gotong royong sehingga bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat ke
depannya. d Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana menyenangkan. Dengan adanya teknik make a match ini, siswa dapat memahami suatu konsep atau
topik, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
2 Kelemahan a Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
Sebelum kegiatan guru harus menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
yang akan
ditempuh termasuk
dalam melaksanakan permainan make a match.
b Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. Pada saat
perencanaan teknik ini, guru harus membatasi permainan make a match sesuai alokasi waktu yang tersedia, sehingga siswa
tidak banyak bermain. c Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai. Untuk
melaksanakan teknik ini, guru perlu membuat kartu jawaban dan soal, sehingga harus mempersiapkan alat dan bahannya.
d Jika kelas anda termasuk kelas gemuk lebih dari 30 orangkelas berhati-hatilah. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga keefektifan pelaksanaan teknik make a match. Apabila jumlah siswa terlalu banyak, maka permainan ini akan
menimbulkan kegaduhan dan mengganggu kelas lain. Selain itu luas ruangan juga perlu dipertimbangkan untuk kelancaran
pelaksanaan permainan make a match. e Memerlukan waktu yang banyak, karena perlu mempersiapkan
kartu-kartu. Guru harus melakukan persiapan yang lebih
banyak, karena harus mempersiapkan alat yang digunakan yaitu berupa kartu soal maupun jawaban.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Sri Wulandari 2013 yang berjudul “Pembelajaran Akuntansi dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Veteran Cirebon”. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan untuk prestasi belajar yang ditunjukkan dari hasil perolehan skor rata-rata pada Siklus I adalah 76,26, Siklus II sebesar 80,83, Siklus III
mencapai 89,42. Dalam hal ini pada Siklus I ke Siklus II terjadi peningkatan sebesar 0,19 sedangkan pada Siklus II ke Siklus III sebesar
0,44. Bila dibandingkan dengan perolehan skor rata-rata sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match nilai rata-rata
siswa adalah 52,06. Selain itu peningkatan prestasi belajar siswa juga ditunjukkan dari perolehan skor rata-rata tes ketuntasan belajar sebesar
89,47 menyatakan 91 siswa dinyatakan tuntas dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 22 orang. Sedangkan pada aktivitas siswa pada Siklus I
sebesar 66, Siklus II sebesar 76, Siklus III sebesar 95. Respon siswa terhadap
pembelajaran akuntansi
dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukkan respon yang baik
sebesar 91,6. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Sri Wulandari adalah sama-sama menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, selain itu juga sama-sama