Analisis Hasil Instrumen Tes

test siklus I dan II ditunjukkan dalam lampiran II hal. 200 dan lampiran III hal. 235. 3. Tingkat Kesukaran Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui analisis dengan menggunakan software Anates Versi 4.0.9 menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal pilihan ganda siklus I, yaitu 2 soal dinyatakan sangat mudah yang terdiri dari soal nomor 1 dan 10, 3 soal dinyatakan mudah yang terdiri dari soal nomor 3,4, dan 6, dan 5 soal dinyatakan sedang yang terdiri dari soal nomor 2,5,7,8, dan 9. Sedangkan soal uraian siklus I yang terdiri dari 3 soal dinyatakan sedang. Hasil analisis tingkat kesukaran soal pilihan ganda siklus II menunjukkan bahwa 1 soal dinyatakan sangat mudah, yaitu soal nomon 2. 2 soal dinyatakan mudah, yaitu nomor 3 dan 4. 6 soal dinyatakan sedang, yaitu soal nomor 1,5,6,7,9 dan 10 serta 1 soal dinyatakan sukar, yaitu soal nomor 8. Hasil analisis software Anates Versi 4.0.9 dalam bentuk tabel akan ditunjukkan dalam lampiran II hal. 200-201 dan lampiran III hal. 235-236. 4. Daya Pembeda Hasil analisis dengan menggunakan software Anates Versi 4.0.9 menunjukkan daya pembeda soal pilihan ganda dan uraian pre test dan post test baik pada siklus I maupun siklus II. Tabel daya pembeda soal dan klasifikasinya dapat dilihat pada lampiran II hal.201 dan lampiran III hal. 236. 5. Pola Jawaban Soal Pola jawaban soal dapat dilihat dari fungsi pengecoh, berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software Anates Versi 4.0.9 diperoleh data fungsi pengecoh pada soal pilihan ganda dalam siklus I dan siklus II. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran II hal. 202 dan lampiran III hal. 236.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan ini memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini merupakan hasil secara klasikal, sehingga belum mencerminkan hasil secara individu. 2. Jumlah siswa yang hadir dalam setiap pertemuan tidak sama, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil penelitian. 3. Penelitian ini terbatas mengukur aspek kognitif, belum mengukur aspek afektif dan psikomotor. 4. Pertemuan dalam pelaksanaan penelitian terbatas, sehingga waktu untuk melaksanakan tahap-tahap penelitian menjadi terbatas. 5. Siswa belum terbiasa melaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran baru, sehingga memerlukan pembiasaan. 6. Guru masih belum terbiasa menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga membutuhkan persiapan yang lebih banyak. 7. Jumlah observer masih kurang sebanding dengan jumlah siswa yang diamati, sehingga hasil pengamatan masih ada unsur subjektivitas. 8. Kondisi saat dilaksanakan siklus I pertemuan kedua kurang efektif, karena sebelum dilaksanakannya pembelajaran, siswa melakukan pelajaran olahraga yang menyebabkan siswa terlihat letih. 9. Dengan pembelajaran kooperatif ini, setiap anggota kelompok diskusi bertanggung jawab terhadap teman satu kelompoknya mengenai pemahaman materi yang dipelajari. Oleh karena itu siswa yang pandai merasa terhambat dengan adanya siswa yang kurang pandai dalam kelompoknya. 10. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini tidak dapat diterapkan dalam semua kondisi, karena memerlukan pra kondisi sebelum tindakan. 11. Soal yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar belum diadakan pengujian validitas empiris. 12. Soal belum memperhitungkan keseimbangan kualitas nomor soal ganjil dan genap. Hal ini berpengaruh pada hasil perhitungan reliabilitas soal tes. 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match dapat meningkatkan Motivasi dan Prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari kedua variabel tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Berdasarkan data yang telah diuraikan dalam pembahasan penelitian, terdapat peningkatan rata-rata skor motivasi belajar siswa baik dari hasil observasi maupun hasil angket. Hasil observasi menunjukkan peningkatan persentase motivasi dari siklus I ke siklus II sebesar 14,04, sedangkan dari hasil angket menunjukkan peningkatan sebesar 4,99. Peningkatan terjadi setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match pada Siswa Kelas X AK SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang dilaksanakan dalam 2 siklus selama 4 kali pertemuan. Pada siklus I diketahui bahwa rata-rata motivasi siswa berdasarkan hasil observasi sebesar 64,88 dan siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,92, sedangkan hasil angket siklus I menunjukkan rata-rata motivasi sebesar 72,48 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 77,47.