Proses Pembuatan Batik Tinjauan Tentang Batik

baik maka berwarna putih, keras dan berbentuk serpihan kasar. Setelah keduanya tercampur, kemudian jadikan satu dengan larutan TRO, lalu diaduk hingga merata dan tambahkan 1 liter air dingin. 3 Kain yang telah kering kemudian dicelupkan dalam larutan naptol dan setelah kain rata meresap oleh larutan naptol maka kain diangkat untuk ditiriskan. 4 Sembari menunggun kain selesai ditiriskan maka langkah yang selanjutnya adalah melarutkan garan diazo dengan menggunakan sedikit air dingin dan aduk hingga seluruh serbuk garam larut dalam air. Selanjutnya larutan garam ditambahkan 1 liter air dingin dan diaduk hingga merata. 5 Kain yang telah ditiriskan akan menghasilkan perubahan warna yang diinginkan. Namun apabila warnanya masih terlalu pekat, maka dapat dilakukan pencelupan ulang dengan melakukan pembilasan terlebih dahulu. Tahapan pewarnaan kain batik yang selanjutnya adalah pewarrnaan dengan menggunakan zat warna indigosol yakni sebagai berikut. 1 Kain yang akan digunakan dicelup terlebih dahulu pada air bersih. 2 Dilarutkan indigosol sebanyak 250 gr yang akan digunakan dengan sedikit air kurang lebih 250 ml yang kemudian diaduk hingga rata. 3 Siapkan larutan nitrit 250 gr yang ditambah menggunakan air panas kurang lebih 10 ml . 4 Larutan nitrit yang telah selesai disiapkan maka dicampurkan dengan larutan indigosol, lalu lakukan pengadukan hingga merata. 5 Pada saat proses pencelupan, larutan yang telah bercampur kemudian ditambah 800 ml air dingin dan lakukan pengadukan. 6 Siapkan larutan H CL yang kemudian dicampur air dengan perbandingan untuk melarutkan 10 cc H CL , larutkan dengan 10 ltr air dingin. Ketika menuangkan dan mengaduk larutan h cl harus dilakukan dengan hati-hati, karena apabila larutan mengenai kulit, maka dapat membuat kulit menjadi terbakar. 7 Masukkan kain kedalam larutan selama 5 menit. 8 Setelah direndam kemudian kain dijemur dibawah terik matahari dan sesekali kain dibalik agar dapat memunculkan warna. Penjemuran hendaknya tidak boleh dilakukan terlalu lama, agar malam pada kain tidak meleleh. 9 Kain kemudian dicelupkan pada larutan H CL dan pastikan seluruh permukaan kain yang telah diwarnai sudah tercelup kedalam larutan H CL . d Penghilangan malam atau pelorodan Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan selesai, selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan. Cara melepas malam adalah dengan merebus kain batik yang telah diwarnai hingga malam mencair. Malam yang telah mencair akan mengapung dipermukaan dan setelah usai merebus kain dilakukan pencucian ulang. Adapun tahapan-tahapan dalam proses pelorodan kain batik yakni sebagai berikut. 1 Masak air hingga mendidih kemudian masukkan kanji atau abu soda. 2 Kain batik yang akan dilorod dimasukkan kedalam air yang telah mendidih. 3 Aduk dan balik kain didalam rebusan. 4 Kain kemidian diangkat dan dimasukkan kedalam air dingin. e Penjemuran Setelah malam dihilangkan dan kain batik dicuci maka lakukan penjemuran pada kain. Penjemuran pada kain batik hendaknya tidak berada dalam kondisi matahari yang terlalu terik. 2 Pembuatan Batik Modern Pengerjaan pada batik modern memiliki prinsip yang sama seperti pada proses pembuatan batik klasik karena batik modern merupakan perkembangan dari variasi batik klasik Tim Sanggar Batik Barcode, 2010: 99-100. Pembuatan batik modern terbagi menjadi 3 tiga tahapan antara lain sebagai berikut. a Persiapan Kain katun yang akan dibatik terlebih dahulu dicuci, tujuannya agar terbebas dari bahan-bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan atau pembuatan kain. Pencucian juga bertujuan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan berpengaruh oleh bahan-bahan tersebut, selanjutnya kain yang dipersiapkan kemudian dikeringkan. 1 Desain Desain dilakukan langsung diatas kain dengan menggunakan pensil atau apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik maka coretan tersebut dapat dihilangkan. Gambar dapat menggunakan pola-pola yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah desain siap maka dilakukan pembatikan awal dengan menggunakan canting ataupun kuas pada coretan desain tersebut. Pada proses pembatikan perlu diperhatikan pada bagian tertentu yang akan diberikan warna berbeda, mengikuti desain dan hasil warna yang dikehendaki. 2 Pewarnaan Proses pewarnaan berbeda-beda tergantung dari bahan pewarna dan teknik mewarna yang akan digunakan. Pada dasarnya pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu. Bahan-bahan pewarna tersebut antara lain naptol, indigosol, basis, procion.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini telah ada sebelumnya yakni pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Khairul Bariyah mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni UNY pada Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan dengan judul penelitian adalah “Analisis Pembelajaran Muatan Lokal Batik Di Kelas VII C SMPN 2 Godean, Sleman, Yogyakarta”. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Khairul Bariyah yang pertama adalah untuk mengetahui secara mendalam dengan cara mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran muatan lokal praktik membatik di kelas VII C SMPN 2 Godean, Sleman, Yogyakarta. Selanjutnya tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui secara mendalam dengan cara mendeskripsikan hasil pembelajaran muatan lokal praktik membatik di kelas VII C SMPN 2 Godean, Sleman, Yogyakarta. Jenis penelitian yang telah dilakukan oleh Khairul Bariyah yakni menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan sumber data diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Selain penelitian di atas, pada tahun 2010 mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni UNY Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan, yakni Atiek Suwarni juga telah m elakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Batik Di Jurusan Kriya Tekstil SMKN 5 Yogyakarta Sebagai Persiapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional”. Pada penelitian ini Atiek Suwarni menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi guna memperoleh sumber data dalam penelitian. Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai pembelajaran batik di kelas X A Jurusan Kriya Tekstil SMKN 5 Yogyakarta sebagai persiapan rintisan sekolah bertaraf internasional yang meliputi tujuan pembelajaran, kompetensi pendidik, kreatifitas peserta didik, materi, metode, media, dan penilaian karya. Atiek Suwarni menggunakan jenis penelitian kualitatif guna mengungkapkan keadaan atau gambaran secara jelas dan leluasa tentang pembelajaran batik di Jurusan Kriya Tekstil SMKN 5 Yogyakarta sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tersebut di atas, maka keduanya sangat relevan dengan judul penelitian “Pembelajaran Seni Budaya Batik di Kelas VII A SMPN 39 Purworejo”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pembelajaran seni budaya batik di kelas VII A SMPN 39 Purworejo, dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, serta teknik dokumentasi dalam proses perolehan data penelitian. 66

BAB III CARA PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan metode pendekatan dengan jenis kualitatif, yang menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006: 4 menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga didefinisikan sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2006: 6. Selanjutnya penelitian kualitatif, atau yang sering disebut dengan penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan adalah pengetahuan sosial, yakni suatu proses ilmiah yang sah Lodico, Spaulding, dan Voegtle dalam Emzir, 2012: 2. Penelitian kualitatif Qualitative Research juga diartikan sebagai suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Selain itu, penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta untuk memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisia berbagai keterkaitan dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipan meliputi perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikiran dan kegiatan dari partisipan. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto. Strategi penelitian kualitatif bersifat fleksibel yakni menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid Sukmadinata, 2012: 60-95. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian yang mengamati suatu peristiwa atau kejadian. Hal yang diamati berupa peristiwa atau kejadian yang terjadi pada objek yang diteliti. Peristiwa atau kejadian tersebut seperti halnya perubahan sikap dan tingkah laku, serta perubahan aktifitas sosial dan perubahan pola pikir yang terjadi pada objek yang diamati. Keseluruhannya itu kemudian dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata. Maka dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan pembelajaran batik pada Mata Pelajaran Seni Budaya di kelas VII A dari setiap fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi yang terjadi selama pembelajaran tersebut berlangsung. Peneliti juga menganalisis data yang diperoleh di lapangan guna menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang telah diamati. Peneliti mengenalisis data penelitian dan menyusun data penelitian tersebut dari kata demi kata sehingga menjadi suatu bentuk tulisan yang sistematis sesuai dengan peristiwa atau kejadian yang sebenarnya pada saat proses penelitian berlangsung.

B. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang menggambarkan fakta tentang persiapan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran. Penyajian data tersebut didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Peneliti juga mencantumkan dokumentasi berupa gambar, yakni digunakan untuk mendukung data yang disajikan dengan menggunakan kata-kata.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada 11 November 2013 pukul 08.00-13.00 WIB dan 9 Januari 2014 pukul 09.50-11.00 WIB, yang bertempat di SMPN 39 Purworejo. Selain dari hasil observasi, sumber data didapatkan pula dari hasil wawancara yang telah dilakukan antara peneliti dengan Suwarto AS, S.Pd. MM. Pd selaku kepala sekolah, Sutrisno, S.Pd selaku waka urusan kurikulum, Elisa Dwi Prasetyo, S.Pd selaku pendidik Seni Budaya, dan peserta didik kelas VII A. Sumber data yang selanjutnya didapatkan dari hasil dokumentasi, baik berupa gambar maupun arsip. Arsip yang didapatkan berupa silabus, RPP, sejarah berdirinya sekolah, denah sekolah, foto, daftar nilai peserta didik, dan daftar hadir