Sejarah Batik Indonesia Tinjauan Tentang Batik

khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis hingga awal abad ke-XX dan batik cap baru dikenal setelah usai PD I atau sekitar tahun 1920. Kemudian pada saat ini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia Prasetyo, 2010: 11.

c. Klasifikasi Batik

Seni batik menurut teknik pembuatannya diklasifikasikan menjadi 2 dua kategori yaitu yang pertama adalah batik tradisional dan kedua adalah batik dengan gaya bebas atau modern Tim Sanggar Batik Barcode, 2010: 84-85 yakni sebagai berikut. 1 Batik Tradisional Jenis batik tradisional ditinjau dari teknik pembuatannya terdiri dari yang pertama batik pekalongan yaitu batik yang disertai dengan coletan, kedua batik remekan yaitu batik dengan pemerasan untuk menghilangkan lilin sebagian, ketiga batik kerokan yaitu dengan pengerokan untuk menghilangkan lilin sebagian, keempat batik kelengan yaitu batik yang dicap, diklowong, diwedel, dilorod, kelima batik monochrom yaitu batik yang sama dengan batik kelengan hanya saja menggunakan warna bebas, keenam batik kalimantan yaitu batik yang dicap, disoga, dilorod, ketujuh batik lorodan yaitu batik yang diklowong, diwedel, dilorod, dibirono, disoga, kedelapan batik bedesan yaitu batik yang ditembok, disoga, diklowong, diwedel, dilorod, dan yang terakhir kesembilan batik radioan yaitu batik yang disoga, diklowong, diputihkan, ditembok, diwedel, dilorod. 2 Batik Gaya Bebas Modern Batik gaya bebas modern ditinjau dari teknik pembuatannya terdiri dari yang pertama batik cap yaitu batik dengan menggunakan pelekatan lilin dengan canting cap, kedua batik tulis yaitu batik dengan menggunakan pelekatan lilin dengan canting tulis, ketiga batik painting yaitu batik dengan menggunakan pelekatan lilin dengan kuas, dan yang terakhir keempat batik kombinasi yaitu batik dengan menggunakan pelekatan lilin dengan campuran alat.

d. Susunan Motif Batik

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan, yang menurut unsur-unsurnya motif batik dapat dibagi menjadi 2 dua bagian utama Susanto, 1980: 212 antara lain adalah sebagai berikut. 1 Ornamen Motif Batik Ornamen motif batik dibedakan lagi atas ornamen utama dan ornamen pengisi bidang atau ornamen tambahan. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut dan pada umumnya ornamen-ornamen utama itu masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari pada motif itu sendiri. Sedangkan untuk ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. 2 Isen Motif Batik Isen motif yakni berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis, yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau mengisi bidang di antara ornamen-ornamen tersebut. Sebagai gambaran bahwa motif-motif batik yang klasik pada umumnya mempunyai dua macam keindahan yakni sebagai berikut. a Keindahan visual, yaitu rasa indah yang diperoleh karena perpaduan yang harmoni dari susunan bentuk dan warna melalui penglihatan atau panca indera. b Keindahan jiwa, yaitu keindahan filosofis atau rasa indah yang diperoleh karena susunan arti lambang ornamen-ornamennya yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang dimengertinya Susanto, 1980: 212-213. Berdasarkan susunan dan bentuk-bentuk ornamen di dalam motif batik, maka motif-motif tersebut sesuai dengan perkembangannya diadakan penggolongan dan pembagian sebagai berikut. a Motif-motif batik yang ornamen-ornamennya atau susunan ornamen-ornamen tersebut merupakan susunan geometris seperti motif banji, motif ganggong, motif ceplokan, motif anyaman, motif parang dan lereng. b Motif-motif yang ornamen utamanya terdiri dari tumbuhan, meru, burung atau lar-laran, dan binatang yang tersusun secara harmoni tetapi tidak menurut bidang- bidang geometris, golongan ini disebut dengan “semen” yang dibedakan menjadi tiga macam. Pertama motif semen yang tersusun dari ornamen tumbuh-tumbuhan saja, yaitu bagian bunga atau kuncup dan daun. Kedua motif semen yang tersusun dari ornamen tumbuhan dan binatang, yaitu bunga atau daun dan binatang. Ketiga motif semen dimana ornamen- ornemennya berupa tumbuhan, binatang dan lar-laran atau binatang bersayap. c Motif batik yang disebut dengan motif buketan, dimana pada kain batik penempatan bidang untuk ornamen atau gambarnya tidak sama. Di suatu sisi bidang penuh dengan gambar-gambar namun pada sisi bidang yang lain hampir kosong, seperti halnya pada batik terangbulan. d Golongan batik yang baru yakni yang disebut dengan batik gaya baru atau batik modern. Gambar pada batik ini diperoleh dimana pola dasarnya adalah lukisan lilin pada kain tersebut dan kemudian diselesaikan secara batik yaitu diberi isen-isen, cecek, ukel dan garis-garis atau sesuatu ornamen. Gambar yang terjadi dari permukaan kain tersebut tidak ada yang berulang dan kain yang satu terhadap yang lain tidak mungkin sama Susanto, 1980: 213.

e. Alat Pembuatan Batik

Alat dalam pembuatan batik terdiri dari canting, gawangan, bandul, wajan, kompor kecil, saringan malam atau lilin batik, dan pola Tim Sanggar Batik Barcode, 2010: 86-89 antara lain sebagai berikut. 1 Canting sebagai alat pembentuk motif adalah alat yang digunakan untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik terbuat dari tembaga serta terdapat canting yang terbuat dari kuningan dan bambu sebagai pegangannya. 2 Gawangan sebagai tempat untuk meletakkan kain merupakan perkakas yang digunakan untuk menyangkutkan dan membentangkan mori ketika dibatik. Gawangan terbuat dari bahan kayu atau bambu, yang mempunyai konstruksi yang kuat dan ringan sehingga mudah untuk dipindahkan.