commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :
“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 merupakan
penjabaran Undang-Undang tersebut yang dituangkan dalam bentuk Standar Isi SI dan meliputi komponen : 1 Standar Kompetensi SK, yaitu ukuran
kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap
tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. 2 Kompetensi Dasar KD, berupa penjabaran dari Standar Kompetensi SK yang cakupan materinya lebih sempit
dibanding dengan SK Standar Kompetensi. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa Pendidikan Nasional diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan baik kognitif maupun psikomotorik peserta didik dan membentuk watak sikap afektif yang bertanggung jawab, yang
pelaksanaannya dikelola oleh masing-masing satuan pendidikan dengan standar batasan minimal yang dituangkan dalam SKL Standar Kompetensi Lulusan.
Kemampuan kognitif dan psikomotor yang dimiliki peserta didik dicirikan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan modal utama untuk
1
commit to user 2
bersaing ditingkat regional, nasional dan global. Oleh sebab itu tiap Satuan Pendidikan, mulai Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah dituntut untuk
melakukan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Dengan demikian hasil dari pendidikan tersebut
diharapkan lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi ilmu kognitif, ketrampilan psikomotor, dan mempunyai watak yang bertanggung
jawab dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa aspek afektif. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut diharapkan nantinya dapat mengelola dan
mengembangkan potensi daerah yang ada dengan bijaksana. Pembelajaran sains salah satu tujuannya adalah untuk membantu agar
peserta didik dapat menguasai pengetahuan tentang keteraturan sains dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi sains. Karena
dengan menguasai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi ini diharapkan peserta didik mampu memahami fenomena alam yang ada disekitarnya
Her:awati, 2004. Fakta adalah informasi nyata seperti pemberian label, penggambaran sederhana atau kejadian-kejadian. Fakta dapat diperoleh secara
langsung dengan menggunakan panca indera kita maupun melalui pengalaman orang lain. Fakta merupakan informasi yang sangat diperlukan untuk membentuk
bagian utama keteraturan sains yang disebut konsep atau generalisasi. Tanpa adanya sejumlah fakta yang mencukupi sangat sulit bagi peserta didik untuk
melihat adanya keteraturan alam. Hal tersebut dapat menyebabkan konsep dan generalisasi menjadi sebuah hafalan yang tidak bermakna dan tidak memiliki
hubungan dengan pengalaman. Konsep adalah gagasan atau abstraksi yang
commit to user 3
dibentuk untuk menyederhanakan lingkungan di sekitar kita. Konsep dapat dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan dalam suatu katagori
tertentu. Konsep disebut sebagai abstraksi karena menyatakan proses abstrak penggambaran pada berbagai pengalaman aktual kita. Konsep tersusun sebagai
penggambaran mental atas pengalaman yang kita amati. Generalisasi atau hukum prinsip adalah suatu cara menyimpulkan
pengalaman-pengalaman aktual kita dengan cara menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain. Generalisasi memuat informasi yang lebih banyak dan
lebih akurat. Karena generalisasi mengandung beberapa konsep dan fakta, maka generalisasi memungkinkan kita memprediksi kejadian-kejadian. Hal ini sangat
penting dalam pendidikan sains karena tidak hanya berkonsentrasi pada apa yang dapat dilakukan peserta didik sekarang tetapi juga sesuatu yang dapat dilakukan
mereka di masa yang akan datang. Pemahaman terhadap generalisasi sains juga memungkinkan untuk mengontrol alam sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Sebagai guru sains, agar dapat membantu peserta didik dalam belajar sains harus dapat merangsang mereka berfikir, melakukan kegiatan fisik keterampilan
proses yang
melibatkan peserta
didik dalam
proses pembelajaran,
mengembangkan bahasa dan sosialisasi. Guru dapat merangsang kemampuan berfikir peserta didik dengan melalui kegiatan yang menggunakan indera mereka.
Sedangkan kegiatan fisik keterampilan proses yang dapat dilakukan peserta didik meliputi praktikumeksperimen atau observasi. Pengembangan ketrampilan
berbahasa dalam belajar Sains dapat dilakukan dengan mengembangkan penalaran dan ketrampilan berkomunikasi melalui kegiatan pelaporan hasil eksperimen atau
commit to user 4
hasil observasi. Dan dalam mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, Sains memberikan kesempatan yang sangat besar untuk bekerja sama dan
mengembangkan hubungan sosial melalui kegiatan kelompok atau proyek. Semua proses kegiatan belajar tersebut telah terangkum dalam metode pembelajaran
Inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayne Welch dalam artikel oleh Singgih Trihastuti 2008 yang menyatakan bahwa teknik-teknik yang diperlukan dalam
pembelajaran Sains sama dengan teknik untuk penyelidikan ilmiah. Metode ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri merupakan
”roh” pembelajaran Sains, dimana pelajaran sains dapat dipahami hidup pada diri peserta didik bila proses pembelajarannya menggunakan metode inkuiri.
Kajian Biologi merupakan cara mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu untuk memperoleh penemuan-penemuan baru yang
berupa fakta atau teori yang disebut sebagai produk ilmiah Herawati, 2000:1.3. Oleh sebab itu dalam mempelajari materi biologi harus dapat menumbuhkan sikap
ilmiah, melalui langkah-langkah metode ilimiah proses dan melatih peserta didik untuk membangun konsep produk ilmiah sesuai dengan pengalamannya.
Karakterisitik materi pelajaran Biologi cenderung berupa konsep, fakta yang kadang letaknya jauh dari lingkungan sekitar peserta didik, atau bahkan kadang-
kadang bersifat abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung. Peran guru adalah membimbing peserta didik untuk membangun konsep sesuai dengan
pengalaman belajar yang diperoleh, sehingga konsep tersebut dapat tertanam dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama atau menjadi pengalaman
yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
commit to user 5
Oleh sebab itu proses pembelajaran Biologi akan lebih bermakna apabila menggunakan objek-objek yang dapat diamati baik melalui gambarcharta,
gambar animasi ataupun pengamatan objek secara langsung. Objek-objek yang dapat diamati dalam proses pembelajaran merupakan media pembelajaran,
sedangkan kegiatan pengamatan merupakan proses belajar, yang dapat memunculkan berbagai fenomena yang menarik perhatian peserta didik.
Fenomena-fenomena yang ditangkap dan diindera oleh peserta didik dari efek penggunaan media akan memunculkan keingintahuan yang berkaitan dengan
topik yang dipelajari. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik dan meningkatkan ketrampilan proses sainsnya.
Pembelajaran sains dalam penilaiannya perlu dilakukan secara autentik. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Bila data dan informasi yang dikumpulkan guru menunjukkan bahwa peserta
didik mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik dapat terbebas dari masalah tersebut.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan dalam proses pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode
pembelajaran saja, tetapi dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sains seharusnya ditekankan pada upaya membantu
peserta didik agar mampu menemukan cara belajarnya, bukan pada banyaknya
commit to user 6
informasi yang diperoleh peserta didik diakhir periode pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar sains peserta didiknya harus
mengumpulkan data dari kegiatan nyata para peserta didik saat bekerja ilmiah, bukan hanya dari tes tulis saja. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan kinerja
performance yang diperoleh peserta didik. Penilai bisa dari guru, teman atau orang lain.
Kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya di SMA Negeri 8 Kediri, penilaian oleh guru ditekankan hanya pada aspek kognitif
saja hasil tes akhir pembelajaran, penilaian psikomotorik diambil dari keikut sertaan dalam kegiatan praktik di laboratorium, dan penilaian afektif dari presensi
kehadiran yang mencerminkan minatmotivasi belajar peserta didik. Hal ini menyebabkan penilaian kurang bermakna. Data dari hasil UAN mata pelajaran
Biologi dari tahun 2008 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa rata-rata nilai dan sebaran nilai UAN Biologi grafiknya tidak stabil. Rata-rata nilai, nilai
tertinggi dan terendah hasil UAN mata pelajaran biologi SMAN 8 Kediri tahun 2007 – 2010 tampak pada tabel 1.1. berikut :
Tabel : 1.1. Nilai rata-rata dan sebaran nilai UAN mata pelajaran Biologi SMA Negeri 8 Kediri dari tahun 2007 – 2010
NO TAHUN
N. TERTINGGI N. TERENDAH N. RATA-RATA
1. 2007 2008
8,50 3,25
5.50 2.
2008 2009 9,25
6,25 7,25
3. 2009 2010
9,00 5,50
7,00 Sumber : Data Kurikulum SMA Negeri 8 Kediri.
Disamping masih rendahnya sebaran nilai UAN, nilai untuk kenaikan kelas dari kelas X ke kelas XI dengan KKM 68, masih ada sekitar 20 lebih
commit to user 7
peserta didik yang harus melaksanakan program remidial. Dari kenyataan tersebut menunjukkan bahwa peserta didik dan guru belum siap untuk memenuhi harapan
dari tujuan dan arah kebijakan Pendidikan Nasional, yaitu lairnya sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
ilmiahnya. Oleh sebab itu perlu pengkajian dan perubahan paradigma pembelajaran yang dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut. Ditinjau dari cara guru dalam mengajar, guru lebih cenderung
menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu daripada menerapkan metode pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih
bermakna. Akibatnya guru cenderung mengajar dengan metode ceramah dan latihan soal untuk persiapan UAN, sehingga peserta didik menjadi pasif dan bosan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar sangat penting agar
permasalahan tersebut di atas dapat diminimalisir. Guru hendaknya dapat menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat ikut terlibat
dalam proses belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru sangat penting dalam membangun suasana belajar yang menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan topik materi yang akan dibahas, karena karakteristiksifat materi pelajaran
berbeda-beda. Strategi belajar atau disebut juga strategi kognitif merupakan alat untuk
membantu peserta didik belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses ini
commit to user 8
digunakan untuk membantu peserta didik agar ”belajar bagaimana belajar” learn how to learn, yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan mengingat kembali
keterampilan dan informasi yang telah diperoleh. Pengaruh positif strategi belajar terhadap hasil belajar peserta didik telah ditunjukkan oleh banyak hasil
penelitian. Oleh sebab itu, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dua arah atau melibatkan peran guru dan peserta didik maka dikembangkan model-model
pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran sains, antara lain pembelajaran langsung Direct Instruction,
pembelajaran kooperatif Cooperative Learning, pengajaran berdasarkan permasalahan Problem Based Instruction, dan masih banyak lagi. Namun,
masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki variasi dan memerlukan suasana atau lingkungan belajar yang sesuai. Pembelajaran Kuantum merupakan
salah satu model pembelajaran yang mengarahkan guru saat berada di kelas, berhadapan
dengan peserta
didik, merencanakan
pembelajaran, dan
mengevaluasinya. Pola pembelajaran kuantum terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Hal ini sangat sesuai untuk membangkitkan minat belajar peserta didik. Guru berperan sebagai aktor dalam kegiatan pembelajaran, yang mampu
memainkan peran berbagai gaya belajar peserta didik, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri
peserta didik. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia peserta didik dan ajaklah peserta didik ke dunia guru. Dalam pembelajaran kuantum, tidak ada peserta didik
yang bodoh, yang ada adalah peserta didik yang belum berkembang karena titik
commit to user 9
sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu menyesuaikan dengan kondisi peserta didik dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha yang dilakukan peserta didik, dan rayakan keberhasilannya.
Dengan pembelajaran kuantum guru diharapkan dapat membantu proses belajar peserta didik sesuai harapan. Kelebihan model pembelajaran Kuantum ini adalah
terciptanya suasana belajar yang dapat dikondisikan senyaman mungkin, sehingga peserta didik tidak merasa bosan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, maka model pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
di SMA Negeri 8 Kediri, agar dapat meningkatkan motivasi belajar, pembentukan konsep materi oleh peserta didik dan peningkatan prestasi belajar.
B. Identifikasi Masalah