Hipotesis Keenam Pembahasan Hasil Analisis 1. Hipotesis Pertama

commit to user 142 tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan mereka menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki, sehingga memungkinkan pemahaman konsep yang lebih mendalam setelah berdiskusi dengan teman atau dengan guru. Berdasarkan uraian tersebut jelaslah kaitan antara metode pembelajaran inkuiri dengan ketrampilan proses sains. Metode pembelajaran inkuiri adalah cara pembelajarannya, sedangkan KPS adalah langkah-langkah atau isi dari cara pembelajaran tersebut. Dengan demikian bila KPS peserta didik tinggi, maka mereka akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan melalui metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Demikian pula sebaliknya bila tingkat KPS peserta didik rendah, maka mereka akan merasa kesulitan belajar menemukan konsep materi dengan metode inkuiri bebas termodifikasi tanpa motivasi dan fasilitasi dari guru. Bila peserta didik tidak aktif meminta bantuan guru, fasilitas belajar tidak lengkap dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran maka mereka akan kesulitan untuk membangun konsep materi secara mandiri.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil uji anava tiga jalan menunjukkan bahwa P-value 0,401 α 0,05 dengan demikian H 0BC diterima dan H 1BC ditolak. Artinya, tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan ketrampilan proses sains peserta didik. commit to user 143 Tidak adanya interaksi antara motivasi belajar dan ketrampilan proses sains dengan prestasi belajar peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut : adanya peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi, tetapi karena keterbatasan pengetahuannya sehingga tidak memiliki KPS yang cukup memadai. Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan hipotesis kedua bahwa motivasi belajar dapat dibangun dari luar seperti faktor guru, suasana dan model atau metode pembelajaran. Sedangkan KPS sangat dipengaruhi oleh bekal awal peserta didik pada pengetahuan sebelumnya. Karena belajar biologi atau IPA seperti halnya belajar menaiki anak tangga, untuk bisa sampai pada tangga bagian atas atau puncak prestasi maka disyaratkan harus melewati dan memahami dasar-dasarnya yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada pembelajaran fungi harus menguasai konsep tentang ciri makhluk hidup dan dasar pengelompokan makhluk hidup. Untuk dapat memahami prasarat tersebut tentunya juga melalui kegiatan yang disebut dengan KPS. Bila dalam mempelajari prasarat tersebut menggunakan metode pembelajaran ceramah, maka bekal KPS sebelumnya tentu tidak dimiliki oleh peserta didik karena mereka cenderung menghafal dan tidak memahami isi dari kansep tersebut. Demikian pula sebaliknya meskipun tingkat penguasaan KPSnya tinggi belum tentu peserta didik tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini tentunya dapat dijelaskan dengan adanya sifat dinamis peserta didik seperti telah dijelaskan diatas, juga situasi atau kondisi lingkungan belajar dan emosional peserta didik. Itulah sebabnya tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dan KPS dengan prestasi belajar peserta didik. Hal diatas didukung oleh tabel 4.4. yaitu antara peserta didik yang commit to user 144 motivasinya tinggi, tetapi KPSnya rendah bila belajar dengan metode inkuiri terbimbing ternyata memperoleh rerata prestasi belajar yang lebih rendah dibanding yang belajar dengan metode inkuiri bebas termodifikasi. Tentunya hal tersebut terdapat faktor lain yang berpengaruh di dalam diri peserta didik, yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Faktor luar yang mungkin berpengaruh adalah ukuran tinggi rendahnya motivasi belajar. Kemauan atau motivasi belajar peserta didik merupakan hasil dari banyak faktor seperti kemampuan guru dalam mengelola kelas dan menguasai materi pembelajaran, insentif atau rangsangan untuk belajar, suasana kelas dan kelompok belajar, serta perilaku guru. Faktor-faktor tersebut sifatnya dinamis selalu berubah karena situasi lingkungan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tentunya hal tersebut tidak dapat diprediksi dengan tepat sebelum penelitian. Seperti diungkapkan oleh Slavin 2009:105 : ”Pekerjaan pendidik guru bukanlah meningkatkan motivasi pada dirinya peserta didik, melainkan menemukan, menyalakan dan mempertahankan motivasi peserta didik untuk belajar, dan untuk terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pembelajaran.” Dari uraian tersebut jelas bahwa peran guru hanyalah mempertahankan dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar. Sedangkan KPS merupakan ketrampilan yang diperoleh karena latihan atau pengalaman yang pernah didapatkan sebelumnya. Dengan demikian antara KPS dan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang saling independen atau terpisah sehubungan dengan prestasi belajar peserta didik khususnya pada materi commit to user 145 pembelajaran biologi kingdom fungi. Motivasi belajar tinggi dapat berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar, demikian juga KPS tinggi juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Seperti diuaraikan diatas, meskipun KPS tidak terlalu berpengaruh pada peningkatan aspek kognitif, tetapi berpengaruh pada aspek lain yaitu psikomotor atau peningkatan ketrampilan dalam bidang tertentu misalnya kemampuan menggunakan alat, pengukuran dan berkomunikasi secara tulis atau lisan.

7. Hipotesis Ketujuh

Dokumen yang terkait

Pembelajaran Analisis Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal

0 6 19

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

1 9 154

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN METODE INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI (MODIFIED FREE INQUIRY) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 2 132

Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kreativitas Verbal.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN BEBAS TERMODIFIKASI DAN EKSPERIMEN TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 9

Pembelajaran Biologi Melalui Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa | Dwijono | Jurnal Edukasi Matematika dan Sains 686 1237 1 SM

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN (PSE) MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KREATIVITAS SISWA | Dwijono | Inkuiri 3792 8385 1 SM

0 0 10

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13