commit to user 19
tersebut; 2 Iconic representation, yaitu pola pikir anak bergantung pada organisasi visual benda-benda konkrit dan organisasi sensorisnya; dan 3
Simbolic representation, yaitu anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga dapat mengutarakan pengalamannya dengan bahasa.
Menurut Bruner tugas orang dewasa guru untuk membantu mengajarkan kesiapan anak untuk mengasah kemampuannya.
Pendapat tersebut sangat sesuai dengan metode pembelajaran inkuiri dimana peserta didik mengenali permasalahan yang sederhana kemudian belajar
merespon permasalahan tersebut identifikasi, memanfaatkan indra sensorinya untuk menganalisis dan menghubungkan dengan pengalaman yang pernah
diperoleh sebelumnya, kemudian mengutarakan pengalaman tersebut dalam bentuk bahasa pelaporan.
c. Teori Belajar menurut Piaget
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu: 1 sensory motor 0-2 tahun selama ini anak mengenal alam dengan
indranya sensori dan dengan tindakannya motor; 2 pre operational 2-7 tahun, pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi dasar matematika;
3 concrete operational 7-11 tahun, tahap ini anak mulai berpikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; 4
formal operational 11 tahun ke atas, anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa yang konkret dan sudah mempunyai
kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Herawati, 2000:1.14. Dengan teori ini, kemampuan kognitif peserta didik SMA kelas X dalam proses belajarnya
commit to user 20
sesuai dengan tahap usianya yaitu 15 tahun lebih, seharusnya pola berfikirnya bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga materi pelajaran biologi
yang sarat dengan konsep dapat disampaikan dengan konsep penalaran. Selanjutnya Bambang Sumintono dalam artikelnya yang berjudul “TEORI
BELAJAR DARI PERSPEKTIF KONSTRUKTIVIS”, dan dimuat dalam http:deceng.wordpress.com
, menuliskan bahwa : Piaget juga menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi
aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan “berpikir mengenainya”. Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan
akomodasi. Melalui asimilasi kita berusaha memahami hal yang baru dengan mengaplikasikan schema yang ada; sedangkan akomodasi terjadi ketika seseorang
harus merubah pola berpikirnya untuk merespon terhadap situasi yang baru. Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan
menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak asimilasi atau dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru
karena memang diperlukan akomodasi. Penjelasan di atas menunjukkan penekanan Piaget terhadap pemahaman
yang dibentuk oleh seseorang, sesuatu yang berhubungan dengan logika dan konstruksi pengetahuan universal yang tidak dapat dipelajari secara langsung dari
lingkungan. Pengetahuan seperti itu berasal dari hasil refleksi dan koordinasi kemampuan kognitif dan berpikir serta bukan berasal dari pemetaan realitas
lingkungan eksternalnya. Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada
commit to user 21
siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang
mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah
meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi,
melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu
siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.
3. Model Pembelajaran Kuantum