Reproduksi Fungi Kingdom Fungi Jamur :

commit to user 61 nitrogen yang kuat namun fleksibel yang mirip dengan kitin pada kerangka eksternal serangga dan arthropoda. Beberapa fungi yang asepta hifa tidak bersekat dikenal sebagai fungi senositik, yaitu fungi yang terbentuk dari suatu massa sitoplasmik yang kontinu dengan banyak nucleus. Kondisi senositik tersebut adalah hasil pembelahan inti berulang-ulang tanpa pembelahan sitoplasmik. Fungi parasit umumnya memiliki sejumlah hifa yang termodifikasi sebagai haustoria, ujung hifa penyerap makanan yang menembus jaringan inang. Hubungan antara struktur dan fungsi merupakan salah satu tema mendasar dalam biologi. Struktur mirip filamen pada miselium memberikan luas permukaan yang sangat besar, yang sesuai dengan nutrisi absorptif pada fungi : 10 cm 3 tanah organik yang subur dapat mengandung sebanyak 1 km hifa. Jika hifa-hifa ini memiliki diameter 10 µm, maka sekitar 314 cm 2 luas permukaan fungi akan berinteraksi dengan 10 cm 3 tanah itu. Pertumbuhan miselium fungi sangat cepat, tiap hari bertambah sebanyak 1 km. Pertumbuhan yang cepat ini terjadi karena protein dan bahan lain yang disintesis oleh keseluruhan miselium tersebut disalurkan oleh aliran sitoplasmik ke bagian ujung dari hifa yang menjulur. Energi dan sumber daya fungi dihimpun untuk menambah panjang hifa yang tentunya juga menambah luas permukaan absorptifnya. Perpanjangan ujung-ujung hifa ini dapat membantu fungi untuk mencari sumber makanan dan bahkan pasangannya.

b. Reproduksi Fungi

Fungi bereproduksi dengan cara melepaskan spora yang dihasilkan secara seksual atau aseksual. Spora fungi memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, akan tetapi ada juga yang commit to user 62 multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesialisasi. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan cepat, fungi mengklon diri dengan menghasilkan spora aseksual yang cukup banyak agar dapat diterbangkan angin atau terbawa oleh air ke tempat lain dan berkecambah di tempat yang lembab. Dengan demikian spora bertanggung jawab dalam penyebaran spesies fungi. Reproduksi darurat dilakukan ketika terjadi perubahan lingkungan dengan cara seksual. Reproduksi seksual akan menghasilkan keturunan dengan keanekaragaman genetik yang lebih besar. Siklus hidup pada banyak fungi meliputi tiga fase yang jelas berbeda : haploid, dikariotik, dan diploid. Haploid yaitu inti pada hifa dan spora pada sebagian besar spesies fungi. Diploid merupakan tahapan hifa yang merupakan hasil reproduksi seksual penyatuan dua hifa yang sama dan terjadi plasmogami penyatuan plasma yang diikuti karyogami penyatuan inti. Sedangkan dikariotik terjadi bila setelah plasmogami inti dari masing-masing sel induk hifa membentuk pasangan namun belum menyatu. Gambar 2.1. Pasangan inti ini dapat hidup dan membelah bersama- sama dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menguntungkan individu fungi karena dapat mengkompensasi mutasi-mutasi berbahaya yang terjadi pada inti lain atau sebaliknya. Disamping itu inti haploid dan diploid dapat berada dalam miselium yang sama sehingga membentuk mosaik ditinjau dari genotip dan fenotipnya. commit to user 63 Perkembangbiakan fungi dapat dikelompokkan sebagai berikut, secara aseksual vegetatif dan secara seksual generatif. Secara aseksual, dapat berlangsung dengan cara sebagai berikut : a.Tunas atau kuncup yang dihasilkan disebut blastospora. Contoh pada Saccharomyces yang merupakan fungi uniseluler; b. Fragmentasi, pemutusan benang hifa yang dapat tumbuh menjadi individu baru; c. Konidia konidiospora, spora yang dihasilkan dengan membentuk sekat melintang pada ujung hifa sehingga terbentuk banyak konidia.. Contoh pada Penicillium dan Aspergillus; d. Klamidospora, yaitu spora yang berdinding tebal; e. Sporangiospora, berupa spora yang terbentuk dalam kotak spora sporangium; f. Zoospora, spora yang memiliki flagel sehingga dapat bergerak di dalam air. Secara seksual, melalui pembentukan spora generatif, yaitu spora yang terbentuk sebagai hasil peleburan dua sel atau hifa secara konjugasi. Spora Spora n Struktur penghasil Spora n Miselium n Struktur penghasil Spora n Spora n Tahap d ikariotik n+n Tahap diploid 2n Gambar 2.1. Siklus hidup Fungi Sumber : Campbell, Biologi 2 commit to user 64 generatif meliputi : a. Zigospora yaitu spora yang dibentuk oleh dua hifa yang kompatibel. Contoh pada Rhizopus; b. Askospora yaitu spora di dalam askus yang dibentuk oleh dua sel atau dua jenis hifa pada kelompok fungi Ascomycotina; c. Basidiospora merupakan spora yang dibentuk dalam basidium sebagai penggabungan dari dua jenis hifa pada kelompok fungi Basidiomycotina.

c. Klasifikasi Fungi

Dokumen yang terkait

Pembelajaran Analisis Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal

0 6 19

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

1 9 154

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN METODE INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI (MODIFIED FREE INQUIRY) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 2 132

Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kreativitas Verbal.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN BEBAS TERMODIFIKASI DAN EKSPERIMEN TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 9

Pembelajaran Biologi Melalui Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa | Dwijono | Jurnal Edukasi Matematika dan Sains 686 1237 1 SM

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN (PSE) MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KREATIVITAS SISWA | Dwijono | Inkuiri 3792 8385 1 SM

0 0 10

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13