Hipotesis Ketiga Pembahasan Hasil Analisis 1. Hipotesis Pertama

commit to user 135 belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi peserta didik, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Disinilah peran guru sebagai pendidik tidak hanya mendampingi peserta didik dalam belajar tetapi juga harus dapat membangun situasi agar peserta didik dapat belajar sesuai tujuan. Sehingga pada akhirnya prestasi belajarnya dapat ditingkatkan.

3. Hipotesis Ketiga

Ketrampilan proses sains berkaitan dengan cara berfikir analitis dan logis. Cara berfikir ini akan berpengaruh juga pada prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan hasil analisis GLM dari SPSS 16 untuk nilai prestasi belajar kognitif diperoleh P-value 0,029 α 0,05 dengan demikian H 0C ditolak dan H 1C diterima. Artinya, terdapat perbedaan pengaruh ketrampilan proses sains yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar peserta didik. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa ketrampilan proses merupakan bagian yang tak terpisahkan milik Guru IPA pada jenjang pendidikan manapun. Artinya ketrampilan proses sains sangat erat kaitannya dengan pembelajaran Biologi sebagai bagian dari IPA. Oleh sebab itu guru mata pelajaran sains harus dapat merangsang mereka berfikir, melakukan kegiatan fisik yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, mengembangkan bahasa dan sosialisasi. Guru dapat merangsang kemampuan berfikir peserta didik dengan melalui kegiatan yang menggunakan indera mereka. Sedangkan kegiatan fisik yang dapat dilakukan peserta didik meliputi praktikumeksperimen atau melakukan observasi. Pengembangan ketrampilan berbahasa dalam belajar Sains dapat dilakukan dengan mengembangkan penalaran dan ketrampilan berkomunikasi melalui commit to user 136 kegiatan pelaporan hasil eksperimen atau hasil observasi. Dan dalam mengembangkan ketrampilan sosial peserta didik, Sains memberikan kesempatan yang sangat besar untuk bekerja sama dan mengembangkan hubungan sosial melalui kegiatan kelompok atau proyek. Semua proses kegiatan belajar tersebut telah terangkum dalam metode pembelajaran Inkuiri melalui pengembangan ketrampilan proses. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayne Welch dalam artikel oleh Singgih Trihastuti, 2008 yang menyatakan bahwa teknik-teknik yang diperlukan dalam pembelajaran Sains sama dengan teknik untuk penyelidikan ilmiah. Metode ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri merupakan ”roh” pembelajaran Sains. Kajian Biologi merupakan cara mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu untuk memperoleh penemuan-penemuan baru yang berupa fakta atau teori yang disebut sebagai produk ilmiah Susilo, Herawati, 2000:1.3. Oleh sebab itu dalam mempelajari materi biologi harus dapat menumbuhkan sikap ilmiah, melalui langkah-langkah metode ilimiah proses dan melatih peserta didik untuk membangun konsep poduk ilmiah sesuai dengan pengalamannya. Karakterisitik materi pelajaran Biologi cenderung berupa konsep, fakta yang kadang letaknya jauh dari lingkungan sekitar peserta didik, atau bahkan kadang-kadang bersifat abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung. Peran guru adalah membimbing peserta didik untuk membangun konsep sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh, sehingga konsep tersebut dapat tertanam dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama atau commit to user 137 menjadi pengalaman yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Semua kegiatan tersebut telah terangkum dalam ketrampilan proses sains. Dalam jurnal Development of a valid and reliable student-achievement and process-skills instrument disebutkan bahwa “POGIL Process-Oriented Guided Inquiry Learning stressed the learning of process skills critical thinking, problem solving, information processing, and metacognition in addition to achievement. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat ketrampilan proses sains sangat mendukung prestasi belajar peserta didik. 4 . Hipotesis Keempat Informasi yang diperoleh dari hasil uji anova tiga jalan menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran kuantum dengan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada besarnya nilai P- value 0,045 α 0,05 dengan demikian H 0AB ditolak dan H 1AB diterima. Artinya ada interaksi antara model dan metode pembelajaran dengan motivasi terhadap prestasi belajar. Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa revolusi cara belajar dapat mengubah segalanya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi atmosfir pembelajaran. Hak ini sejalan dengan content dari pembelajaran Kuantum yang diibaratkan dengan persamaan konsep Fisika Quantum yaitu : E = mC 2 , dengan : E = Energi antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangatmotivasi m = massa semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik C = interaksi hubungan yang tercipta di kelas commit to user 138 Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami bahwa interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme motivasi belajar para peserta didik. Kata kuantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi pembelajaran kuantum menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan berenergi menyenangkan, dengan cara mengolah unsur yang ada pada peserta didik dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila strategi ini diterapkan, maka peserta didik akan lebih mencintai proses pembelajaran dan lebih berhasil dalam memahami konsep materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Apalagi dalam pembelajaran kuantum, ada istilah ”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan pembelajaran kuantum tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari peserta didik. Tetapi jauh dari itu, peserta didik juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam pembelajaran dan ketika belajar. Selain itu, ada beberapa prinsip pembelajaran kuantum, yaitu : 1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar; 2. Segalanya bertujuan, peserta didik diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan; 3. Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan peserta didik diperoleh banyak konsep; 4. Akui setiap usaha, menghargai usaha peserta didik sekecil apa pun; 5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada peserta didik yang terlibat aktif pada pelajaran kita. commit to user 139 Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, pembelajaran kuantum akan membantu peserta didik dalam menumbuhkan minat atau motivasi peserta didik untuk terus belajar dengan semangat. Hal ini merujuk pada Cognitive motives yang dikemukan oleh Frandsen, yakni motivasi intrinsik yang menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang terdapat dalam diri manusia biasanya proses dan produk mental. Motivasi ini sangat utama dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama berkaitan dengan pengembangan intelektual. Selain itu pembelajaran kuantum juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh, seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan peserta didik lain dan diselingi humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk dapat mengelola emosi. Strategi pembelajaran kuantum diperkuat dengan pendekatan multisensori, multi kecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan belajar yang dikenal sebagai TANDUR, hal ini sangat sejalan dengan syntak pembelajaran inkuiri. Craig Rusbult, menyatakan bahwa :”When we-and-they students agree... [because] educational goals are the ideas-and-skills we want students to learn, and they are motivated to learn ... so teachers and students are sharing similar goals, education becomes a teamwork effort with an “us” feeling...... Motivation of students is easier when our design of instruction is based on an accurate understanding of students ideas about what is fun now or will be useful later. And we can let students play a role in deciding what to study and how to study it, commit to user 140 as in some types of inquiry instruction.” Jadi bila guru menginginkan pembelajarannya berhasil, maka harus ada kerjasama antara pebelajar peserta didik dengan pembelajar guru. Dengan adanya kerjasama tersebut maka kemampuan berfikir dan ketrampilan akan dapat dimiliki oleh peserta didik sehingga motivasi belajar juga terbangun. Dari uraian tersebut jelas bahwa ada keterkaitan antara metode inkuiri dengan motivasi belajar, dimana motivasi belajar dapat dibangun dengan pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran.

5. Hipotesis Kelima

Dokumen yang terkait

Pembelajaran Analisis Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal

0 6 19

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

1 9 154

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DAN METODE INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI (MODIFIED FREE INQUIRY) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 2 132

Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kreativitas Verbal.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH.

0 0 22

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

0 0 19

PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN BEBAS TERMODIFIKASI DAN EKSPERIMEN TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

0 0 9

Pembelajaran Biologi Melalui Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Kreativitas Siswa | Dwijono | Jurnal Edukasi Matematika dan Sains 686 1237 1 SM

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN (PSE) MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KREATIVITAS SISWA | Dwijono | Inkuiri 3792 8385 1 SM

0 0 10

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

0 0 13