commit to user 52
perilaku yang meliputi : menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan mengkarakterisasi.
9. Hakekat Biologi
Menurut para ahli mengajarkan ilmu kepada siswa dikatakan baik kalau memenuhi kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu dan sesuai dengan
pengetahuan tentang bagaimana siswa belajar. Biologi sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai dengan hakikat biologi dan teori belajar yang mendasari
pembelajaran biologi itu. Para ilmuwan biologi mempelajari gejala alam yang merupakan kajian
biologi melalui proses dan sikap ilmiah. Proses meliputi pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat sedang
mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah, para ilmuwan memperoleh penemuan yang berupa fakta atau teori, dan
penemuan itu merupakan produk ilmiah. Fakta merupakan hasil pengamatan, konsep merupakan generalisasi dari beberapa stimulus yang berciri sama,
sedangkan teori merupakan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Dengan demikian hakikat biologi meliputi tiga komponen, yaitu : 1sikap ilmiah, 2 proses ilmiah dan 3 produk ilmiah. Oleh sebab itu untuk mengajarkan
biologi harus mencakup ketiga komponen tersebut. Komponen sikap ilmiah perlu ditanamkan pada siswa karena bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
siswa. Sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain tanggung jawab, keingintahuan, jujur, terbuka, objektif, toleransi, kerja keras, kecermatan dalam
commit to user 53
bekerja, disiplin, percaya diri, konsep diri positif, dan terbuka dalam menafsirkan gejala alam dari sudut-sudut prinsip ilmiah. Dengan kata lain bahwa pendidikan
biologi bertujuan mengembangkan kepribadian siswa. Proses ilmiah dapat diartikan sebagai perangkat ketrampilan kompleks
yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah merupakan bagian dari bidang studi biologi. Sehingga bila siswa
belajar biologi hanya terbatas pada produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru belajar salah satu komponen biologi saja tanpa ada
penanaman sikap ilmiah. Belajar ilmu termasuk biologi yang seharusnya adalah dengan cara
sebagaimana ilmu itu ditemukan oleh para ilmuwan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses. Menurut Funk, dkk 1979 dalam Herawati Susilo
2000 ketrampilan proses IPA dibedakan dua kelompok, yaitu ketrampilan proses IPA dasar dan ketrampilan proses IPA terpadu. Ketrampilan proses IPA
dasar meliputi pengamatan, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi. Sedangkan ketrampilan proses IPA terpadu meliputi rancangan,
persiapan dan pelaksanaan eksperimen termasuk didalamnya variabel, data dan hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah..
Biologi merupakan ilmu yang sudah cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan manusia tentang dirinya, tentang lingkungannya, dan
tentang kelangsungan jenisnya. Kerena lingkup materi yang dicakupnya Biologi sering dimasukan kedalam ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia selain
commit to user 54
sosiologi dan psikologi. Namun biologi juga termasuk kedalam studi tentang alam seperti juga astronomi, geologi, fisika, dan kimia.
Biologi mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia dengan segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia
bekerja masing-masing, tetapi satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari alat tersebut di sekitar atau lingkunganya. Kedua aspek tersebut, baik
tubuh manusia maupun alam, dipandang sebagai system. Dalam setiap system terdapat komponen-komponen yang saling menunjang agar keseluruhan system
dapat berlangsung. Biologi memiliki kekhasan dalam berfikirnya. Dalam fisiologi atau biologi
fungsi, orang yang mempelajarinya diminta mengembangkan berfikir sibernetik, sementara dalam sistematika biologi atau taksonomi dikembangkan ketrampilan
berfikir logis melalui klasifikasi logis. Dalam genetika diperlukan berfikir peluang atau probabilitas khususnya untuk genetika populasi dan kombinatorial.
Sayangnya hal ini semua tampaknya kurang disadari oleh para mahasiswa yang mempelajarinya dan guru-guru biologi pemula.
Dalam studi biologi sering dan banyak digunakan istilah yang pada umumnya berupa istilah latin atau kata yang dilatinkan. Banyaknya istilah latin
tersebut menyebabkan kurangnya minat para siswa sekolah menengah untuk memasuki jurusan biologi dan jurusan-jurusan yang menggunakan biologi sebagai
ilmu dasarnya. Sebenarnya istilah tersebut bukan sekedar istilah namun konsep yang sudah disepakati diantara para biologiwan, dan istilah tersebut dapat
dikembangkan atau dikombinasikan dengan membentuk pengertian yang lebih
commit to user 55
kompleks atau lebih spesifik. Umpamanya istilah poda untuk kaki. Jika ditambahkan awalan hexa yang artinya enam akan berarti berkaki enam. Jika
Hexapoda ditulis dengan huruf capital berarti dia kelompok organisme dalam hal ini hewan yang berkaki enam buah dalam 3 pasang, yaitu kelompok serangga.
Dengan demikian penggunaan istilah latin mempersingkat suatu pernyataan, mirip dengan notasi atau symbol dalam matematika, fisika atau kimia. Jadi penggunaan
istilah latin untuk mewakili konsep dalam biologi memenuhi prinsip hemat parsimony yang perlu dipenuhi oleh suatu ilmu atau teori.
Jadi, proses belajar mengajar biologi dengan pendekatan ketrampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat berlatih menemukan fakta-fakta , membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan ketrampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Namun perlu
dicatat bahwa PBM dengan PKP tidak bermaksud menjadikan setiap siswa sebagai ilmuwan, melainkan PKP merupakan alat yang potensial untuk membantu
mengembangkan kepribadian siswa . Kepribadian yang berkembang merupakan prasarat untuk melangkah ke jalur profesi apapun yang diminati siswa.
Guru biologi di SMA perlu menguasai materi biologi secara lebih mendalam dan metode pembelajaran biologi, serta ketrampilan-ketrampilan dasar
biologi. Dalam international biologi olimpiade dan olimpiade biologi nasional 2000 siswa peserta dituntut untuk memiliki metode-metode biologi dan
ketrampilan – ketrampilan dasar biologi serta ketrampilan proses sains 75, selain kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya 25 guru biologi
commit to user 56
seharusnya memiliki penguasaan fisika, kimia yang memadai, serta memiliki kemampuan numeric, ratio dan nalar.
Sebagaimana kita ketahui sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, dalam sains terkandung hal lain. Cain dan Evans 1990 dalam
Nuryani Y. Rustaman __: 90 menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu : konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains
sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta – fakta, hukum- hukum, prinsip – prinsip dan teori – teori yang sudah diterima
kebenaranya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan
proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka jujur, dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung
pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika sains mengandung empat hal seperti diatas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tesebut. Dalam belajar sains siswa
hendaknya tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar – benar memahami sains secara utuh.
Karena itu dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi siswanya guru tidak hanya menekankan produk semata tetapi juga kepada aspek proses, sikap, dan
keterkaitanya dengan kehidupan sehari – hari. Faktor lain yang mempengaruhi bagaimana guru mengajar adalah
pandangan guru terhadap belajar. Dari penelitian yang telah dilakukan Aguirre
commit to user 57
Haggerty, 1995; Gustafon Rowell, 1995; Ari Widodo, 1997 dalam Nuryani Y. Rustaman __: 90 mengungkapkan bahwa sebagian besar guru dan mahasiswa
calon guru berpendapat belajar adalah mencari informasi atau pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada didalam alam. Dari penelitian-penelitian tersebut
terungkap bahwa belajar diidentikkan dengan menghafal apa yang sudah diberikan oleh guru. Hal ini menunjukan bahwa banyak calon guru mempunyai
pandangan “tabula rasa” yang beranggapan bahwa anak adalah sesuatu yang kosong yang diisi dengan pengetahuan atau kertas putih yang dapat ditulis apa
saja. Dengan demikian apabila kita menghendaki siswa mempunyai pandangan tentang sains sebagai suatu proses dan belajar sains sebagai membangun konsep
kemampuan berargumen, maka sudah seharusnya mereka mempunyai pengalaman sebagai mana nantinya mereka akan bertingkah laku dalam mengajar
sains. Tidak mungkin kita berharap guru – guru dilapangan nanti akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar sains yang memberikan pengalaman
berdasarkan aktivitas, apabila semasa menempuh studi di lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK hanya mendengarkan saja, tidak mengalami sendiri.
Hal ini sangat beralasan karena mereka pada umumnya menyatakan bahwa mengajar adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.
Untuk meneruskan pengalaman belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa faktor, antara lain : karakteristik konsep yang diajarkan, kesiapan siswa,
dan fasilitas yang tersedia. Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep evolusi yang
berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama,
commit to user 58
memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti –bukti evolusi. Sebagai arahan, guru dapat
memperhatikan bagaimana saran atau arahan yang diberikan oleh kurikulum. Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman belajar adalah
kesiapan siswa. Guru hendaknya mempertimbangkan kesiapan siswa. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan, terutama
perkembangan negative. Apabila tingkat berfikir siswa diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan sulit dipahami siswa apabila hanya
lewat penjelasan. Siswa yang demikian tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung dengan objek nyata.
Faktor ketiga yang juga penting dipertimbangkan guru adalah ketersediaan alat. Guru tentunya tidak bisa merancang suatu kegiatan yang akan menggunakan
alat atau bahan yang tidak dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar guru harus mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan
bahan yang dibutuhkannya. Misalnya, guru yang mengajar disekolah yang terletak di suatu pegunungan yang jauh dari laut dan tidak mempunyai awetan ganggang
laut, tentunya tidak tepat apabila guru tersebut merancang pengalaman belajar siswa dengan observasi langsung terhadap ganggang laut. Karena itu sebelum
merancang suatu pengalaman belajar perlu diidentifikasi sarana yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
10. Kingdom Fungi Jamur :