93
F
hitung
lebih besar dari nilai F
kritik
, yang berarti prestasi belajar matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi berbeda dengan peserta didik yang
bermotivasi belajar sedang dan rendah, serta prestasi belajar matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar sedang berbeda dengan peserta didik yang
bermotivasi rendah. Selain itu dengan melihat diskripsi data nampak bahwa peserta didik
dengan motivasi belajar tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 88,00 lebih tinggibaik daripada rerata prestasi belajar matematika peserta
didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah, yaitu 73,19 dan 63,46. Jadi peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar
matematika yang lebih tinggibaik daripada peserta didik yang bermotivasi sedang dan rendah. Begitu juga peserta didik yang bermotivasi belajar sedang
memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggibaik daripada peserta didik yang bermotivasi belajar rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji F
ab
= 7,903 dengan nilai F
tabel
= 3,00. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi belajar
pada prestasi belajar matematika atau terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi, sedang dan
rendah untuk masing-masing model pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel untuk baris yang sama pada Tabel 4.8 nampak
94
bahwa hanya terdapat satu nilai uji F
hitung
lebih kecil dari nilai F
kritik
yaitu antara peserta didik bermotivasi belajar sedang dan rendah pada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini berarti pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
hanya peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi yang mempunyai perbedaan prestasi belajar matematika dengan peserta didik bermotivasi sedang
dan rendah, sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi, sedang dan rendah masing-masing
mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda. Untuk hasil uji komparasi
ganda antar sel untuk kolom yang sama pada Tabel 4.8 nampak bahwa semua
nilai uji F
hitung
lebih kecil dari nilai F
kritik
. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif antara tipe STAD dengan Jigsaw
tidak ada perbedaan pada prestasi belajar matematika yang diperoleh untuk masing-masing kelompok motivasi.
Selain itu dengan melihat diskripsi data nampak bahwa peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan motivasi belajar
tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 86,91 yang tinggibaik daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah,
yaitu sebesar 73,03 dan 66,13; sedangkan peserta didik dengan motivasi sedang dan rendah dapat dianggap mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak
berbeda. Untuk peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif STAD
dengan motivasi belajar tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 89,47 yang tinggibaik daripada peserta didik dengan motivasi
belajar sedang dan rendah, yaitu sebesar 73,28 dan 56,00; begitu juga peserta
95
didik dengan motivasi sedang dapat dikatakan mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggibaik daripada peserta didik dengan motivasi belajar
rendah. Sedangkan peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif antara tipe STAD dengan Jigsaw berdasarkan nilai rerata yang tersebut
di atas dapat dikatakan mempunyai prestasi belajar matematika yang hampir sama untuk masing-masing kelompok motivasi belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai rerata prestasi yang diperoleh, untuk peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi dan sedang dapat
diterapkan model pembelajaran STAD dan Jigsaw, sedangkan untuk peserta didik dengan motivasi belajar rendah dapat diterapkan model pembelajaran Jigsaw.
96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe
STAD dan Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda secara
signifikan. 2.
Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi belajar
sedang dan rendah, begitu juga peserta didik dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik
dengan motivasi belajar rendah. 3.
Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih tingggi daripada untuk kelompok motivasi belajar sedang dan rendah, begitu juga untuk kelompok motivasi belajar sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih tingggi daripada untuk kelompok motivasi belajar rendah, sedangkan tipe Jigsaw untuk peserta didik dengan
motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Tetapi untuk
masing-masing kelompok motivasi belajar antara peserta didik yang