Motivasi Belajar Motivasi Belajar Peserta didik

45 Dari dua jenis motivasi tersebut motivasi intrinsik lebih besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih tahan karena motif yang timbul atas kesadaran sehingga mempunyai daya dorong lebih kuat dari pada atas dasar simbolik. Pada kasus-kasus kegagalan belajar di suatu jurusan tertentu umumnya berkaitan dengan hal ini.

c. Motivasi Belajar

Dimyati dan Mudjiono 1999:80 , menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Menurut Galloway dalam Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra 1997:39 bahwa dengan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan akan dapat merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari peserta didik itu sendiri, dan peserta didiklah yang harus berusaha untuk mengatasi masalahnya sendiri dalam meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga guru tidak atau kurang peduli bagaimana merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tentang pembelajaran, ternyata justru gurulah yang sangat berperan untuk dapat merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik, sebagaimana prinsip-prinsip motivasi yang disusun oleh Keller yang 46 dikutip Driscoll 1994:312 yang disebut dengan model ARCS. Dalam model yang dikemukakan Keller tersebut seorang guru dituntut dapat menciptakan empat kategori motivasional, untuk dapat menghasilkan kondisi pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi peserta didik. Keempat kondisi motivasional tersebut adalah: 1 Attention perhatian, agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian, harus dirangsang rasa ingin tahunya; 2 Relevance relevansi, tunjukkan bahwa apa yang dipelajari ada hubunganya atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik; 3 Confidence rasa percaya diri, berikan harapan dan keyakinan kepada peserta didik bahwa mereka dapat berhasil; 4 Satisfaction kepuasan, ciptakan rasa puas pada peserta didik dengan memberi kesempatan dapat berhasil dalam mempraktekkan pengetahuannya. Keempat kondisi motivasional tersebut diharapkan seorang guru dapat merangsang, membangkitkan dan memelihara motivasi di dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk menimbulkan motivasi dari peserta didik, seorang guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan, karakteristik dan perilaku peserta didik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka guru perlu merancang pendekatan pembelajaran yang tepat dengan mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik. Dengan melakukan rancangan pendekatan yang baik, maka guru bisa memberi motivasi yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk merangsang, memelihara dan meningkatkan 47 motivasi belajar peserta didik yaitu dengan menyusun program pengajaran yang baik. Terry 1997:390 mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan didalam diri seorang individu yang mendorongnya untuk bertindak. Menurut Koontz, O’Donnel dan Wcihrich yang diikuti Sondang P. Siagian 1980:634 bahwa motivasi adalah suatu dorongan dan usaha unrtuk memenuhi atau memuaskan ssuatu kebutuhan atau mencapai suatu tujuan. Pendapat lain diutarakan Ahmad Rivai 2001:146 motivasi adalah pemberian motif, menimbulkan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan, motivasi dapat pula diartikan sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Adanya motivassi diharapkan peserta didik dapat belajar dengan lebih giat dan tidak merasa terpaksa sehingga tujuan organisasi sekolah secara instruksional dapat tercapai. Menurut Onong Uchana Effendi 1993:69 motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Arti dari motivasi menurut Effendi adalah membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai kepuasan atau suatu tujuan. Menurut Sukadi Ds 1989:53 motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan dorongan kepada seseorang atau dapat juga pada diri sendiri, untuk 48 mengambil tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Oemi Abdurrachman 1995:93 arti motivasi belajar adalah semangat atau dorongan untuk belajar dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu demi kepentingan dirinya. Moekijat1997:27 mengemukakan bahwa motivasi diartikan sebagai pengaruh, suatu kekuatan yang menimbulkan perilaku. Lebih lanjut Moekijat 1997:30 kunci utama kegiatan belajar adalah motivasi, memotivasikan para peserta didik untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan mereka secara memuaskan, yakni kebutuhan akan nilai yang cukup bagi keperluan hidup, kebahagiaan, kemajuan diri, dan sebagainya. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan arti motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri peserta didik agar berperilaku mau mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan seperti apa yang dikehendaki. Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang berhubungan kesediaan suatu organisme untuk belajar sesuatu dalam mencapai tujuan perubahan dari tidak biasa menjadi biasa. Bisa juga dikatakan bahwa motivasi belajar adalah usaha memberikan dorongan yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya dengan tujuan agar mereka mau belajar dengan rasa penuh kesadaran, semangat tinggi, keikhlasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam melaksanakan pembelajaran agar efektif dan efisien yang terpenting adalah memotivasikan para peserta didik untuk belajar giat berdasarkan kebutuhan sendiri. 49

d. Peranan Motivasi Belajar Dalam Pencapaian Prestasi Belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA

0 6 154

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII

0 2 135

PENELITIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 2 17

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 4 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 5 109

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS XI-IPA SMA SE-KABUPATEN KUDUS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | K

0 0 11

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 2 13

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI KELAS

0 0 100

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PETA KONSEP PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS X SMA DI KABUPATEN KUDUS

0 0 11