96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe
STAD dan Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda secara
signifikan. 2.
Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi belajar
sedang dan rendah, begitu juga peserta didik dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik
dengan motivasi belajar rendah. 3.
Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih tingggi daripada untuk kelompok motivasi belajar sedang dan rendah, begitu juga untuk kelompok motivasi belajar sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih tingggi daripada untuk kelompok motivasi belajar rendah, sedangkan tipe Jigsaw untuk peserta didik dengan
motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Tetapi untuk
masing-masing kelompok motivasi belajar antara peserta didik yang
97
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw mempunyai rerata prestasi belajar matematika yang samahampir sama.
B. Implikasi
Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis yang penting dalam penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika karena kedua tipe tersebut memberikan rerata prestasi belajar matematika yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat pada interaksi antara
model pembelajaran dengan motivasi belajar peserta didik, yaitu untuk masing- masing kelompok motivasi belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan Jigsaw keduanya memberikan rerata prestasi belajar matematika
yang hampir sama. Selain itu motivasi belajar menunjukkan ada pengaruhnya pada prestasi belajar
matematika, yaitu peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggibaik. Hal ini dapat dilihat
pada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar peserta didik, yaitu pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik
dengan motivasi belajar tinggi dan sedang cenderung memperoleh prestasi belajar
98
matematika yang lebih tinggibaik, begitu juga pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peserta didik dengan motivasi belajar tinggi dan sedang
cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggibaik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar mengajar
dan prestasi belajar yang dicapai peserta didik. Pengajaran dengan model pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw dapat
dijadikan petunjuk bagi guru sebagai alternative untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Selain itu guru harus memperhatikan Motivasi
peserta didik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika karena motivasi sebagai salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi prestasi belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:
1. Kepada Peserta didik
a. Hendaknya peserta didik yang berasal dari kelompok motivasi belajar
rendah dapat meningkatkan motivasi belajarnya dengan salah satu cara berusaha menyukai pelajaran matematika.
b. Hendaknya peserta didik ikut berperan aktif pada saat proses belajar
mengajar sehingga dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
99
2. Kepada Guru
a. Hendaknya guru melaksanakan proses belajar mengajar yang dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. b.
Hendaknya guru lebih memantau peserta didik yang mempunyai motivasi belajar rendah terhadap pelajaran matematika. Pendidik memberikan
kesempatan yang lebih luas bagi kelompok peserta didik ini untuk menyelesaikan berbagai soal dan berusaha tidak menimbulkan kesan bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan menjenuhkan. c.
Hendaknya guru dapat menciptakan suasana agar peserta didik mau melakukan diskusi dan melatih peserta didik untuk berkomunikasi dengan
menyampaikan ide mereka dalam menyelesaikan persoalan matematika. d.
Hendaknya guru berani mencoba model pembelajaran yang mengasikkan sehingga peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar tidak
merasa jenuh dan takut pada pelajaran matematika.
3. Kepada Orang Tua
a. Hendaknya orang tua selalu memantau kegiatan anak-anaknya di luar
sekolah termasuk kegiatan belajar di rumah. b.
Hendaknya orang tua membantu anak-anaknya jika mengalami kesulitan dalam belajar dengan salah satu cara memberikan guru privat.
c. Hendaknya orang tua selalu memotivasi semangat belajar dan membantu
mengilangkan rasa takut terhadap pelajaran matematika.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar
. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ahmad Rivai. 2001. Suatu Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Aiken, L R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and
Bacon.
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-Universitas
Terbuka.
Beck. R. C. 1990. Motivation: Theories and Principles. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan
. Surakarta : UNS Press.
________. 2004. Statistika untuk Penelitian
. Surakarta : UNS Press.
Departemen Pendidikan Nasional,2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
. Jakarta. DIKMENUM
Dick. Walter. Lou Carey. 1990. The Systematic Design of Instruction. 3th. Ed.
[t.t]: Harper Collins Publishers.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. Driscoll. Marcy P. 1994. Psychologi of Learning for Intruction. Boston: Allyn
and Bacon.
Dunne R. Ted W. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar Jasin.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Entswistle, N. 1981. Styles of Learning and Teaching. New York: John Willey
Sons Ltd. Frans Susilo, S.J. 1998. “Matematika yang Manusiawi”. dalam Sumaji, et al.
Eds. Pendididkan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
102
Gagne. R. M., Driscoll. Marcy P. 1989. Essentials of Learning for Instruction.
Englewood Clifffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Herman Hudoyo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:
Penerbit IKIP Malang.
Joyce. Bruce. Marsha Weil. Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching.
Boston: Allyn and Bacon.
Jujun S. Suriasumantri. 1985. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan. Marpaung, Y. 1998. “Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembelajaran Matematika
dan Sains“, dalam Sumaji, et al. Pendididkan Sains yang Humanitis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Martinis Yamin dan Bansu I Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press.
Moekijat. 1997. Manajemen Kependidikan
, Bandung: Alumni.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Nana Sudjana Daeng Arifin. 1987. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Penerbit Sinar Baru Aglensindo.
Newell. John. 1989. “Advance Organizers: Their Construstion and Use in Instructional Development”. Dalam Wayan Ardhana dan Verna Willis
Eds.. Reading in Instructional Development – vol. 5. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan – Ditjen Dikti –
Depdikbud.
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Onong Uchana Effendi. 1993. Human Relation. Surabaya: Erlangga.
Paul Suparno. 2002. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
103
Piaget. J. 1977, Psycology and Epistemology, New York; The Viking Press Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.
Sardiman A.M. 2001. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar
. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Shalahudin, M. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu. Slavin R. E. 1994. Educational Psychology : Theory and Practise Fourth
Edition
. Massachusets : Allyn and Bacon Publishers.
Soedjadi.1995. Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan Pemberdayaan Penalaran.Upaya Menyongsong dan
Menopang Pelaksanaan Kurikulum 1994. Makalah Program Pasca Sarjana IKIP Surabaya.
Sondang P. Siagian. 1980. Dasar-dasar Managemen Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG „Model-model Pembelajaran Inovatif“. Panitia Setifikasi Guru Rayon
13 Surakarta.
Suharsimi Arikunto. 1996. Statistik Terapan. Jakarta: Rineka Cipta. _______________. 1998. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
_______________. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sri Anitah dan Noorhadi. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Toeti Soekamto, Udin Sarifudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model- model Pembelajaran. Jakarta: PAU-UT.
Winkel, WS. 1993. Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grasindo.
Lampiran 1 RENCANA PEMBELAJARAN I
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas Smt : X Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menentukan akar akar persamaan kuadrat Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
1. Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat adalah ax
2
+bx +c = 0 dengan a
≠
0 dan a , b, c
∈
R dengan a adalah koefisien x
2
b adalah koefisien x c adalah konstanta
B. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.
Metode Pembelajaran
Model : Diskusi kelompok Tipe : Jigsaw
Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan : 1.
Berbagi tugas 2.
Menentukan giliran 3.
Berada dalam kelompok 4.
Bekerja sama dalam kelompok 5.
Mengajukan pertanyaan 6.
Mendengarkan dengan aktif 7.
Menghargai pendapat orang lain 8.
Menyelesaikan tugas pada waktunya
D. Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS