c. Accessability and Flexibility, yaitu pelanggan merasa bahwa penyedia
jasa,  lokasi,  jam  operasi,  karyawan,  dan  sistem  operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggn dapat
mengakses  jasa  tersebut  dengan  mudah.  Selain  itu,  juga  dirancang dengan  maksud  agar  dapat  menyesuaikan  permintaan  dan  keinginan
pelanggan secara luwes process-related criteria. d.
Reliability  and  Trustworthiness,  yaitu  pelanggan  memahami  bahwa apapun  yang  terjadi  atau  telah  disepakati,  mereka  bisa  mengandalkan
penyedia  jasa  beserta  karyawan  dan  sistemnya  dalam  memenuhi  janji dan  melakukan  segala  sesuatu  dengan  mengutamakan  kepentingan
pelanggan process-related criteria. e.
Recovery,  yaitu  pelanggan  menyadari  bahwa  bila  terjadi  kesalahan atau  sesuatu  yang  tidak  diharapkan  dan  tidak  dapat  diprediksi,  maka
penyedia  jasa  akan  segera  mengambil  tindakan  untuk  mengendalikan situasi dan mencari solusi yang tepat process-related criteria.
f. Reputation  and  Credibility,  yaitu  pelanggan  meyakini  bahwa  operasi
dari penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilaiimbalan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan image-related criteria.
Pengukuran  kualitas  jasa  dalam  model  SERVQUAL  didasarkan pada  skala  multi  item  yang  dirancang  untuk  mengukur  harapan  dan
persepsi  pelanggan,  serta  gap  di  antara  keduanya  dalam  dimensi-dimensi
utama  kualitas  jasa.  Parasuraman,  dkk  1988  mengidentifikasi  lima dimensi utama dalam mengukur kualitas jasa, yaitu
8
: a.
Reliabilitas  Reliability,  yakni  berkaitan  dengan  kemampuan perusahaan dalam memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat,  dan  memuaskan  tanpa  membuat  kesalahan  apapun  dalam menyampaikan jasanya sesuai dengaan waktu yang telah disepakati.
b. Daya tanggap Responsiveness, yakni berkaitan dengan kesediaan dan
kemampuan para staf untuk membantu dan merespons permintaan para pelanggan serta memberikan layanan dengan tanggap.
c. Jaminan Assurance, yakni mencakup pengetahuan, kompetensi,  dan
kesopanan  yang  dimiliki  para  karyawan  perusahaan  untuk  menangani setiap  pertanyaan  atau  masalah  pelanggan.  Jaminan  juga  berarti
perilaku  perilaku  karyawan  yang  mampu  menumbuhkan  kepercayaan pelanggan  terhadap  perusahaan  dan  perusahaan  dapat  menciptakan
rasa aman bagi para pelanggan. d.
Empati Emphaty,  yakni  meliputi  kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi  yang  baik,  perhatian  pribadi,  dan  pemahaman  atas
kebutuhan individual para pelanggan. e.
Bukti fisik Tangible, yakni berkaitan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan,  pegawai,  sarana  komunikasi,  dan  penampilan  fisik
karyawan.
8
A. Parasuraman, dkk, “Refinement and Reassessment of the SERVQUAL Scale” Journal of Retailing, Volume 67, No. 4, Winter 1991.
B. Konsep Dasar Customer Value
1. Pengertian
Woodruff  1997  mendefinisikan  customer  value  sebagai  persepsi pelanggan  terhadap  konsekuensi  yang  diinginkannya  dari  penggunaan
suatu  produk  atau  jasa.  Customer  value  dapat  dijabarkan  sebagai preferensi  yang  pelanggan  rasakan  terhadap  ciri  produk,  kinerja,  dan
sejauh mana produk tersebut telah memenuhi apa yang diinginkannya.
9
Woodall  2003  dalam  penelitiannya  menggunakan  istilah  value for  the  customer  VC  untuk  menggambarkan  customer  value.
Berdasarkan  penelitiannya,  Woodall  mendefinisikan  value  for  the customer  sebagai  segala  sesuatu  yang  berhubungan  dengan  sisi
permintaan,  persepsi  personal  mengenai  sebuah  keuntungan  yang  akan didapat  oleh  konsumen  pelanggan  berkaitan  dengan  adanya  penawaran
dari  suatu  organisasi,  dan  dapat  digunakan  untuk  menurunkan  tingkat sacrifice  pengorbanan  akan  biaya.  Selanjutnya  akan  didapat  manfaat
yang  dirasakan  sebagai  atribut  outcomes  sebagai  hasil  dari  berbagai kombinasi  atau  akumulasi  dari  sacrifice  pengorbanan  dan  benefits
manfaat  sejalan  dengan  bertambahnya  waktu  dari  keseluruhan  hal tersebut.
10
9
Robert  B.  Woodruff,  “The  Next  Source  For  Competitive  Advantages”,  Journal  of  the Academy of Marketing Science, Vol. 25, No. 2, 1997, h. 142.
10
Tony  Woodall,  “Conseptualising  „Value  for  the  Customer‟:  An  Attributional, Structural and Dispositional Analysis
”, Academy of Marketing Science Review, 2003.
Pendapat lain yaitu menurut Zeithaml 1988 yaitu mendefinisikan customer  value  sebagai  penilaian  keseluruhan  konsumen  terhadap  utilitas
sebuah  produk  berdasarkan  persepsinya  terhadap  apa  yang  diterima  dan apa yang diberikan. Monroe 1990 mengemukakan bahwa customer value
adalah  tradeoff  antara  persepsi  pelanggan  terhadap  kualitas  atau  manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang dibayarkan.
11
Pencarian  nilai  oleh  konsumen  terhadap  produkjasa  perusahaan, kemudian  menimbulkan  teori  yang  disebut  dengan  customer  delivered
value, yaitu besarnya selisih nilai yang diberikan oleh pelanggan terhadap produkjasa  perusahaan  yang  ditawarkan  kepadanya  customer  value
dengan  biaya  yang  harus  dikeluarkan  oleh  pelanggan  untuk  memperoleh produkjasa tersebut. Kotler, 1997 dalam Lupiyoadi, 2001.
12
Konsumen  secara  langsung  atau  tidak  langsung  akan  memberikan penilaian  terhadap  produkjasa  yang  akan  dibeli  atau  yang  pernah
dikonsumsinya.  Evaluasi  dilakukan  berdasarkan  penilaian  keseluruhan antara  apa  yang  diterima  dan  dialami  dibandingkan  dengan  yang
diharapkan.  Terdapat  dua  faktor  utama  yang  dijadikan  pedoman  oleh konsumen,  yaitu  :  layanan  yang  diterima  dan  layanan  yang  diharapkan.
11
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa.,  h. 296.
12
Rambat  Lupiyoadi,  Manajemen  Pemasaran  Jasa  :  Teori  dan  Praktek,  Jakarta  : Salemba Empat, 2001, h. 144.
Layanan yang pernah dialami ini akan menjadi standar perbandingan akan layanan yang diterima sekarang. Suryani, 2008.
13
2. Karakteristik Customer Value
Secara  umum  customer  value  memiliki  sejumlah  karakteristik utama, yaitu
14
: a.
Nilai  bersifat  instrumental,  artinya  produk  dan  jasa  sebenarnya hanyalah  alat  untuk  memenuhi  kebutuhan  dan  keinginan  pelanggan.
Oleh  karena  itu,  pemasar  tidak  hanya  wajib  menciptakan  nilai  dalam penawarannya,  namun  juga  harus  mengaitkan  penawaran  tersebut
dengan  kebutuhan  dan  keinginan  spesifik  setiap  pelanggan  sasaran. Setiap  orang  hanya  akan  mempersepsikan  sebuah  produk  objek  atau
gagasan sebagai sesuatu yang bermanfaat apabila ia bisa menemukan instrumentalitas dalam mewujudkan tujuan atau keinginannya.
b. Nilai  bersifat  dinamis  seiring  dengan  perubahan  kebutuhan  dan
keinginan pelanggan. c.
Nilai  bersifat  hierarkis,  dimana  nilai  universal  merupakan  fondasi utamanya.
3. Dimensi Customer Value
Hoolbrook  1994  menyusun  tipologi  customer  value  berdasarkan tiga  dimensi  utama,  yaitu  nilai  ekstrinsik  versus  nilai  intrinsik,  self-
oriented  value  versus  other-oriented  value,  dan  nilai  aktif  versus  nilai
13
Tatik Suryani,Perilaku  Konsumen, Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta : Graha Ilmu Candi Gerbang Permai, 2008, h. 119.
14
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, h. 301-302.