Hubungan Beban Kerja dengan Akses dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap Hubungan Beban Kerja dengan Kontrol dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap

78 Hasil yang didapatkan lebih beragam pada responden perempuan. Persentase tertinggi dimiliki oleh responden perempuan yang mendapatkan perilaku marjinalisasi dalam kategori sedang dengan kontrol yang sedang juga 44,19 dan dengan persentase yang sama diikuti oleh responden perempuan yang mendapat perilaku marjinalisasi tinggi dengan akses sedang dan yang mendapat perilaku marjinalisasi sedang dengan akses rendah 25,58. Hasil persentase yang ada menunjukkan bahwa perilaku marjinalisasi yang diterima oleh responden perempuan ternyata tidak berpengaruh pada kontrol sumber daya yang dimiliki oleh responden.

7.2.5 Hubungan Beban Kerja dengan Akses dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap

Tabel 35. Jumlah dan Persentase Beban Kerja Responden terhadap Partisipasi Terpilah Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Blanakan, 2010 Kategori Perempuan Laki-laki Beban kerja - akses Jumlah Jumlah Rendah - rendah Sedang - rendah 5 11,63 Tinggi - rendah 14 32,56 1 6,25 Rendah - sedang Sedang - sedang 2 4,65 14 87,5 Tinggi - sedang 22 51,16 1 6,25 Rendah - tinggi Sedang - tinggi Tinggi - tinggi Jumlah 43 100 16 100 Tabel 35 dapat menunjukkan bahwa hampir keseluruhan responden laki-laki memiliki akses yang sedang terhadap sumber daya dengan tingkat pendidikan beragam. Persentase paling rendah dimiliki oleh responden laki-laki yang memiliki akses sumber daya sedang dengan beban kerja yang menurut mereka lebih berat pada perempuan 6,25 kemudian diikuti dengan laki-laki yang memiliki akses rendah dengan beban kerja yang menurut responden lebih berat 79 pada perempuan 6,25. Apabila dilihat dari Tabel 29 persentase paling besar dimiliki oleh laki-laki yang memiliki akses sedang dengan beban kerja sedang antara perempuan dan laki-laki 87,5. Tidak terlihat adanya pembedaan padaresponden perempuan dalam mengakses sumber daya berdasarkan beban kerja yang mereka miliki. Persentase terbesar dimiliki oleh responden perempuan yang memiliki beban kerja tinggi dengan akses yang sedang 51,16 kemudian persentase terbesar kedua dimiliki oleh responden perempuan yang memiliki beban kerja tinggi dengan akses terhadap sumber daya rendah 32,56. Keseluruhan perempuan di Desa Blanakan memiliiki beban kerja yang tinggi. Tingginya beban kerja disebabkan oleh tiga peran setiap saat dilakukan oleh perempuan pengolah di Blanakan. Seringkali di saat mengolah mereka terlihat membawa anak-anak ke dalam lingkungan bekerja. Bahkan anak-anak mereka yang masih bayi juga sering terlihat diajak. Perempuan-perempuan ini terlihat mengolah sambil menyusui anak-anak mereka.

7.2.6 Hubungan Beban Kerja dengan Kontrol dalam Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap

Pada Tabel 36 dapat dilihat bahwa kontrol laki-laki terletak dalam kategori sedang. Perbedaannya hanya terlihat bahwa sebesar 87,5 responden laki-laki menganggap beban kerja perempuan sama seperti laki-laki dan sebesar 12,5 responden laki-laki menganggap beban kerja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sebesar 83,72 perempuan menganggap bahwa beban kerja mereka tinggi dan hanya sebesar 16,28 responden perempuan yang menganggap beban kerja mereka sedang, sama seperti laki-laki. Persentase paling besar dimiliki oleh responden perempuan yang memiliki kontrol sedang dengan beban kerja tinggi 58,14 dan diikuti oleh responden yang memiliki beban kerja tinggi dengan kontrol sumber daya rendah 25,58. 80 Tabel 36. Jumlah dan Persentase Beban Kerja Responden terhadap Kontrol Terpilah Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Blanakan, 2010 Kategori Perempuan Laki-laki Beban kerja - kontrol Jumlah Jumlah Rendah - rendah Sedang - rendah 2 4,65 Tinggi - rendah 11 25,58 Rendah - sedang Sedang - sedang 5 11,63 14 87,5 Tinggi - sedang 25 58,14 2 12,5 Rendah - tinggi Sedang - tinggi Tinggi - tinggi Jumlah 43 100 16 100 Pengolahan perikanan tangkap di Desa Blanakan dalam hubungannya pada relasi gender terhadap akses dan kontrol sumber daya dipengaruhi oleh stereotipe dan beban kerja. Marjinalisasi yang tinggi tidak berpengaruh dalam mengakses sumber daya. Hal ini dikarenakan marjinalisasi yang terjadi sudah menempatkan posisi perempuan di dalam satu tahapan aktifitas pengolahan yang sudah memiliki deskripsi kerja serta pengaksesan sumber daya tersendiri. Stereotipe dan beban kerja berpengaruh terhadap relasi gender dalam pengaksesan sumber daya. Stereotipe menyebabkan perempuan ditempatkan pada tahapan proses pengolahan yang merupakan pekerjaan paling sederhana dan dibutuhkan keterampilan wanita di dalamnya. Hal ini yang menyebabkan pengaruh terhadap pengaksesan upah oleh perempuan. Stereotipe di Desa Blanakan yang menganggap “perempuan bukan individu yang dapat dipercaya dalam proses peminjaman uang” menyebabkan pengolah perempuan tidak dapat mengakses fasilitas kredit dari pemilik usaha. Beban kerja berpengaruh terhadap upah yang diberikan oleh pemilik. Dalam proses pengolahan, pengolah laki-laki terlibat dalam tahapan aktifitas pengolahan dibandingkan pengolah perempuan. Kurang terlibatnya perempuan dalam tahapan-tahapan pengolahan yang lainnya disebabkan oleh beban kerja reproduktif yang masih menjadi tanggungjawab 81 penuh perempuan, sehingga perempuan tidak memiliki waktu yang sama banyaknya dengan laki-laki untuk mengolah. Tabel 37. Nilai Korelasi Rank Spearman antara Manifestasi Ketidakadilan Gender dengan Relasi Gender dalam Usaha No Manifestasi Ketidakadilan Gender Relasi Gender Akses Kontrol 1 Stereotipe 0,00102 0,629315 2 Marjinalisasi 0, 904768 0, 186969 3 Beban Kerja 0, 006902 0, 39824 Keterangan: berhubungan nyata pada taraf p 0,05 Hasil pengujian pada Tabel 37 menunjukkan terdapat dua variabel yang memiliki hubungan signifikan, yaitu hubungan antara stereotipe dengan akses terhadap sumber daya serta beban kerja terhadap akses sumber daya. Masing- masing memiliki memiliki korelasi 0,416933 dan 0,348086 yang berarti korelasi antara keduanya kurang erat. Manifestasi ketidakadilan gender terbukti tidak berpengaruh dalam kontrol sumber daya dalam pengolahan. Pengontrolan sumber daya sepenuhnya dimiliki oleh pemilik usaha pengolahan. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis kedua “Terdapat hubungan yang nyata antara manifestasi ketidakadilan gender dengan relasi gender pada pengolahan hasil perikanan tangkap” hanya terbukti sebagian.

7.3 Lembaga Terkait dan Hubungannya dengan Akses dan Kontrol