Potensi Hasil Perikanan Tangkap di Desa Blanakan Informasi Umum Keragaan Usaha

38

4.2 Profil Usaha Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap

Profil usaha hasil perikanan tangkap di Desa Blanakan dijelaskan melalui dua hal, yaitu: potensi hasil perikanan tangkap di Desa Blanakan serta keragaan usaha pengolahan perikanan yang terdapat di desa tersebut.

4.2.1 Potensi Hasil Perikanan Tangkap di Desa Blanakan

Desa Blanakan merupakan salah satu daerah penghasil perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Subang. Daerah ini juga sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor perikanan tangkap, karena merupakan TPI terbesar di daerah Subang. Hal ini menyebabkan terdapat beberapa usaha pengolahan perikanan tangkap di Desa Blanakan karena dekatnya dalam mengakses sumber daya ikan. Dari jumlah nilai produksi perikanan selama tahun 2009 didapat sebesar Rp18.224.069.500,- yang telah dihasilkan oleh Desa Blanakan. Terdapat sebanyak 194 rumah tangga perikanan dengan jumlah anggota perikanan sebanyak 402 orang. Terdapat dua jenis ikan yang dihasilkan di Desa Blanakan, ikan berdaya jual rendah dan ikan berdaya jual tinggi. Ikan yang berdaya jual tinggi biasanya langsung diambil oleh nelayan bakul kecil yang kemudian akan menjualnya langsung kepada pedagang. Ikan yang berdaya jual rendah selanjutnya akan dibeli oleh nelayan bakul besar dan kemudian diolah dulu sebelum akhirnya langsung dijual ke konsumen atau dijual ke pabrik dalam bentuk setengah jadi. Hal ini serupa dengan rantai penjualan hasil produksi perikanan yang terdapat pada nelayan di Muarareja, dimana ikan-ikan setelah sampai di darat dittampung oleh pembakul kecil dan pembakul besar Depdikbud, 1995.

4.2.2 Informasi Umum Keragaan Usaha

Status kepemilikan dalam usaha pengolahan secara umum dimiliki oleh laki-laki, karena sebagian besar rumahtangga dikepalai oleh laki-laki. Sedangkan pekerja pengolah sebagian besar adalah perempuan yang membantu suaminya untuk mendapatkan nafkah tambahan. Kegiatan dalam usaha ini dilakukan setiap harinya tanpa ada hari libur, kecuali Lebaran. Pekerjaan dilakukan bervariasi 39 setiap orangnya, tergantung seberapa banyak ikan yang dikerjakan. Rata-rata pekerjaan dilakukan dari pukul 05.00-15.00 WIB. Lokasi usaha pada umumnya bertempat di rumah pemilik, meskipun ada beberapa usaha pengolahan yang bertempat di wilayah terpisah dari tempat tinggal pemilik. Namun pada umumnya lokasi pengolahan terpusat di RT sekitar pelelangan ikan. Pengolahan yang terdapat pada Desa Blanakan adalah pengasinan, fillet ikan, tepung ikan, serta nugget ikan. Semua kegiatan pengolahan melibatkan perempuan di dalamnya, kecuali pada pengolahan tepung ikan yang semua pekerjanya adalah laki-laki. Para perempuan umumnya bekerja dalam pembersihan dan pemotongan ikan, sementara laki-laki lebih berperan dalam aktifitas yang lebih menuntut kekuatan fisik. Jumlah pekerja laki-laki dan perempuan tidak seimbang di setiap pengolahan. Jumlah perempuan selalu lebih banyak daripada laki-laki, namun terdapat perbedaan upah antara keduanya. Pekerja laki-laki umumnya memiliki upah lebih besar daripada perempuan dan merupakan pekerja tetap. Biaya produksi yang digunakan dalam usaha pengolahan perikanan sebagian besar merupakan biaya variabel tidak tetap karena diproduksi berdasarkan ketersediaan bahan baku ikan yang tergantung oleh musim. Biaya variabel dialokasikan untuk biaya bahan baku, upah buruh, biaya transportasi, biaya penunjang produksi seperti air dan listrik. Semua biaya tersebut dimasukkan ke dalam biaya variabel, karena semuanya terpengaruh oleh ketersediaan bahan baku yang ada. Untuk fillet ikan, biaya yang dibutuhkan tidak sebanyak dengan proses produksi olahan lain. Hal ini dikarenakan dari saat menjadi bahan mentah, ikan hanya perlu dibersihkan dan kemudian difillet setelahnya langsung dijual. Penggunaan tenaga kerja tergantung dari bahan baku yang tersedia. Tenaga kerja perempuan biasanya hanya bekerja dalam pemfilletan, penyisikan, dan pemotongan kepala ikan. Untuk tiap kilogram ikan yang mereka kerjakan, mereka diberikan upah Rp1000,- untuk fillet ikan sedangkan untuk potong kepala dan penyisikan sebesar Rp400,- sampai Rp500,-. Pekerja pengolah ikan di Desa Blanakan merupakan buruh tidak tetap. Tergantung seberapa cepat mereka datang ke tempat pengolahan untuk mengambil ikan yang akan diolah. Seringkali terjadi keterlambatan untuk mengambil jatah olahan ikan, menyebabkan mereka tidak 40 bekerja pada hari itu. Terkadang terjadi rebutan ikan apabila sedang dalam masa paceklik. Karena sangat tergantung dengan ketersediaan bahan baku, menyebabkan upah dan jam kerja buruh pengolahan perikanan sangat dinamis. Pada satu hari mereka sanggup mendapat upah yang banyak, pada hari berikutnya mereka bisa saja tidak mendapat upah sama sekali karena tidak bekerja. Untuk buruh perempuan, perharinya dapat menghasilkan Rp30.000,- sampai Rp75.000,- setara dengan sekitar 60kg sampai 150 kg ikan. Sedangkan untuk buruh laki- laki tidak dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Mereka mendapatkan upah tetap Rp50.000,- hari. Secara umum setiap usaha pengolahan memiliki sekitar enam orang pekerja tetap laki-laki. Pada pengolahan tepung ikan, seluruh pekerjanya adalah laki-laki berjumlah enam orang. Memiliki upah Rp1.000.000,- setiap bulan, kecuali untuk mandor perbulan memiliki upah Rp2.000.000,-bulan.

BAB V PROFIL GENDER DALAM PENGOLAHAN DAN

RUMAHTANGGA PENGOLAH HASIL PERIKANAN TANGKAP