Profil Gender dalam Kegiatan Pengolahan Pengasinan

5.1 Profil Gender dalam Kegiatan Pengolahan

Profil gender dalam kegiatan pengolahan dapat menjadi tiga bagian aktifitas, yaitu: aktifitas pra produksi, proses pengolahan, dan penanganan hasil. Aktifitas kegiatan pengolahan perikanan di Desa Blanakan terbagi menjadi 4 jenis kegiatan, yaitu kegiatan pengasinan, fillet ikan, nugget ikan, dan tepung ikan.

5.1.1 Profil Gender dalam Kegiatan Pengolahan Pengasinan

Dapat dilihat pada Tabel 6, bahwa terdapat pembagian peran antara pengolah laki-laki dan perempuan. Jika diperhatikan, laki-laki lebih banyak melakukan kegiatan dibandingkan perempuan. Kenyataan ini justru tidak sejalan dengan kajian-kajian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pengolahan perikanan tangkap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan nelayan Safitri dan Ratna, 2003. Laki-laki terlibat dalam tiap tahapan aktifitas dalam pengasinan ikan. Hanya laki-laki yang terlibat dalam proses pra produksi. Terlihat keterlibatan laki-laki dalam kegiatan pengangkutan ikan ke tempat olahan. Pengangkutan ini dilakukan oleh penarik becak dari tempat pelelangan ikan sampai ke tempat olahan. Tarif yang dikenakan untuk sekali pengangkutan adalah Rp10.000,- dengan muatan 15 bakul. Setelah sampai di tempat pengolahan, ikan-ikan tersebut dibagi-bagi setiap bakulnya kepada pengolah-pengolah perempuan. Pengolah perempuan kemudian mengambil bakul jatahnya, kemudian ikan dibersihkan terlebih dahulu untuk kemudian dipotong kepala dan dibelah. Para pengolah menyebut aktifitas ini sebagai kegiatan “gesek ikan” atau “PK”. Setelah aktifitas menggesek ikan selesai, para perempuan diperbolehkan untuk pulang meninggalkan tempat mengolah setelah sebelumnya membersihkan limbah bekas gesek ikan. Ikan-ikan tersebut kemudian diasinkan dengan cara dimasak di dalam air garam. Aktifitas ini dilakukan oleh para pengolah laki-laki. Argumen dari para pengolah mengapa aktifitas ini dilakukan oleh pengolah laki-laki adalah aktifitas ini merupakan aktifitas yang membutuhkan tenaga besar sehingga pengolah perempuan tidak akan mampu mengerjakannya. Selanjutnya, setelah ikan dimasukkan ke dalam air garam, ikan dijemur. Kegiatan ini dilakukan oleh 41 42 pengolah laki-laki juga. Penjemuran biasanya dilakukan semalam. Setelah selesai menjemur, para pengolah laki-laki biasanya membersihkan limbah-limbah sisa yang telah dikumpulkan olah para pengolah perempuan. Limbah-limbah tersebut kemudian dibungkus oleh para pengolah laki-laki untuk dijual kepada pemilik pabrik tepung ikan atau pakan ternak. Saat aktifitas menjemur, tidak jarang para perempuan terlihat juga ikut membantu para pengolah laki-laki untuk menjemur. Biasanya para perempuan yang membantu adalah perempuan yang memiliki suami yang bekerja dalam satu tempat pengolahan. Keesokan harinya, sebelum kegiatan menggesek ikan dilakukan lagi oleh para pengolah perempuan, maka para pengolah tersebut melakukan kegiatan mengangkat ikan yang telah dijemur. Aktifitas ini dilakukan oleh para perempuan selagi menunggu ikan-ikan yang akan diolah datang dari tempat pengolahan. Para perempuan ini biasanya memulai aktifitas di tempat pengolahan sekitar pukul 05.00 WIB. Setelah ikan-ikan tersebut diangkat, maka selanjutnya para pengolah laki-laki membungkus ikan-ikan asin tersebut ke dalam karung. Para pengolah laki-laki biasanya memulai aktifitas mereka pada pukul 08.00 WIB. Melalui penghitungan jam kerja secara garis besar, maka para pengolah perempuan bekerja dalam sektor pengolahan pengasinan sekitar 10 jam, yakni dari pukul 05.00 WIB sampai 15.00 WIB. Tidak semua waktu mereka alokasikan untuk bekerja. Pengolah-pengolah perempuan seringkali terlihat sambil mengasuh anak atau tak jarang pulang ke rumah mereka masing-masing di sela-sela pekerjaan. Para pengolah laki-laki memiliki waktu kerja sekitar 9 jam, yakni dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB. Namun waktu kerja tersebut tergantung kepada ketersediaan ikan untuk diolah. Saat musim paceklik, para pengolah bekerja bekerja dengan waktu lebih cepat. Ketika musim panen, tak jarang mereka bekerja hingga malam, melebihi waktu kerja mereka sewajarnya. Terlihat pembedaan pemberian upah yang dilakukan antara pekerja perempuan dan laki-laki. Pekerja laki-laki pada sektor pengolahan pangasinan merupakan buruh tetap yang setiap harinya diupah Rp 50.000,- dan pengolah perempuan adalah buruh harian tidak tetap yang pemberian upahnya didasari oleh banyaknya ikan yang mereka olah. Pada sektor pengasinan ini, ikan-ikan hanya disisik dan dipotong kepalanya atau biasa disebut PK potong kepala. Untuk 43 setiap kilogram ikan yang diPK oleh pengolah perempuan diupah Rp 400,- sampai Rp 500,-. Saat musim panen, pengolah-pengolah perempuan ini dapat melakukan PK hingga 1,5 kuintal ikan. Saat musim paceklik, ikan yang dapat mereka olah paling banyak berkisar 60 kg atau bahkan lebih sedikit. Hal ini menyebabkan upah yang diterima oleh pengolah perempuan sangat dinamis, bergantung pada ketersediaan bahan baku. Tabel 6. Profil Aktifitas Kegiatan Pengolahan di Sektor Pengasinan Berdasarkan Jenis Kelamin Aktifitas Laki- laki Perempuan Bersama Pra produksi Pembelian ikan ke pelelangan - - - Pengangkutan ikan ke tempat olahan 9 Pengolahan Hasil Perikanan Tangkap Pembersihan ikan 9 Pemotongan kepala ikan dan pembelahan 9 Penggaraman 9 Penjemuran 9 Pengangkatan setelah kering 9 Penanganan Hasil Pembungkusan hasil olahan 9 Pengangkutan hasil ke tempat penjualan 9 Penangan limbah 9

5.1.2 Profil Gender dalam Kegiatan Pengolahan Fillet Ikan