14 laut tanpa penyaringan terlebih dahulu. Padahal wilayah pesisir yang tercemar
mengakibatkan penurunan produktivitas perikanan yang akan berdampak pada pengolahan hasil perikanan perempuan-perempuan nelayan Blanakan, yang secara
langsung mengakibatkan turunnya tingkat ekonomi nelayan. c.
Perhatian pihak-pihak terkait Alternatif pemberdayaan dan campurtangan pihak-pihak terkait seringkali
tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat nelayan pada umumnya dan perempuan nelayan khususnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyono et al. 2001 terhadap nelayan yang terdapat di Cirebon, maka seharusnya alternatif pemberdayaan nelayan adalah, sebagai berikut:
1 Adanya keberadaan lembaga yang menggantikan tengkulak,
dengan didirikannya bank rakyat yang dapat memberikan kredit sesuai dengan kemampuan nelayan yang memiliki siklus
pendapatan yang tidak pasti. 2
Mengembangkan kepemilikan alat tangkap secara kolektif. 3
Meningkatkan peran KUD dan TPI. 4
Adanya aturan tertulis tentang bagi hasil dan pengupahan nelayan maupun pengolah.
5 Meningkatkan pengolahan pasca panen dan diversifikasi usaha
perikanan.
2.4 Teori Gender
Teori gender adalah teori-teori yang dipakai dalam menganalisis kajian- kajian gender yang ada. Terdapat tiga jenis teori gender yang dipakai sebagai alat
analisa dalam penelitian ini, yaitu:pendekatan kajian gender GAD, analisis gender, dan bentuk-bentuk manifestasi ketidakadilan gender.
2.4.1 Pendekatan Kajian Gender And Development GAD dalam
Pembangunan
Pendekatan GAD lebih menekankan pada orientasi hubungan sosial atau lebih menekankan pada bagaimana hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan dalam proses pembangunan. GAD muncul dari teori bahwa sektor
15 produksi dan reproduksi merupakan penyebab penindasan terhadap kaum
perempuan. Pandangan bahwa perempuan cenderung diartikan pada peran domestik, bukan pada sektor publik mengakibatkan ditempatkannya perempuan
pada posisi yang termarjinalkan. Agar mengetahui posisi perempuan dalam masyarakat maka perlu ditinjau kondisi sosial ekonomi, politik, dan budaya.
Pendekatan holistik dipakai untuk memahami posisi perempuan dalam suatu masyarakat termasuk di dalamnya dalam proses pembangunan.
Pada pendekatan GAD perempuan berada dalam posisi “agent of change” atau berperan aktif sebagai agen perubahan. Tidak sekedar hanya sebagai objek
pembangunan atau penerima program secara pasif. Program pembangunan ini memfokuskan pada relasi gender, ketimbang memfokuskan pada kaum
perempuan saja. Pendekatan GAD secara implementatif cenderung mengarah pada adanya komitmen pada perubahan struktural. Oleh sebab itulah pelaksanaan
GAD memerlukan dukungan sosio-budaya masyarakat dalam politik nasional yang menempatkan perempuan sejajar dengan laki-laki. Penekanan strategis
diperluas untuk mencakup hak-hak perempuan, peranan perempuan sebagai peserta aktif dan pelaku dalam pembangunan. GAD mengakui bahwa peningkatan
status perempuan memerlukan analisis mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan, maupun menyamakan pendapat dan kerjasama laki-laki Moser,
1993.
2.4.2 Analisis Gender
Analisis gender merupakan proses mengeksplorasi secara sistematis dan praktis peran dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki. Analisis gender
juga dapat diartikan sebagai analisis sosial meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari
segi kondisi situasi dan kedudukan posisi di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat Hasanudin, 2009. Analisis difokuskan pada perbedaan akses
dan kontrol antara laki-laki dan perempuan terhadap kegiatan sumber daya dan mafaat pembangunan. Analisis itu juga dilakukan terhadap hal-hal yang
melatarbelakangi ketidakadilan baik terhadap perempuan maupun laki-laki di berbagai bidang termasuk perbedaan dampak suatu kebijakan atau proyek pada
16 perempuan dan laki-laki. Selain itu, analisis gender harus menjadi komponen
penting dari sejak awal hingga akhir suatu program. Adapun tujuan dari analisis gender adalah mencapai keadilan, bukan kesetaraan. Keadilan gender adalah
mempertimbangkan perbedaan kehidupan perempuan dan laki-laki serta mengakui perlunya perbedaan pendekatan untuk menghasilkan keadilan bagi perempuan dan
laki-laki. Sedangkan, kesetaraan adalah anggapan bahwa laki-laki dan perempuan harus mendapat perlakuan sama. Anggapan ini telah gagal mengenali bahwa
perlakuan sama tidak menghasilkan keadilan, karena perempuan dan laki-laki berbeda pengalaman hidupnya. Terdapat beragam kerangka kerja analisis gender,
diantaranya kerangka kerja analisis Harvard, Moser, Longwe, dan Naila Kabeer. Kerangka kerja analisis Harvard merupakan salah satu kerangka analisis
dan perencanaan gender yang pertama. Ini dirancang untuk memetakan perbedaan akses dan kontrol antara perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya dalam
satu program pembangunan. Matriks pengumpulan data dengan menggunakan analisis Harvard di tingkat mikro masyarakat dan rumah tangga memiliki tiga
komponen pokok yaitu: profil aktifitas, profil akses dan kontrol, analisis faktor pengaruh Musridin et al. 2008. Kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk
perencanaan proyek daripada perencanaan program dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data dasar. Sifatnya praktis dan mudah diadaptasi sesuai dengan
situasi sehingga dapat digunakan sebagai pintu masuk netral saat mengangkat isu pada kelompok resistan. Informasi yang dipaparkan pada kerangka Harvard
semuanya berdasar fakta dan tidak mengancam.
2.4.3 Bentuk-bentuk Manifestasi Ketidakadilan Gender