Pola Pengambilan Keputusan PROFIL GENDER DALAM PENGOLAHAN DAN

48 pengajian untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Sebanyak 30 suami mengaku bahwa mereka aktif mengikuti kegiatan mengaji di Desa Blanakan dan sebanyak 35 istri mengaku mereka mengikuti pengajian ibu-ibu di sekitar RT. Baik suami maupun istri yang tidak mengikuti pengajian dikarenakan mereka kurang memiliki waktu untuk aktifitas-aktifitas tambahan. Sebanyak 20 istri mengikuti arisan yang diadakan di sekitar desa. Para istri yang tidak mengikuti arisan mengaku bahwa alokasi pengeluaran mereka tidak ada untuk kegiatan arisan karena masih terbatas. Terkadang di Desa Blanakan dilakukan aktifitas rapat desa, namun tidak semua masyarakat berpartisipasi dalam rapat di desa. Sebanyak 40 orang suami mengaku mengikuti segala jenis kegiatan rapat yang ada di Desa dan sebanyak 18 orang istri juga mengikuti kegiatan rapat. Suami yang tidak mengikuti kegiatan rapat dikarenakan sebagian mereka masih muda dan tidak menganggap begitu penting aktifitas rapat desa. Sementara itu para istri yang tidak mengikuti kegiatan rapat karena mereka menganggap aktifitas rapat lebih baik diikuti oleh para suami mereka. Terkadang ada sebagian suami yang tidak mengizinkan istri mereka mengikuti kegiatan rapat, karena menurut para suami tugas istri lebih kepada aktifitas di dalam rumah. Tabel 10. Pembagian Kerja pada 59 Rumahtangga Pengolah Perikanan Tangkap di Desa Blanakan, 2010 Aktifitas Laki-laki Perempuan jumlah persentase jumlah persentase Reproduktif Menyiapkan makanan 59 100 Mencuci pakaian atau piring 59 100 Menyetrika pakaian 59 100 Mengasuh anak 59 100 Membersihkan rumah 59 100 Belanja kebutuhan rumah tangga 59 100 Sosial Gotong royong di desa 59 100 27 45,76 Pengajian 30 50,85 35 59,32 Arisan 0 20 33,90 Rapat di desa 40 67,79 18 30,51 Ronda malam

7.3 Pola Pengambilan Keputusan

49 Dapat dilihat pada Tabel 11, bahwa pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga, hampir semua bidang pola keputusan dimiliki oleh istri. Hanya untuk pendidikan dan perumahan yang tampak ada peranan suami di dalamnya. Sebanyak 16,92 suami menentukan sendiri lokasi perumahan tanpa pendapat istri. Sebanyak 32,20 perumahan ditentukan secara bersama-sama setara, dan 33,89 penentuan perumahan dilakukan bersama dengan dominasi suami. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa pasangan yang memang sudah ada tempat tinggal dari sebelum menikah. Sementara itu pada pola keputusan untuk pemenuhuan kebutuhan pendidikan anak, sebesar 50,84 dilakukan bersama dengan setara dan sebanyak 49,15 dilakukan bersama dengan dominasi istri. Saat ditanya mengapa lebih didominasi oleh istri, responden menjawab bahwa istri lebih mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan anak-anak dibanding dengan suami. Pengambilan keputusan dalam bidang pembentukan rumahtangga didominasi oleh istri. Terlihat pada bidang-bidang yang berkaitan dengan anak dilakukan oleh istri, seperti: penentuan jumlah anak, penentuan disiplin anak, dan pembagian tugas untuk anak. Telah ditanyakan juga kepada responden bahwa sosok yang lebih dekat kepad anak-anaknya ternyata adalah sosok ibu. Ibu menjadi sosok paling dekat sekaligus sosok yang paling sering menegur. Dapat disimpulkan bahwa peran istri sangat dominan di dalam hal-hal reproduktif. Untuk penentuan mengikuti KB juga dapat dilihat bahwa terdapat 33,89 istri memutuskan untuk menentukan dan mengikuti program KB sendiri tanpa keterlibatan suami. Persentase paling tinggi ternyata tetap didominasi oleh keputusan istri, yaitu sebanyak 42,37 penentuan program KB dilakukan bersama namun dengan dominasi istri. Keputusan suami terlihat hanya pada kegiatan-kegiatan desa yang melibatkan seluruh masyarakat secara bersama-sama, seperti gotong royong dan rapat desa. Pada kegiatan rapat desa dan gotong royong, masih terlihat sebanyak 16,94 dan 16,95 pasangan yang diputuskan oleh suami sendiri keterlibatannya dalam kegiatan tersebut. Alasan para suami menentukan keputusan sendiri karena mereka tidak mengizinkan para istri untuk terlalu terlibat dalam acara-acara sosial yang melibatkan banyak orang. Sementara untuk kegiatan selamatan dan arisan, semua keputusannya dilakukan oleh istri sendiri. Menurut para suami, arisan dan 50 selamatan adalah kegiatan yang sangat perempuan, sehingga laki-laki tidak perlu ikut campur memutuskan acara-acara seperti itu. Untuk kegiatan pengajian, suami dan istri bersama-sama memutuskan mengikuti pengajian atau tidak. Sementara itu tidak ada satupun kegiatan ronda malam di Desa Blanakan. Tabel 11. Persentase Pola Pengambilan Keputusan pada 59 Rumahtangga Pengolah Perikanan Tangkap di Desa Blanakan, 2010 Bidang pengambilan keputusan Suami sendiri Istri sendiri Bersama setara Bersama dominasi suami Bersama dominasi istri Pemenuhan kebutuhan RT Makanan 100 Perumahan 16,92 32,20 33,89 Pembelian pakaian 100 Pendidikan 50,84 49,15 Kesehatan 100 Pembelian alat RT 100 Pembentukan RT Jumlah anak 100 Disiplin anak 100 Pembagian tugas untuk anak 100 Penentuan jenis, jarak, tempat pendidikan 50,84 49,15 Menentukan dan mengikuti KB 33,89 23,72 42,37 Kegiatan kemasyarakatan Selamatan 100 Gotong royong 16,94 50,84 32,20 Pengajian 100 Arisan 33,90 Rapat desa 16,95 67,80 13,56 Ronda malam - - - - - BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG DIDUGA MEMPENGARUHI RELASI GENDER DALAM PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TANGKAP Bab ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi relasi gender dalam pengolahan hasil perikanan tangkap. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi relasi gender tersebut, yaitu: faktor individu, faktor manifestasi ketidakadilan gender, dan faktor lembaga pendukung usaha. Selanjutnya faktor- faktor tersebut akan terbagi lagi menjadi beberapa subfaktor.

6.1 Faktor Individu