Laju Degradasi dan Depresiasi Sumberdaya Ikan Kurisi
sebagai solusi dari permasalahan perikanan di perairan utara Blanakan, Subang. Sehubungan dengan hal itu, dengan berdasar pada hasil penelitian ini, berikut
beberapa rekomendasi alternatif kebijakan yang diajukan, yaitu: 1 Membuat dan menetapkan regulasi tentang pemanfaatan sumberdaya
perikanan kembung banjar dan kurisi khususnya di perairan Utara Blanakan, Subang yang meliputi tingkat upaya optimal, volume produksi
optimal, dengan mengacu pada pendekatan optimal dinamik, 2 Membuat regulasi pengurangan jumlah upaya trip dan alat tangkap
berdasarkan model optimal dinamik sebesar 558 triptahun untuk ikan kembung banjar dan 131 triptahun untuk ikan kurisi. Kebijakan ini
bertujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dari upaya yang berlebihan dan juga alat tangkap yang bersifat destruktif.
3 Menetapkan kuota atas produksi yakni sebesar 38 tontahun untuk ikan kembung banjar dan 5 ton untuk ikan kurisi. Kebijakan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya
biological dan
economical overfishing
, dan
implikasinya akan
menurunkan suplai
di pasar,
sehingga dapat
meningkatkan harga ikan. 4 Membuat atau mengaktifkan daerah-daerah perlindungan laut marine
protected areas . Hal ini untuk membantu keberhasilan pengelolaan
perikanan berbasis
lingkungan. Diharapkan
dari adanya
daerah perlindungan laut dari penangkapan partial no-take zones maka
diharapkan populasi ikan akan pulih. 5 Menetapkan jadwal penangkapan ini. kebijakan ini bertujuan untuk
efesiensi pengelolaan perikanan dengan pengurangan upaya trip melaut agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
6 Melakukan monitoring, controlling, dan law enforcement penegakan hukum, kebijakan ini bertujuan untuk agar produksi aktual yang
dihasilkan tidak melebihi kapasitas produksi optimal, juga untuk meminimalkan praktek pencurian ikan illegal fishing.
7 Mengupayakan pengembangan difersifikasi pengolahan hasil perikanan di hilir dengan adanya industri pengolahan perikanan, sehingga diharapkan
dapat mengurangi jumlah populasi nelayan yang menangkap ikan sebagian
terutama nelayan pesisir untuk alternatif pekerjaan, meningkatkan hasil perikanan, dan mengurangi konflik di laut.
Pelengkap dan penyempurna kebijakan tersebut di atas adalah human development
dan human awareness, mengingat manusia adalah pelaku utama dalam aktifitas pemanfaatan sumberdaya perikanan, maka kebijakan sebagus
apapun seringkali mentah di lapangan, dan tidak berdampak sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan tanpa dukungan dari para pelaku utama kebijakan itu
sendiri. Oleh karena itu kebijakan ini ditujukan bagi peningkatan kualitas dan profesionalitas pemegang kebijakan, dan juga bagi para nelayan dalam bentuk
memberikan penyadaran, sosialisasi, pemahaman, dan rasa memiliki serta tanggung jawan akan pentingnya pembangunan perikanan yang berkelanjutan
bagi kehidupan.