Waktu dan Lokasi Penelitian Analisis Surplus Produksi

ܺ ொ௒ = ௄ ଶ ቂ1 + ௖ ௣௤௄ ቃ 3.22 Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan E MSY dan X MEY ke dalam persamaan 3.15 maka akan diperoleh nilai h MEY sebagai berikut: ℎ ொ௒ = ௥௄ ସ ቂ1 + ௖ ௣௤௄ ቃ ቂ1 − ௖ ௣௤௄ ቃ 3.23 Tingkat upaya dalam kondisi open access dapat dilakukan dengan menghitung rente ekonomi yang hilang, dimana  = 0, maka: ܺ ை஺ = ௖ ௣௤ 3.24 Nilai produksi optimal pada kondisi open access h OA dapat ditentukan dengan cara mensubstitusikan persamaan 3.24 ke dalam persamaan 3.14: ℎ ை஺ = ௥௖ ௣௤ ቂ1 − ௖ ௄௣௤ ቃ 3.25 Sedangkan tingkat upaya optimal E OA pada kondisi open access ditentukan berdasarkan fungsi upaya ܧ = ௛ ௤௫ dari persamaan 3.15, yaitu: ܧ ை஺ = ௥ ௤ ቂ1 − ௖ ௄௣௤ ቃ 3.26

3.7 Analisis Model Optimasi Dinamik

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan dengan menggunakan model dinamik ditulis dalam bentuk fungsi kontinyu sebagai berikut: ݉ܽݔߨݐ = ∫ ߨݔݐ, ℎݐ݁ ିడ௧ ݀ݐ ~ ௧ୀ଴ 3.27 dengan kendala: డ௫ డ௧ = ݔ = ܨ൫ݔݐ൯ − ℎݐ, ݀݁݊݃ܽ݊0 ≤ ℎ ≤ ℎ ௠௔௫ Dengan menggunakan teknik Hamiltonian, maka model kontinyu di atas menghasilkan Golden Rule untuk pengelolaan sumberdaya ikan yang secara matematis ditulis sebagai berikut Fauzi 2010: డி డ௫ + డగడ௫ డగడ௛ = ߜ 3.28 dan F x = h 3.29 dimana, డగ డ௫ adalah rente marjinal akibat perubahan biomass, ∂π∂h adalah rente marjinal akibat perubahan tangkap panen, ∂F∂x produktivitas dari biomass. Dan menyatakan fungsi rente sumberdaya sebagai berikut: ߨݔ, ℎ = ݌ℎ − ܿ ௛ ௤௫ = ቂ݌ − ௖ ௤௫ ቃ ℎ Dengan fungsi pertumbuhan sebagaimana pada persamaan 3.28, maka dengan melakukan penurunan sesuai kaidah pada persamaan 3.29 menghasilkan: డி డ௫ = ݎ ቂ1 − ଶ௫ ௄ ቃ 3.30 డగ డ௫ = ௖௛ ௤௫ మ 3.31 డగ డ௛ = ቂ݌ − ௖ ௤௫ ቃ 3.32 Dengan mensubstitusikan persamaan-persamaan 3.30, 3.31, 3.32 ke dalam persamaan 3.28, maka diperoleh: ℎ ● = ௫ ௖ ݌ݍݔ − ܿ ቂ߲ − ݎ ቀ1 − ଶ௫ ௄ ቁቃ 3.33 Kemudian persamaan 2.3, dan 2.27 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.32 sehingga menghasilkan solusi untuk nilai stok ikan optimal, yaitu: ݔ ● = ቈቀ ௖ ௄௣௤ + 1 − ఋ ௥ ቁ + ටቀ ௖ ௄௣௤ + 1 − ఋ ௥ ቁ ଶ + ଼௖డ ௄௣௤௥ ቉ 3.34 Dengan diketahuinya nilai stok dan produksi optimal, maka nilai upaya optimal dapat diketahui dengan formula sebagai berikut: ܧ ● = ௛ ● ௤௫ ● 3.35

3.8 Estimasi Parameter Biologi

Estimasi parameter biologi dari model surplus produksi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Algoritma Fox, secara matematis ditulis sebagai berikut: ݖ = ቂቀ− ఈ ఉ ቁ − ቀ ௎ ೟ ା௎ ೟శభ ଶ ቁቃ 3.36 ݔ = ቂቀ ௭ ௎ ೟ ቁ + ቀ ଵ ఉ ቁቃ 3.37 ݕ = ቂቀ ௭ ௎ ೟శభ ቁ + ቀ ଵ ఉ ቁቃ 3.38 Adapun besaran koefisien r, q, dan K dalam model Algoritma Fox diperoleh dengan cara sebagai berikut: ݍ = ቂ∏ ݈݊ ቀ ௫ ௬ ൗ ௭ ቁ ௡ ௧ୀ௜ ቃ ଵ ௧ ൗ 3.39 ݎ = ௞௤ మ ఉ 3.40 ݇ = ఈ ௤ 3.41

3.9 Analisis Laju Degradasi

Degradasi dapat diartikan sebagai tingkat atau laju penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable resources. Kondisi ini dapat terjadi karena pengaruh kondisi alam maupun karena pengaruh aktivitas manusia. Degradasi sumberdaya alam dapat dihitung berdasarkan Anna S 2003: ∅ܦܩ = ଵ ଵାா௑௉ ೓ഃ ೓బ 3.42 dimana: ∅ܦܩ = Laju Degaradasi ℎ ఋ = Produksi lestari pada periode t ℎ ଴ = Produksi Aktual pada periode t Analisis depresiasi sumberdaya ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari pemanfaatan sumberdaya alam, atau dengan kata lain depresiasi merupakan pengukuran degradasi yang dirupiahkan. Menurut Anna 2003 formula pengukuran depresiasi dinotasikan sebagai berikut: ∅ܦܲ = ଵ ଵାா௑௉ ഏഃ ഏబ 3.43 dimana: ∅ܲܩ = Laju Degaradasi ߨ ఋ = Produksi lestari pada periode t ߨ ଴ = Produksi Aktual pada periode t 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis, Luas wilayah, dan Administrasi Pemerintahan

Secara geografis Kabupaten Subang terletak disebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 o 31 ’ – 107 o 54 ’ Bujur Timur, dan 6 o 11 ’ – 6 o 30 ’ Lintang Selatan. Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Subang adalah sebagai berikut: 1 Sebelah Utara : Laut Jawa 2 Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung 3 Sebelah Timur : Kabupaten Indramayu dan Sumedang 4 Sebelah Barat : Kabupaten Purwakarta dan Karawang Luas wilayah Subang adalah 205.176,95 ha 5,39 dari luas Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian 1500 meter diatas permukaan air laut. Berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1999 wilayah administrasi Kabupaten Subang terbagi atas 30 kecamatan, 243 desa, dan 8 kelurahan. Dari 30 kecamatan tersebut hanya 4 kecamatan yang merupakan kecamatan yang berada diwilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai kurang lebih 68 km, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legon Kulon, dan Kecamatan Pusakanegara. Sedangkan kecamatan lainnya berada di daerahn pengunungan atau dataran tinggi. Luas wilayah Kecamatan Blanakan adalah 85,81 km 2 dan terdiri atas Sembilan desa. Diantara desa-desa tersebut yang berada di bawah naungan Kecamatan Blanakan, yaitu Desa Cilamaya Hilir, Desa Rawameneng, Desa Jayamukti, Desa Blanakan, Desa Lengensari, Desa Muara, dan Desa Tanjung Tiga. Desa Blanakan merupakan salah satu desa pesisir yang berada di Kecamatan Blanakan. Secara geografis, Desa Blanakan terletak pada 107 o 30 ’ – 107 o 53 ’ Bujur Timur dan 6 o 10 ’ – 6 o 22 ’ Lintang selatan. Secara administrasi batas wilayah Desa Blanakan adalah: 1 Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kecamatan Blanakan 2 Sebelah Selatan : Desa Ciasem Baru dan Kecamatan Ciasem 3 Sebelah Timur : Desa Langensari dan Kecamatan Blanakan 4 Sebelah Barat : Desa Jayamukti dan Kecamatan Blanakan Secara umum Desa Blanakan memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.800 mm dan rata-rata jumlah bulan hujan adalah 6 bulan dengan suhu rata-rata harian sebesar 32 o C, dan kelembaban udara desa Blanakan sekitar 32 RH. www.subang.go.id 2008

4.2 Karakteristik Fisik Perairan, Pesisir dan Laut Kabupaten Subang

Perairan pantai Subang terletak di Pantai Utara Jawa yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara. Morfologi dan topografi pantai Blanakan, Subang dicirikan oleh adanya bentuk pantai yang menjorok kea rah daratan berbentuk teluk, seperti pada wilayah pantai Blanakan, maupun yang menjorok ke arah laut berbentuk tanjung, seperti di wilayah Legon Kulon. Beberapa sungai utama yang bermuara ke pantai Utara Subang terdiri dari Sungai Cilamaya, Sungai Blanakan, Sungai Ciasem, Sungai Cileuleu yang membentuk 5 anak sungai, dan sungai Cipunagara. Umumnya sungai-sungai tersebut dimanfaatkan oleh nelayan sebagai jalan keluarmasuk perahu untuk melakukan penangkapan ikan. Sungai Blanakan adalah jalur yang paling ramai sebagai jalan keluarmasuknya kapal penangkap ikan yang berasal dari dalam maupun luar Subang untuk mendaratkan hasil tangkapannya di TPI Blanakan. Umumnya sungai-sungai tersebut mengalami sedimentasi yang cukup tinggi yang tergambar pada tingkat kekeruhan yang relatif tinggi di sepanjang badan sungai dan muaranya. Suhu dan salinitas di wilayah perairan pantai Subang berfluktuasi secara musiman dipengaruhi oleh dinamika perairan Laut Jawa. Secara umum fluktuasi bulanan di Laut Jawa menunjukkan adanya dua puncak maksimum sekitar 28,7 o C dan minimum sekitar 27,5 o C. Puncak maksimum terjadi dalam periode musim peralihan bulan Mei dan November, sedangkan puncak minimum terjadi pada bulan Agustus dan Februari Puncak musim Timur dan musim Barat. Rata- rata salinitas bulanan di perairan Laut Jawa berkisar 31,5‰ - 33,7‰. Salinitas maksimum pertama 33,7‰ dan kedua 33,3‰ terjadi pada bulan September dan November, sedangkan salinitas minimum pertama 31,8‰ dan kedua 31,3‰ terjadi masing-masing pada bulan Februari dan Mei Sari 2010. Berdasarkan penelitian Karopitan et al 2010 suhu permukaan laut jawa memperlihatkan kisaran yang sama untuk musim barat dan musim timur, yaitu berkisar antara 28 – 29 C. Namun kondisi penyebarannya berbeda akibat pengaruh pola arus musiman dalam kaitannya dengan pola angin muson. Pada musim barat, ketika arus bergerak dari Laut Cina Selatan dan memasuki Laut Jawa, maka suhu yang relative dingin dari Laut Cina Selatan terlihat memasuki Laut Jawa. Sebaliknya pada musim timur, arus berbalik keluar dari Laut Jawa menuju Laut Cina Selatan, sehingga arus yang relatif dingin akibat upwelling di sekitar selatan selat makasar terlihat memasuki Laut Jawa. Tren perubahan suhu permukaan laut di Laut Jawa dalam kurun waktu 1999-2008 memperlihat kondisi secara umum naik sekitar 0,025 – 0,05 Ctahun.

4.3 Demografi

Secara demografis Desa Blanakan merupakan desa yang cukup heterogen. Hal tersebut dapat diketahui dengan struktur kependudukannya yang cukup beragam. Menurut pendataan tahun 2009, penduduk desa Blanakan berjumlah 11.399 orang dimana penduduk laki-laki berjumlah 5.862 orang dan penduduk perempuan berjumlah 5.537 orang. Jumlah penduduk desa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 91 jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Blanakan sebesar 12 orangkm dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.433 orang. Agama penduduk Desa Blanakan dominan yaitu islam, sedangkan etnis penduduk setempat cukup heterogen yaitu Jawa, Sunda, Minang, dan Madura. Menurut pendataan penduduk Desa Blanakan tahun 2009, tingkat pendidikan penduduk tergolong rendah. Tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan sebagian besar hanya tamat sekolah dasar SD yakni sebesar 19,7, sedangkan penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi hanya 0,8. Hal ini tentunya akan berkaitan erat dengan pola pikir, pekerjaan, dan pendapatan masyarakat setempat. Dari jumlah kepala keluarga sebesar 3.433 orang pada tahun 2009, sebagian besar penduduk Desa Blanakan tergolong keluarga prasejahtera. Hal ini salah satunya dikarena tingkat pendidikan yang tergolong rendah. Persentase keluarga prasejahtera di Desa Blanakan adalah sebesar 38,5 dari 3.433 kepala keluarga. www.subang.go.id 2008 4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPI Blanakan 4.4.1 Sarana dan Prasarana Pangkalan pendaratan ikan yang ada di Kecamatan Blanakan sampai saat ini ada empat buah, yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya di Desa Cilamaya Girang, PPP Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem, PPI Karya Baru di Desa Rawameneng. Dari keempat PPI yang ada di Kecamatan Blanakan, PPI Blanakan merupakan PPI yang paling ramai dikunjungi baik oleh kapal penangkap ikan, bakul, ataupun pelaku ekonomi lainnya. Hal tersebut dikarenakan PPI Blanakan memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan dengan PPI lainnya, keamanannya terjamin karena tidak ada pungutan-pungutan liar dan pengelola PPI menjalankan proses lelang dengan baik, dan memberikan pelayan yang baik kepada seluruh pelaku ekonomi. Secara umu fasilitas pelabuhan yang ada di PPI Blanakan, dapat digolongkan menjadi: 1 Fasilitas pokok, terdiri dari dermaga dan kolam pelabuhan 2 Fasilitas fungsional, terdiri dari Tempat Pelelangan Ikan TPI, pabrik es, bengkel, galangan kapal, Solar Packed Dealer Nelayan SPDN, tempat pemasaran 3 Fasilitas penunjang, terdiri dari MCK, kantin, pertokoanpujasera, perumahan nelayan, tempat ibadah musholah, parker, kantor syahbandar, kantor POL AIR, dan kantor pengelola TPI KUD Fasilitas-fasilitas di PPI tersebut tergolong berfungsi dan dalam kondisi baik, kecuali bengkel yang pengoperasiannya kurang baik. Fasilitas dan aktivitas yang ada di PPI Blanakan dikelola oleh KUD Inti Mina Fajar Sidik yang merupakan KUD mandiri sejak tahun 1990 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi RI nomor: 344KPTSMIII1990. Pada mulanya KUD ini bernama “Koperasi Perikanan Laut Misaya Laksana” yang didirikan pada tanggal 23 Mei 1996, kemudian berganti nama menjadi “Koperasi Unit Desa Mina Fajar Sidik” pada tahun 1978, dibawah instruksi Presiden RI nomor 21978, Badan Hukum nomor 3928 B. Nama Fajar Sidik sendiri diambil dari nama Almarhum H. Fajar Sidik sebagai penghargaan selama menjabat sebagai ketua pengurus koperasi yang pertama. Selain pengelolaan TPI, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh KUD Inti Mina Fajar Sidik yaitu, unit usaha pabrik es, penyediaan perumahan 150 unit tipe 36120 di atas area lahan 53.500 m 2 , unit usaha simpan pinjam, penyediaan bahan dan alat perikanan, pertokoan, dan pujasera, serta pengadaan BBM Solar melalui Solar Packed Dealer Nelayan SPDN. Selain aktifitas ekonomi, KUD ini juga melakukan aktifitas sosial. Sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan, KUD menyediakan tanah untuk Sekolah Dasar SD. Dalam hal kerohanian, KUD juga mengorganisasi dan membina aktifitas keagamaan, sementara dalam hal kebudayaan KUD memelihara dan meyelenggarakan tradisi budaya setempat yaitu acara tahunan syukuran lautruwatan laut.

4.4.2 PotonganRetribusi

Unit usaha TPI Blanakan mengupayakan stabilitas dan peningkatan harga ikan melalui penambahan bakul-bakul ikan konsumen, prasarana dan sarana serta pelayanan yang baik, melalui pihak-pihak yang berperan dalam pelelangan tersebut diantaranya juru tawar, juru karcis, kasir dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan pemasukan dari potongan atau retribusi pelelangan ikan berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Barat No.5 Tahun 2005, dan Rapat Anggota Tahunan RAT KUD. Berdasarkan PERDA tersebut, total potongan atau retribusi biaya lelang adalah sebesar 8, yang terdiri dari 5 berasal dari raman kotor nelayan sebesar 2, dan dari bakulpembeli sebesar 3. Potongan atau retribusi berdasarkan Rapat Anggota Tahunan RAT KUD Inti Mina Fajar Sidik adalah sebesar 3 yang berasal dari raman kotor dan simpanan sukarela anggota, untuk perinciannya dapat dilihat pada Tabel 1.

4.4.3 Perkembangan Alat Tangkap di TPI Blanakan

Alat tangkap yang umumnya digunakan oleh para nelayan anggota dan pendatang di TPI Blanakan diantaranya, Purse seine, Cantrang, Jaring udang, Jaring bondet, Jaring tegur, Pancing, dan Jaring Sotong. Alat tangkap yang paling