untuk kondisi optimal MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik MSY. Dengan demikian tingkat upaya tingkat
upaya pada titik keseimbangan MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkat dengan tingkat upaya pada titik
keseimbangan MSY.
5.10 Analisis Optimasi Dinamik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Kembung Banjar dan Kurisi
Pemanfaatan sumberdaya ikan dengan pendekatan model dinamik bersifat intertemporal, maka untuk menganalisa aspek tersebut perlu dijembatani dengan
penggunaan discount rate. Tingkat discount rate yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari rata-rata suku bunga acuan BI, dan rata-rata suku bunga beberapa
Bank Milik Negara selama tahun 2011 yakni berturut-turut 6,6 , dan 11,5. Tabel 30. Hasil Analisis Optimasi Dinamis Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Kembung dan Kurisi
Sumberdaya Ikan ࢾ = 6,6
= 11,5
Kembung Biomas x
●
41.1967 40.8957
Produksi h
●
37.3158 37.5498
Effort E
●
551 558
Rente
●
332.4542 332.2126
Kurisi Biomas x
●
6,7355 6,6017
Produksi h
●
4,7083 4,7746
Effort E
●
127 131
Rente
●
19,6789 19,6171
Pada Tabel 30 tampak perbandingan pemanfaatan sumberdaya ikan kembung dan kurisi pada tingkat discount rate tertentu. Dilihat dari sisi volume
produksi, untuk sumberdaya ikan kembung volume produksi pada kondisi aktual rata-rata sebesar 38,776 ton per tahun, sedangkan volume produksi pada kondisi
dinamik pada tingkat discount rate 6,6 dan 11,5 berturut-turut yakni 37,3158 ton dan 37,5498 ton, nilai tersebut memperlihat volume produksi aktual lebih
besar daripada kondisi optimal dinamik, hal tersebut dikarena jumlah effort yang digunakan pada kondisi optimal dinamik lebih kecil yakni 551 dan 558 trip.
Namun demikian manfaat ekonomi yang diperoleh pada kondisi optimal dinamik jauh lebih besar yakni sebesar 332,45 dan 332,21 juta rupiah dibandingkan
kondisi aktual.
Untuk ikan kurisi dilihat dari sisi tingkat volume produksi, maka tampak bahwa tingkat volume produksi pada kondisi pemanfaatan optimal dinamik lebih
besar yakni 4,7083 ton dan 4,7746 ton dibandingkan dengan volume produksi pada kondisi aktual. Dan dari sisi effort, maka effort yang digunakan juga lebih
kecil dibandingkan dengan effort aktual yang hanya sebesar 127 dan 131 trip, sehingga diperoleh rente ekonomi pada kondisi pemanfaatan optimal dinamik
juga jauh lebih besar dibandingkan dengan rente ekonomi aktual, yakni sebesar 19,6789 ton pada tingakat discount rate 6,6, dan 19,6171 ton pada discount
rate 11,5.
5.11 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan permasalahan di atas. maka untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan melalui pengelolaan dan kebijakan perikanan, Solihin 2010
menyarankan beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: Pertama, pembenahan
data-data perikanan terutama di daerah. Tanpa data yang akurat, mustahil kebijakan yang bagus dapat dihasilkan. Misalnya untuk data perikanan tangkap,
apabila data yang tersedia tidak akurat, maka dikhawatirkan terjadi overfishing
yang justru akan mengukuhkan kemiskinan nelayan. Kedua, pembenahan
terhadap peraturan-peraturan daerah perda tentang perizinan, pembatasan produksi dan upaya dan retribusi. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 tentang
perikanan menyebutkan bahwa untuk nelayan kecil dan pembudidaya kecil tidak dikenakan pungutan pasal 48.
Ketiga, pembenahan kelembagaan yang terkait dengan sektor perikanan.
Eksistensi dan peran koperasi perikanan KUD Mina sebagai lembaga formal harus diaktifkan, karena selama ini banyak KUD Mina yang “gulung tikar” dan
kehilangan peranannya, sehingga kalah oleh lembaga-lemabaga non formal seperti patron-klien. Dalam penguatan KUD mina hal yang perlu diperhatikan
adalah model pengelolaan atau manajemen yang diatur sedemikian sehingga membuat para nelayan dan pengurus nyaman dan saling menguntungkan,
peningkatan Sumber Daya Manusia SDM pengurus, serta peningkatan fasilitas layanan pengadaan sarana dan prasarana produksi perikanan.
Tujuan pengelolaan perikanan termasuk perikanan tangkap sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004, diantaranya adalah
melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan. pendekatan pemanfaatan sumberdaya ikan optimal yang digunakan dalam
penelitian adalah model MSY dan Bioekonomi. MSY merupakan model pendekatan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan yang hanya memperhatikan
aspek biologi saja. Model bioekonomi, pemanfaatan sumberdaya ikan bertujuan untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian
sumberdaya ikan. Analisis bioekonomi dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan statik dan pendekatan dinamik. Pendekatan statik adalah pendekatan
yang menggabungkan parameter biologi dan ekonomi dalam analisisnya, tetapi tidak memasukkan faktor waktu. Sedangkan, pendekatan dinamis adalah
pendekatan yang sama dengan pendekatan statik, tetapi memasukkan faktor waktu dalam analisisnya.
Hasil dari penelitian ini merekomendasikan bahwa model optimum dinamik sebagai salah satu tingkat pemanfaatan optimum untuk perikanan di
Blanakan, Subang. Dimana, untuk sumberdaya ikan kembung banjar, volume produksi optimal pada tingkat discount rate 6,6 dan 11,5 berturut-turut yakni
37,3158 ton dan 37,5498 ton, jumlah effort yang digunakan pada kondisi optimal dinamik lebih kecil yakni 551 dan 558 trip, dan manfaat ekonomi yang diperoleh
pada kondisi optimal dinamik jauh lebih besar yakni sebesar 332,45 dan 332,21 juta rupiah. Sedangkan untuk sumberdaya ikan kurisi, volume produksi pada
kondisi pemanfaatan optimal dinamik lebih besar yakni 4,7083 ton dan 4,7746 ton, effort yang digunakan hanya sebesar 127 dan 131 trip, sehingga diperoleh
rente ekonomi yang diperoleh yakni sebesar 19,6789 ton pada tingakat discount rate
6,6, dan 19,6171 ton pada discount rate 11,5. Berdasarkan data tersebut maka dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
di perairan Blanakan, Subang diperlukan adanya batasan alat tangkap atau upaya yang boleh digunakan, kapan dan dimana penangkapan ikan dilakukan, berapa
jumlah tangkapan yang diperbolehkan serta siapa saja yang mempunyai hak menangkap tersebut. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Subang dan juga
pemerintah pusat diharapkan segera membuat kebijakan antisipatif dan strategis
sebagai solusi dari permasalahan perikanan di perairan utara Blanakan, Subang. Sehubungan dengan hal itu, dengan berdasar pada hasil penelitian ini, berikut
beberapa rekomendasi alternatif kebijakan yang diajukan, yaitu: 1 Membuat dan menetapkan regulasi tentang pemanfaatan sumberdaya
perikanan kembung banjar dan kurisi khususnya di perairan Utara Blanakan, Subang yang meliputi tingkat upaya optimal, volume produksi
optimal, dengan mengacu pada pendekatan optimal dinamik, 2 Membuat regulasi pengurangan jumlah upaya trip dan alat tangkap
berdasarkan model optimal dinamik sebesar 558 triptahun untuk ikan kembung banjar dan 131 triptahun untuk ikan kurisi. Kebijakan ini
bertujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dari upaya yang berlebihan dan juga alat tangkap yang bersifat destruktif.
3 Menetapkan kuota atas produksi yakni sebesar 38 tontahun untuk ikan kembung banjar dan 5 ton untuk ikan kurisi. Kebijakan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya
biological dan
economical overfishing
, dan
implikasinya akan
menurunkan suplai
di pasar,
sehingga dapat
meningkatkan harga ikan. 4 Membuat atau mengaktifkan daerah-daerah perlindungan laut marine
protected areas . Hal ini untuk membantu keberhasilan pengelolaan
perikanan berbasis
lingkungan. Diharapkan
dari adanya
daerah perlindungan laut dari penangkapan partial no-take zones maka
diharapkan populasi ikan akan pulih. 5 Menetapkan jadwal penangkapan ini. kebijakan ini bertujuan untuk
efesiensi pengelolaan perikanan dengan pengurangan upaya trip melaut agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
6 Melakukan monitoring, controlling, dan law enforcement penegakan hukum, kebijakan ini bertujuan untuk agar produksi aktual yang
dihasilkan tidak melebihi kapasitas produksi optimal, juga untuk meminimalkan praktek pencurian ikan illegal fishing.
7 Mengupayakan pengembangan difersifikasi pengolahan hasil perikanan di hilir dengan adanya industri pengolahan perikanan, sehingga diharapkan
dapat mengurangi jumlah populasi nelayan yang menangkap ikan sebagian