Analisis Rente Ekonomi Estimasi Parameter Ekonomi .1 Estimasi Biaya Input

untuk kondisi optimal MEY tampak lebih kecil dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk mencapai titik MSY. Dengan demikian tingkat upaya tingkat upaya pada titik keseimbangan MEY terlihat lebih conservative minded lebih bersahabat dengan lingkungan dibandingkat dengan tingkat upaya pada titik keseimbangan MSY.

5.10 Analisis Optimasi Dinamik Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Kembung Banjar dan Kurisi

Pemanfaatan sumberdaya ikan dengan pendekatan model dinamik bersifat intertemporal, maka untuk menganalisa aspek tersebut perlu dijembatani dengan penggunaan discount rate. Tingkat discount rate yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari rata-rata suku bunga acuan BI, dan rata-rata suku bunga beberapa Bank Milik Negara selama tahun 2011 yakni berturut-turut 6,6 , dan 11,5. Tabel 30. Hasil Analisis Optimasi Dinamis Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Kembung dan Kurisi Sumberdaya Ikan ࢾ = 6,6  = 11,5 Kembung Biomas x ● 41.1967 40.8957 Produksi h ● 37.3158 37.5498 Effort E ● 551 558 Rente ฀ ● 332.4542 332.2126 Kurisi Biomas x ● 6,7355 6,6017 Produksi h ● 4,7083 4,7746 Effort E ● 127 131 Rente ฀ ● 19,6789 19,6171 Pada Tabel 30 tampak perbandingan pemanfaatan sumberdaya ikan kembung dan kurisi pada tingkat discount rate tertentu. Dilihat dari sisi volume produksi, untuk sumberdaya ikan kembung volume produksi pada kondisi aktual rata-rata sebesar 38,776 ton per tahun, sedangkan volume produksi pada kondisi dinamik pada tingkat discount rate 6,6 dan 11,5 berturut-turut yakni 37,3158 ton dan 37,5498 ton, nilai tersebut memperlihat volume produksi aktual lebih besar daripada kondisi optimal dinamik, hal tersebut dikarena jumlah effort yang digunakan pada kondisi optimal dinamik lebih kecil yakni 551 dan 558 trip. Namun demikian manfaat ekonomi yang diperoleh pada kondisi optimal dinamik jauh lebih besar yakni sebesar 332,45 dan 332,21 juta rupiah dibandingkan kondisi aktual. Untuk ikan kurisi dilihat dari sisi tingkat volume produksi, maka tampak bahwa tingkat volume produksi pada kondisi pemanfaatan optimal dinamik lebih besar yakni 4,7083 ton dan 4,7746 ton dibandingkan dengan volume produksi pada kondisi aktual. Dan dari sisi effort, maka effort yang digunakan juga lebih kecil dibandingkan dengan effort aktual yang hanya sebesar 127 dan 131 trip, sehingga diperoleh rente ekonomi pada kondisi pemanfaatan optimal dinamik juga jauh lebih besar dibandingkan dengan rente ekonomi aktual, yakni sebesar 19,6789 ton pada tingakat discount rate 6,6, dan 19,6171 ton pada discount rate 11,5.

5.11 Implikasi Kebijakan

Berdasarkan permasalahan di atas. maka untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan melalui pengelolaan dan kebijakan perikanan, Solihin 2010 menyarankan beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: Pertama, pembenahan data-data perikanan terutama di daerah. Tanpa data yang akurat, mustahil kebijakan yang bagus dapat dihasilkan. Misalnya untuk data perikanan tangkap, apabila data yang tersedia tidak akurat, maka dikhawatirkan terjadi overfishing yang justru akan mengukuhkan kemiskinan nelayan. Kedua, pembenahan terhadap peraturan-peraturan daerah perda tentang perizinan, pembatasan produksi dan upaya dan retribusi. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan menyebutkan bahwa untuk nelayan kecil dan pembudidaya kecil tidak dikenakan pungutan pasal 48. Ketiga, pembenahan kelembagaan yang terkait dengan sektor perikanan. Eksistensi dan peran koperasi perikanan KUD Mina sebagai lembaga formal harus diaktifkan, karena selama ini banyak KUD Mina yang “gulung tikar” dan kehilangan peranannya, sehingga kalah oleh lembaga-lemabaga non formal seperti patron-klien. Dalam penguatan KUD mina hal yang perlu diperhatikan adalah model pengelolaan atau manajemen yang diatur sedemikian sehingga membuat para nelayan dan pengurus nyaman dan saling menguntungkan, peningkatan Sumber Daya Manusia SDM pengurus, serta peningkatan fasilitas layanan pengadaan sarana dan prasarana produksi perikanan. Tujuan pengelolaan perikanan termasuk perikanan tangkap sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004, diantaranya adalah melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan. pendekatan pemanfaatan sumberdaya ikan optimal yang digunakan dalam penelitian adalah model MSY dan Bioekonomi. MSY merupakan model pendekatan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan yang hanya memperhatikan aspek biologi saja. Model bioekonomi, pemanfaatan sumberdaya ikan bertujuan untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Analisis bioekonomi dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan statik dan pendekatan dinamik. Pendekatan statik adalah pendekatan yang menggabungkan parameter biologi dan ekonomi dalam analisisnya, tetapi tidak memasukkan faktor waktu. Sedangkan, pendekatan dinamis adalah pendekatan yang sama dengan pendekatan statik, tetapi memasukkan faktor waktu dalam analisisnya. Hasil dari penelitian ini merekomendasikan bahwa model optimum dinamik sebagai salah satu tingkat pemanfaatan optimum untuk perikanan di Blanakan, Subang. Dimana, untuk sumberdaya ikan kembung banjar, volume produksi optimal pada tingkat discount rate 6,6 dan 11,5 berturut-turut yakni 37,3158 ton dan 37,5498 ton, jumlah effort yang digunakan pada kondisi optimal dinamik lebih kecil yakni 551 dan 558 trip, dan manfaat ekonomi yang diperoleh pada kondisi optimal dinamik jauh lebih besar yakni sebesar 332,45 dan 332,21 juta rupiah. Sedangkan untuk sumberdaya ikan kurisi, volume produksi pada kondisi pemanfaatan optimal dinamik lebih besar yakni 4,7083 ton dan 4,7746 ton, effort yang digunakan hanya sebesar 127 dan 131 trip, sehingga diperoleh rente ekonomi yang diperoleh yakni sebesar 19,6789 ton pada tingakat discount rate 6,6, dan 19,6171 ton pada discount rate 11,5. Berdasarkan data tersebut maka dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Blanakan, Subang diperlukan adanya batasan alat tangkap atau upaya yang boleh digunakan, kapan dan dimana penangkapan ikan dilakukan, berapa jumlah tangkapan yang diperbolehkan serta siapa saja yang mempunyai hak menangkap tersebut. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Subang dan juga pemerintah pusat diharapkan segera membuat kebijakan antisipatif dan strategis sebagai solusi dari permasalahan perikanan di perairan utara Blanakan, Subang. Sehubungan dengan hal itu, dengan berdasar pada hasil penelitian ini, berikut beberapa rekomendasi alternatif kebijakan yang diajukan, yaitu: 1 Membuat dan menetapkan regulasi tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan kembung banjar dan kurisi khususnya di perairan Utara Blanakan, Subang yang meliputi tingkat upaya optimal, volume produksi optimal, dengan mengacu pada pendekatan optimal dinamik, 2 Membuat regulasi pengurangan jumlah upaya trip dan alat tangkap berdasarkan model optimal dinamik sebesar 558 triptahun untuk ikan kembung banjar dan 131 triptahun untuk ikan kurisi. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dari upaya yang berlebihan dan juga alat tangkap yang bersifat destruktif. 3 Menetapkan kuota atas produksi yakni sebesar 38 tontahun untuk ikan kembung banjar dan 5 ton untuk ikan kurisi. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya biological dan economical overfishing , dan implikasinya akan menurunkan suplai di pasar, sehingga dapat meningkatkan harga ikan. 4 Membuat atau mengaktifkan daerah-daerah perlindungan laut marine protected areas . Hal ini untuk membantu keberhasilan pengelolaan perikanan berbasis lingkungan. Diharapkan dari adanya daerah perlindungan laut dari penangkapan partial no-take zones maka diharapkan populasi ikan akan pulih. 5 Menetapkan jadwal penangkapan ini. kebijakan ini bertujuan untuk efesiensi pengelolaan perikanan dengan pengurangan upaya trip melaut agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. 6 Melakukan monitoring, controlling, dan law enforcement penegakan hukum, kebijakan ini bertujuan untuk agar produksi aktual yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas produksi optimal, juga untuk meminimalkan praktek pencurian ikan illegal fishing. 7 Mengupayakan pengembangan difersifikasi pengolahan hasil perikanan di hilir dengan adanya industri pengolahan perikanan, sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah populasi nelayan yang menangkap ikan sebagian