terutama nelayan pesisir untuk alternatif pekerjaan, meningkatkan hasil perikanan, dan mengurangi konflik di laut.
Pelengkap dan penyempurna kebijakan tersebut di atas adalah human development
dan human awareness, mengingat manusia adalah pelaku utama dalam aktifitas pemanfaatan sumberdaya perikanan, maka kebijakan sebagus
apapun seringkali mentah di lapangan, dan tidak berdampak sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan tanpa dukungan dari para pelaku utama kebijakan itu
sendiri. Oleh karena itu kebijakan ini ditujukan bagi peningkatan kualitas dan profesionalitas pemegang kebijakan, dan juga bagi para nelayan dalam bentuk
memberikan penyadaran, sosialisasi, pemahaman, dan rasa memiliki serta tanggung jawan akan pentingnya pembangunan perikanan yang berkelanjutan
bagi kehidupan.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan: 1. Berdasarkan data ekologi diperoleh laju eksploitasi E pada ikan kembung
dan kurisi masing-masing sudah mencapai 60,67 dan 66,24, nilai tersebut sudah melebihi tingkat maksimum lestari 50, artinya bahwa kedua
sumberdaya ikan kembung banjar dan kurisi telah mengalami overeksploitasi atau biological overefishing.
2. Jika dilihat dari komposisi TKG dan ukuran pertama matang gonad pada ikan kembung banjar dan kurisi diperoleh bahwa komposisi ikan yang belum
matang gonad lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang matang gonad, hal tersebut menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap belum memijah,
artinya telah terjadi growth overfishing dan recruitmen overfishing. 3. Berdasarkan model bioekonomi yang diperoleh dari analisis Optimasi
menunjukkan bahwa untuk sumberdaya ikan kembung banjar dan kurisi jumlah effort aktualnya sudah melebihi jumlah effort pada kondisi optimum
MSY, MEY, dinamis sehingga hasil manfaat ekonomi aktual yang diterima juga lebih kecil dibandingkan pada kondisi MSY, MEY, dan dinamis. Hal
tersebut menunjukkan telah terjadi biology dan economic overfishing. 4. Alternatif kebijakan: a membuat regulasi pemanfaatan optimal, meliputi
effort optimal, volume produksi optimal; b membuat regulasi tentang
rasionalisasi upaya meliputi jumlah trip dan alat tangkap; c menetapkan kuota atas produksi, untuk menjaga keseimbangan suplai dipasar sehingga
dapat meningkatkan harga ikan; d monitoring, controlling, dan law enforcement.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis dan demersal, terutama ikan kembung banjar
Rastrelliger kanagurta dan ikan kurisi Nemipterus spp, yakni:
1. Untuk menghambat laju overfishing, maka diperlukannya alternatif kebijakan salah satunya dengan rasionalisasi upaya dengan mengurangi jumlah trip pada
berdasarkan model optimal dinamik sebesar 558 triptahun untuk ikan kembung banjar dan 131 triptahun untuk ikan kurisi, sehingga dapat menekan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan. 2. Menetapkan kuota atas produksi berdasarkan model optimal dinamik yakni
sebesar 38 tontahun untuk ikan kembung banjar dan 5 ton untuk ikan kurisi . Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya biological dan economical
overfishing ,
3. Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi serta pendataan yang baik dan sistematis, sehingga tersedia data yang akurat mengenai status pemanfaatan
dari suatu sumberdaya perikanan
DAFTAR PUSTAKA
[APO] Asian Productivity Organization. 2002. Sustainable Fishery Management in Asia
. Tokyo. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 1998. Indonesia
Atlas Sumberdaya Kelautan. Bogor. [FAO] Food and Agricultural Organization. 1995. Tatalaksana untuk Perikanan
yang Bertanggung jawab. Jakarta: FAO, Deptan, JICA. Terjemahan dari: Code of Conduct for Responsible Fisheries
. Anna S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan dan
Pencemaran. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Avila-Foucat VS, Perrings C, Raffaelli D. 2009. An ecological–economic model
for catchment management: The case of Tonameca, Oaxaca, México. Journal of Ecological-Economics
68: 2224-2231. Barbier EB. 1993. Economics and Ecology. London: Chapman Hal
Baumgärtner S, Becker C, Frank K, Muller B, Quaas M. 2008.
Relating the philosophy and practice of ecological economics: The role of concepts,
models, and case studies in inter- and transdisciplinary sustainability research. Journal of Ecological-economics 67: 384-393.
Caillouet CW, Hart RA, Nance JM. 2008. Growth overfishing in the brown shrimp fishery of Texas, Louisiana, and adjoining Gulf of Mexico EEZ.
Journal of Fisheries Research 92: 289-302.
Charles AT. 2001. Sustainable Fishery Systems. United Kingdom: Blackwell Science Ltd.
Clanahan MC dan Juan C. 2007. Fisheries Management; Progress Toward Sustainability
. USA: Blackwell Publishing Ltd Effendie MI. 1979. Metodologi Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri
Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Fischer W and Whiteahead PJP. 1974. Species Identification Sheet for Fishery Purpose, Eastern Indian Ocean Fishing Area 57 and Western Central
Pacific Fishing Area 71. Rome: FAO, Volume 1
Graaf M, Zwieten PAM, Machiels MAM, Lemma E, Wudneh T, Dejen E, Sibbing FA. 2006. Vulnerability to a small-scale commercial fishery of Lake
Tana’s Ethiopia endemic Labeobarbus compared with African catfish and Nile tilapia: An example of recruitment-overfishing?. Journal of
Fisheries Research
82: 304-318 Gulland JA. 1983. Fish Stock Assessment: Manual of Basic Method. New York:
Wiley and Sons Inter-science. Volume 1 Hasanuddin CN. 2005. Analisis Bioekonomi Perikanan Pelagis Besar Di Teluk
Pelabuhan Ratu. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. IPB.
Hermawati L. 2006. Studi Biologi Reproduksi Ikan Terbang Hirundichthys oxyxephalus
diperairan Binuangen, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
King M. 2007. Fisheries Biology, Assessment and Management. Australia: Blackwell Publishing.
Mackinson J, Sumaila UR, Pitcher TJ. 1997. Bioeconomics and catchability: fish and fishers behaviour during stock collapse. Journal of Fisheries 31: 11-
17.
Mukhsin I. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Hayati Pesisir dan Laut. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nikijuluw VPH. 2001. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo
Pemerintah Kabupaten
Subang. 2008.
Potensi Perikanan.
http:www.subang.go.idpotensi_perikanan.php Pontecorvo G. A note on ‘‘overfishing’’. 2008. Journal of Marine Policy 32:
1050-1052. Randika ZA. 2008. Analisis Bioekonomi Pemanfaatan Optimal Sumberdaya
Perikanan Pelagis dan Demersal di Perairan Balikpapan, Kalimantan Timur. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
IPB
Senta T dan K.S Tan. 1975. Species and Size Composition of Threadfin Snappers in The South China Sea and The Andaman Sea. Singapore. J.Pri. Ind: 1-
11.
Solihin A. 2010. Politik Hukum Kelautan dan Perikanan: Isu, Permasalahan, dan Telaah Kritis Kebijakan. Bandung: PT Nuansa Aulia
Sparre PC, Venema SC. 1992. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku1:manual. Kerjasama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan
Bangsa-Bangsa dengan Badan Penelitian Pengembangan Perikanan dan Pertanian. Jakarta. Terjemahan dari: Introduction to Tropical Fish Stock
Assessment. 438 hal.
Stregiou KI. 2000. Overfishing, tropicalization of fish stocks, uncertainty and ecosystem management: resharpening Ockham’s razor. Journal of
Fisheries Research 55: 1 – 9
Suyasa IN, Sondita MFA, Nikijuluw VPH, Monintja DR. 2007. Status Sumberdaya Ikan Pelgis Kecil dan Faktor Penentu Efesiensi Usaha
Perikanan Di Pantai Utara Jawa. Jurnal PSP 16: 230-245
Ulrich C, Gallic BL, Dunn MR, Gascuel D. 2002. A multi-species multi-fleet bioeconomic simulation model for the English Channel artisanal fisheries
Journal of Fisheries Research 58: 319-401.
Wachyuni. 2003. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. [Tesis]. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. IPB.
Wahyudin Y. 2005. Alokasi Optimum Sumberdaya Perikanan di Teluk Pelabuhan Ratu. [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wiyono SE. 2001. Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. IPB.
95
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Blanakan, Subang, Jawa Barat