Rekomendasi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Cicadas, memberikan sumbangan pemikiran bahwa faktor internal ternyata tidak hanya berkaitan dengan temperamen, sikap atau karakter individu tetapi juga berkaitan dengan status kepemilikan lahan individu yang bersangkutan. Adapun faktor lingkungan yang menjadi penentu dalam konteks studi ini adalah variabel kelembagaan dan kepemimpinan. Pemerintah Kota Bandung, Kecamatan, Kelurahan dan Instansi Terkait 1. Lebih meningkatkan Peran aparat Pemerintahan dalam pengawasan kebijakan tata ruang dan pemanfaatan lahan yang tepat. 2. Meningkatkan peran aparat Pemerintahan sebagai Pengembang Masyarakat PM dimulai dari Kecamatan sampai Kelurahan tentang pentingnya melibatkan peran masyarakat dalam setiap program pembangunan. 3. Meningkatkan peran instansi terkait lainnya seperti Puskesmas, Dinas Pertamanan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya untuk bersama-sama mensosialisasikan tentang pentingnya penataan permukiman kumuh. 4. Mengetahui secara mendalam karakteristik serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal agar lebih mudah untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. 5. Memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur permukiman kumuh disertai perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya dalam bentuk penciptaan lapangan kerja. 6. Meremajakan secara bertahap permukiman kumuh serta rumah tidak layak huni yang berbasiskan pada masyarakat, untuk mengurangi kuantitas dan kualitas rumah yang tidak layak huni menjadi rumah sehat dan layak huni. 7. Memfasilitasi masyarakat yang menempati status lahan bukan milik sendiri dengan pihak-pihak terkait dan bersama-sama mencari solusi pemecahannya. Kelembagaan RT dan RW 1. Meningkatkan kualitas kepemimpinan dari ketua RT dan RW dalam menggerakkan masyarakat tanpa adanya perbedaan di dalam kelompok masyarakat. 2. Memperluas jaringan sosial dengan Kelembagaan dan stakeholder lain dalam upaya mengembangkan masyarakat lokal. Pihak Swasta 1. Lebih meningkatkan kepedulian dan rasa sosial dalam membantu program penataan permukiman kumuh, bahwa program tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Masyarakat dan pihak Swasta. 2. Membantu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan . Graha Ilmu. Jogjakarta. Arifin Haswinar. 2002. Jurnal Analisis Sosial Demokratisasi Dan Kemiskinan . Akatiga. Bandung As’ad, Moh. 1981. Psikologi Industri . Liberty. Yogjakarta. Budihardjo, Eko Hardjohubojo, Sudanti. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Alumni. Bandung. Direktorat Penyuluhan dan Bimbingan Sosial. 1980. Pembinaan Partisipasi Sosial . Departemen Sosial. Jakarta. Effendi, Onong Uchyana. 1986. Kepemimpinan dan Komunikasi . Alumni. Bandung. Faisal, Sanapiah Mappiare, Andi. Tanpa Tahun. Dimensi-Dimensi Psikologi . Usaha Nasional. Surabaya. Gunardi, Agung, Sarwititi S, Purnaningsih, Ninuk Lubis, Djuara P. 2007. Pengantar Pengembangan Masyarakat . Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Haeruman, Herman Eriyatno. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Yayasan Mitra Pembangunan Desa Kota dan Business Innovation Center of Indonesia. Jakarta. Hamudy, Moh. Ilham A. Permukiman Kumuh di Bandung. http:pps.fisip.unpad.ac.id?q . dikunjungi Sabtu 5 Juli 2008. Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat . Humaniora. Bandung. Huraerah, Abu. 2007. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat . Humaniora. Bandung. Http:www.kadinbandung.org . diakses tanggal 19 Oktober 2008 Jam 18.30 WIB. Http:www.ciptakarya.pu.go.id diakses bulan Juli 2008 Jam 19.00 WIB. Http:www.demandiri.or.id diakses bulan Juli 2008 Jam 19.30 WIB Ife, Jim. 2002. Community Development . National Library. Australia. Irwanto, Elia, Herman, Hadisoepadma, Antonius, Priyani, MJ Retno, Wismanto, Yohanes Bagus Fernandes, Cosmas. 1994. Psikologi Umum . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kantor Litbang dengan PT Mapalus Menggala Engineering. 2004. Kajian Penataan Rumah Kumuh di Kota Bandung. http:www.bandung.go.idimagesragaminforumah-kumuh.pdf . dikunjungi sabtu 5 Juli 2008. Kolopaking, M Lala Nasdian, Fredian Tonny. 2007. Pengembangan Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan . Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif . PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Nasdian, Fredian Tonny Dharmawan, Arya Hadi. 2007. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Nasution, S. 1997. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Tarsito. Bandung. Nitimihardjo, Carolina. 2007. Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial. Pustaka Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung. Oppenheim, A.N. 1966. Questionnaire Design And Attitude Measurement . Heinemann Educational Books Ltd. London. Panjaitan, Nurmala, Nitimihardjo, Carolina Fahrudin, Adi. 2007. Prilaku Manusia dalam Lingkingan Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Peraturan Walikota Bandung. 2007. Petunjuk Pelaksanaan PenyaluranPemberian Program Bantuan Peningkatan Kemakmuran . Pemerintah Kota Bandung. Pikiran Rakyat. Edisi 18 September 2007. Kawasan Kumuh Sampai Kapan?. Bandung. Rusli, Said, Wahyuni, Ekawati Sri Sunito, Melani A. 2007. Kependudukan . Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Realita dan Tantangan . Bumi Aksara. Jakarta. Safi’I, H.M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah . Averroes Press. Malang Siagian, Sondang P. 2000. Administrasi Pembangunan . Bumi Aksara. Jakarta Sitorus, MT Felix Agusta, Ivanovich. 2007. Metodologi Kajian Komunitas. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan. Peran Serta dan Produktivitas . Mandar Maju. Bandung. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayan Rakyat . Refika Aditama. Bandung. Sumardjo Saharudin. 2007. Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat . Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Pemberdayaan Sosial . Kompas. Jakarta. Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian . PT Rena Pariwara. Jakarta Tjokroamidjoyo, Bintoro. 1974. Pengantar Administrasi Pembangunan . LP3ES. Jakarta. Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Umum . Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. Wikipedia Indonesia ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Kawasan Kumuh. http:id.wikipedia.orgwikikawasan kumuh. dikunjungi Kamis 3 Juli 2008. Zastrow, Charles H Ashman, Karen K. Kirst. 2004. Understanding Human Behavior . Thomson Learning Inc. USA. GLOSSARY APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Askeskin = Asuransi Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin Bawaku Makmur = Bantuan Khusus Walikota untuk Peningkatan Kemakmuran Bawaku Sekolah = Bantuan Khusus Walikota untuk Sekolah BKKBN = Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BLT = Bantuan Langsung Tunai BPM = Badan Pemberdayaan Masyarakat FGD = Focussed Group Discussion JPS = Jaring Pengaman Sosial LPM = Lembaga Pemberdayaan Masyarakat MCK = Mandi Cuci Kakus PDMDKE = Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi PKK = Peningkatan Kesejahteraan Keluarga PKL = Pedagang Kaki Lima PLKB = Petugas Lapangan Keluarga Berencana PPI = Pusat Pelatihan Infanteri PRA = Participatory Rural Appraisal P2KP = Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan Raskin = Beras untuk Masyarakat Miskin RKA = Rencana Kerja Anggaran RT = Rukun Tetangga RW = Rukun Warga RTRW = Rencana Tata Ruang Wilayah Toma = Tokoh Masyarakat Toga = Tokoh Agama UED-SP = Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pinjam UP2K = Usaha peningkatan Pendapatan Keluarga Lampiran : Dokumentasi Gambar 1. Kondisi Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 12 Kondisi MCK di RW 12 Gambar 2. Kondisi MCK di Kelurahan Cicadas Kondisi MCK di RW 14 yang telah di Rehab pada bulan November 2009 Gambar 3. Kondisi MCK di Kelurahan Cicadas Suasana FGD Gambar 4. FGD di RW 01, RW 12, RW 14 dan RW 15 Kerja Bakti di RW 01 Gambar 5. Kerja Bakti Lampiran : Dokumentasi Gambar 1. Kondisi Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 01 Kondisi MCK di RW 12 Kondisi MCK di RW 12 Gambar 2. Kondisi MCK di Kelurahan Cicadas Kondisi MCK di RW 14 yang telah di Rehab pada bulan November 2009 Gambar 3. Kondisi MCK di Kelurahan Cicadas Suasana FGD Gambar 4. FGD di RW 01, RW 12, RW 14 dan RW 15 Kerja Bakti di RW 01 Tabel Hasil FGD pada Kelompok Status Lahan dan Bangunan Milik Sendiri dengan Status Lahan Bukan Milik Sendiri MASALAH LAHAN DAN BANGUNAN MILIK SENDIRI RW 01, RW 02, RW 09 LAHAN BUKAN MILIK SENDIRI RW 03, RW 10, RW 12, RW 14, RW 15 PENYEBAB AKIBAT UPAYA PENYEBAB AKIBAT UPAYA Rumah tidak layak huni. - Faktor Ekonomi -Pendapatan tdk menentu - Sering bocor, banjir, kotor, dinding rumah kusam, kurang ventilasi, lembab, kurang udara segar dan pencahayaan. - Tidak punya MCK sendiriMCK umum -Memperbaiki kebocoran dgn biaya sendiri. -Membersihkan gorong-gorong supaya tidak banjir -Mengharapkan bantuan Pemerintah untuk memperbaiki rumah. - Faktor Ekonomi -Status kepemilikan lahan yg tidak jelas -Kurang kesadaran dari warga masyarakat -Kurang sosialisasi dari Ketua RT dan RW - Rumah semi permanen terbuat dari bilik dan seng. -Sering timbul penyakit seperti sesak nafas, batuk, diare, demam berdarah. -Hidup tidak nyaman dan tidak tenang -Sering bocor dan banjir, lingkungan disekitar rumah kotor. -Bangunan tdk teratur dan berhimpitan, penghuni banyak sedangkan rumah kecil. - Meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya kebersihan dan keindahan rumah. -Meningkatkan peran ketua RT dan RW untuk mensosialisasikan dan mengajak warga masyarakat dalam menjaga dan membersihkan lingkungan. -Memperbaiki sendiri kebocorankerusakan rumah sesuai dgn kemampuan ekonomi. -Mengharapkan bantuan Pemerintah untuk renovasi rumah Hasil Olah FGD bulan November dan Desember 2008 Tabel Lanjutan MASALAH LAHAN DAN BANGUNAN MILIK SENDIRI RW 01, RW 02, RW 09 LAHAN BUKAN MILIK SENDIRI RW 03, RW 10, RW 12, RW 14, RW 15 PENYEBAB AKIBAT UPAYA PENYEBAB AKIBAT UPAYA Lingkungan sekitar rumah kotor dan berantakan -Kurang kesadaran dari warga untuk menata dan menjaga lingkungan . -Halaman rumah dijadikan usaha menyimpan rongsokan -Ketua RT dan RW jarang mengajak kerja bakti -Kotor, tidak ada penghijauan, banyak tikus, sering banjir. -Sering timbul penyakit seperti sesak nafas, batuk, diare, demam berdarah. -Meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya lingkungan yang bersih yg disampaikan oleh instansi terkait seperti Puskesmas, aparat Kelurahan, Ketua RT dan RW, Tokoh Masyarakat -Gotong royong membersihkan saluran air kotor gorong- gorong - Kurang kesadaran dari warga. - Ketua RT dan RW tidak mengajak kerja bakti. - Rumah dijadikan usaha seperti warung Karena faktor ekonomi, banyak warga sering dijadikan sasaran rentenir untuk meminjam uang - Kotor, berantakan, sering banjir, tidak enak dipandang mata. - Mengharapkan bantuan Pemerintah Kota, Kecamatan, Kelurahan untuk kejelasan kepemilikan lahan. -Mendirikan Koperasi untuk menekan jumlah rentenir. - Ketua RT dan RW mengajak warga untuk membersihkan lingkungan Hasil Olah FGD bulan November dan Desember 2008 Tabel Lanjutan MASALAH LAHAN DAN BANGUNAN MILIK SENDIRI RW 01, RW 02, RW 09 LAHAN BUKAN MILIK SENDIRI RW 03, RW 10, RW 12, RW 14, RW 15 PENYEBAB AKIBAT UPAYA PENYEBAB AKIBAT UPAYA Sarana MCK tidak memadai dan jumlahnya terbatas Tidak tersedia sarana air bersih -Tidak ada keinginan warga untu memperbaiki sarana MCK. -Tidak ada upaya dari Ketua RT dan RW untuk memperbaiki MCK. -Tidak ada lahan yg strategis untuk membangun MCK -Kondisi MCK yang buruk, tidak sehat, tidak ada sarana air bersih, tidak ada kloset, tidak ada penerangan untu malam hari, MCK tidak mempunyai atap dan pintu. -Meningkatkan kesadaran warga masyarakat akan pentingnya sarana MCK yang memenuhi syarat kesehatan. -Memperbaiki MCK dan membuat sarana air bersih dengan bantuan dari program Pemerintah dan swadaya masyarakat. -Tidak seimbang antara jumlah MCK dengan jumlah warga yang menggunakannya. -Harus antri lama jika akan ke MCK -Menghambat aktivitas karena sering kesiangan. - Menambah membangun MCK baru dengan bantuan program pemerintah dan swadaya masyarakat. Hasil Olah FGD bulan November dan Desember 2008 Tabel 12 Lanjutan MASALAH LAHAN DAN BANGUNAN MILIK SENDIRI RW 01, RW 02, RW 09 LAHAN BUKAN MILIK SENDIRI RW 03, RW 10, RW 12, RW 14, RW 15 PENYEBAB AKIBAT UPAYA PENYEBAB AKIBAT UPAYA Program rehab rumah kumuh dan program lainnya tidak melibatkan kerjasama masyarakat. Aparat Kecamatan dan Kelurahan tidak melibatkan ketua RT dan RW Ketua RT dan RW tidak terbuka dan tidak melibatkan masyarakat -Tidak ada partisipasi masyarakat baik dalam bentuk usulansaran, materi, tenaga. -Tidak ada kerjasama antara masyarakat dengan ketua RT dan RW. -Kordinasi dari pihak Kecamatan maupun Kelurahan kepada ketua RT dan RW dalam prosedur pemberian bantuan program rehab rumah kumuh. -Ketua RT dan RW melibatkan masyarakat dalam rehab rumah kumuh. -Ada partisipasi masyarakat dalam bentuk usulan, uang maupun tenaga sukarela. -Pihak Kecamatan dan Kelurahan tidak konsisten dalam memberikan bantuan rehab rumah kumuh, ada yang diberikan kepada ketua RW tapi ada yang langsung diberikan kepada warga penerima bantuan. Ketua RT dan RW tidak melibatkan masyarakat -Masih ada RW dan RT yang tidak bisa melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi Masyarakat enggan untuk menyumbang uang atau materi lain maupun memberikan tenaga sukarela - Kordinasi antara ketua RT dan RW kepada pihak Kecamatan dan Kelurahan untuk menetapkan sistem pemberian bantuan program rehab rumah kumuh. Ada keterbukaan kepada masyarakat untuk melibatkan masyarakat tanpa membeda-bedakan masyarakat. Hasil Olah FGD bulan November dan Desember 2008 UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH Studi Kasus Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung RIAWATI PRIHATINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRACT RIAWATI PRIHATINI, The effort to enhance community participation in the ordering of slum areas program Case study of slum area at Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Bandung city. Advised by SOERYO ADIWIBOWO as chairman, CAROLINA NITIMIHARDJO as a member of Adviser Commission. One of the problems faced by the city government in conducting development is the rapid growth of the population which is not in balance with the availability of land in the city. The imbalance, in turn, creates other problems, among athers is the slum areas. One of the slum areas in Bandung city is Kelurahan Cicadas, district of Cibeunying Kidul, which has an area of 55 Ha. Its population is 12.886. This means that the density is about 234 per ha. The government has implemented various programs to deal with the problem. Efforts and strategies are needed to promote community participation by looking at the internal and external factors underlying their behaviour to participate. In order to support the implementation of the slum area development program, it is necessary to use the participatory approach involving the community from planning to implementation and to evaluation stages of the program. Based on the observation, interviews and Focused Group Discussion FGD cunducted by the writer, the low level of participation was caused mainly by the lack of local institutional and leadership roles of the RT and RW. They had not provided opportunities and supports to involve the community in the programs, so that they became reluctant and unmotivated to be involved in any development programs. Having no experience in participating in development programs, the community do not have ability to participate voluntarily in labor or finacially. Based on another FGD conducted by the writer with the community, we have designed some programs to promote people participation in the slum area development. The Programs are : 1 Enhancement of the quality of the RW and RT officials, 2 Enhancement of economic condition. 3 Partisipative improvement of housing infrastructure, 4 Improvement of the quality of community life Keywords : slum area, participation, leaderships. RINGKASAN RIAWATI PRIHATINI. Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Program Penataan Permukiman Kumuh. Studi Kasus Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung. Dibimbing Oleh SOERYO ADIWIBOWO dan CAROLINA NITIMIHARDJO. Sistem pemerintahan yang desentralistik menggunakan pendekatan yang sifatnya bottom up dimana rencana pembangunan yang disusun meliputi program yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, atau dengan kata lain program dirancang oleh, dari dan untuk masyarakat. Masyarakat bukan lagi sebagai objek tetapi sebagai subjek yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi hidup mereka. Untuk meningkatkan kesadaran, membangun kepercayaan dan kemampuan kerjasama masyarakat ditempuh melalui pendekatan partisipasi warga masyarakat dalam proses pembangunan. Hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, terutama di kota- kota besar selain menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga menyebabkan kepadatan penduduk karena penduduk luar kota datang untuk mencari pekerjaan ke kota. Kota besar menjadi faktor penarik pull factor bagi penduduk karena banyaknya pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Tingkat pertumbuhan penduduk di kota besar terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, akibatnya daya dukung kota menjadi tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk perkotaan. Kondisi tersebut mendorong tumbuhnya daerah-daerah kumuh slum diperkotaan. Kota Bandung sebagai kota besar tidak terlepas dari permasalahan permukiman kumuh dengan kepadatan penduduknya yang kian hari kian terasa dimana dengan luas wilayah kota Bandung yang hanya 16.000 ha dihuni oleh kurang lebih 2,8 juta jiwa. Idealnya dengan luas wilayah tersebut didiami oleh 300.000 – 400.000 jiwa saja. Pada saat ini sekitar 146 jiwa mendiami tiap hektar, padahal menurut standar WHO idealnya hanya 96 jiwa di setiap hektar. Sehingga tidaklah heran jika banyak ditemukan kawasan kumuh yang menghiasi sebagian wilayah kota Bandung seperti wilayah Jamika, Sadang Serang, Cicadas, Tamansari, Kiaracondong dll. Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul merupakan salah satu Kelurahan yang tergolong kumuh di Kota Bandung. Dengan luas wilayah yang hanya 55 ha dihuni oleh sekitar 12.886 jiwa, sehingga di Kelurahan Cicadas setiap hektarnya dihuni oleh 234 jiwa atau dihuni oleh 23.429 jiwaKm2. Kepadatan penduduk di Kelurahan Cicadas mengakibatkan permukiman-permukiman hampir disetiap RW menjadi kumuh. Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan kawasan kumuh telah dilaksanakan dalam berbagai bentuk program seperti program perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan kumuh serta program rehabilitasi rumah kumuh. Berdasarkan data dan informasi hasil Pemetaan Sosial PL I yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari sampai 20 Februari 2008 dan Evaluasi Program PL II yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 6 Juni 2008, program-program tersebut tampaknya belum dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari permukiman kumuh terutama di Kelurahan Cicadas. Permasalahan yang dihadapi adalah seberapa jauh program-program yang berkaitan dengan penataan permukiman kumuh dapat melibatkan partisipasi masyarakat di Kelurahan Cicadas serta bagaimana karakteristik komunitas permukiman kumuh dan faktor-faktor apa yang menyebabkan partisipasi masyarakat aktif dan tidak aktif dalam program penataan permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas ? Tujuan kajian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh dan merumuskan strategi pengembangan partisipasi masyarakat di Kelurahan Cicadas di masa yang akan datang. Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial PL I, evaluasi program PL II dan kajian lapangan dengan fokus mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh dan merancang strategi dan program peningkatan partisipasi masyarakat di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pendekatan PRA Participatory Rural Appraisal dilakukan dengan cara : Wawancara Mendalam, Observasi Langsung dan Focussed Group Discussion FGD. Sumber data di dapatkan dari hasil wawancara, pengamatan, FGD dan dokumentasi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara : reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau proses menemukan makna data. Hasil kajian menunjukkan bahwa Dari 15 RW yang ada di Kelurahan Cicadas, 10 RW tergolong kumuh yaitu di RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 11, RW 12, RW 14 dan RW 15. Karakteristik masyarakat permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas terdiri dari 277 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 1753 terdiri dari 877 laki-laki dan 876 perempuan. Tingkat Pendidikan masyarakat permukiman kumuh sebagian besar adalah SD 50 dan SMP 48, dimana keseluruhan penghuni permukiman kumuh bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu memiliki rumah dengan kondisi yang sehat dan layak huni. Terkadang rumah juga dijadikan tempat usahagudang seperti usaha warung dan barang rongsokan yang menjadikan kondisi lingkungan sekitar rumah menjadi kotor dan berantakan. Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah juga menunjang kekumuhan dari permukiman di Kelurahan Cicadas ditambah dengan status kepemilikan lahan yang sebagian besar merupakan milik Angkatan Darat okupasi tanpa kejelasan yang menyebabkan sebagian warga masyarakat enggan untuk memperbaiki kondisi rumah mereka. Masih banyak sarana dan prasarana pada permukiman kumuh yang belum memadai seperti sarana MCK dan sarana air bersih. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program penataan permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas, hanya dua RW yang menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat aktif dalam pelaksanaan program-program pembangunan yaitu di RW 11 dan RW 12. Delapan RW lainnya yaitu RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14 dan RW 15 tingkat partisipasi masyarakatnya tidak aktif. Peran kepemimpinan lokal dari ketua RT dan RW faktor lingkungan yang mempunyai insiatif tinggi dalam berinteraksi dan meyakinkan masyarakat untuk berperan serta dalam setiap program pembangunan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di Kelurahan Cicadas. Masyarakat akhirnya mau dan mampu faktor internal untuk berpartisipasi dalam program pembangunan khususnya yang berkaitan dengan penataan permukiman kumuh. Strategi pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas adalah : 1 Peningkatan kualitas pengurus RW dan RT, 2 Peningkatan taraf ekonomi masyarakat, 3 Perbaikan sarana dan prasarana permukiman yang partisipatif, 4 Peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat. UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH Studi Kasus Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung RIAWATI PRIHATINI Tugas akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat KPM sebagai lanjutan dari kajian lapangan yang dilaksanakan di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung. Penulisan kajian ini tidak tedepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini. 2. Ibu Dr. Carolina Nitimihardjo, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan kesabarannya telah memberikan dorongan moril dalam rangka penyelesaian kajian ini. 3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. 4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. 5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial STKS Bandung. 6. Ibu Dr. Ir. Titik Sumarti, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini 7. Camat Cibeunying Kidul, Lurah beserta staf dan Masyarakat Kelurahan Cicadas yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat. 8. Suami tercinta, Yoyo Sumarno dan putri tersayang Rifa Nur Khalisah beserta orang tua tercinta dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan dorongan morilnya hingga penulis dapat menyelesaikan studi. 9. Seluruh sahabat dan teman-teman penulis, khususnya mahasiswa Magister Profesional Pengembangan Masyarakat angkatan V Bandung, serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses perkuliahan. Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari sempuma dikarenakan ada keterbatasan dan kemampuan penulis dalam membahas dan melakukan analisa data. Namun harapan penulis semoga apa yang telah dilakukan dapat menjadi langkah awal yang baik untuk proses selanjutnya. Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amin. Bogor, Februari 2009 RIAWATI PRIHATINI Nitro PDF Trial www.nitropdf.com DocuCom PDF Trial www.pdfwizard.com RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 31 Agustus 1965 dari Ayah Irawan Soehartono dan Ibu Ramlah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 1983 penulis lulus dari SMA Negri 7 Bandung dan pada tahun yang sama melanjutkan Ke Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung sampai tingkat Sarjana Muda. Tahun 1994 menyelesaikan studi ke jenjang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang. Penulis sampai saat ini bekerja sebagai Kasie Pemerintahan di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung dan berkesempatan melanjutkan studi ke jenjang Pascasarjana pada Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung atas bantuan beasiswa dari Departemen Sosial. Penulis telah menikah dengan Yoyo Sumarno dan dikaruniai 1 satu orang putri yang bernama Rifa Nur Khalisah 5 tahun. Nitro PDF Trial www.nitropdf.com DocuCom PDF Trial www.pdfwizard.com DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… xvi GLOSSARY ……………………………………………………….. xvii I. PENDAHULUAN …………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang ………………………………………… 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………... 3 1.3. Tujuan Kajian ………………………………………….. 5 1.4. Manfaat Kajian ………………………………………… 6 II. TINJAUAN TEORITIS ……………………………………. 7 2.1. Pendekatan Holistis dalam Manajemen Kota ………….. 7 2.2. Permukiman Kumuh …………………………………… 8 2.3. Partisipasi dalam Pembangunan ……………………….. 12 2.3.1. Definisi Partisipasi ……………………………… 14 2.3.2. Tipologi Partisipasi ……………………………… 17 2.3.3. Bentuk Partisipasi ……………………………….. 19 2.3.4. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ……… 22 2.4. Kelembagaan …………………………………………… 24 2.4.1. Modal Sosial ……………………………………... 27 2.5. Kepemimpinan ………………………………………….. 29 2.6. Kerangka pemikiran …………………………………….. 31 III. METODE KAJIAN …………………………………………. 33 3.1. Batas-Batas Kajian ……………………………………… 33 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ……………………………….. 34 3.3. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………… 35 3.4. Jenis dan Sumber Data ………………………………….. 37 3.5. Pengolahan dan Analisis Data …………………………... 39 IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS.. 41 4.1. Lokasi …………………………………………………….. 41 4.2. Kondisi Permukiman di Kelurahan Cicadas ……………… 43 4.3. Kependudukan ……………………………………………. 45 4.4. Struktur Mata Pencaharian ………………………………... 48 4.5. Struktur Ekonomi ………………………………………… 50 4.6. Struktur Komunitas ………………………………………. 52 4.7. Organisasi dan Kelembagaan …………………………….. 54 4.8. Sumberdaya Lokal ……………………………………….. 55 4.9. Masalah-Masalah Sosial ………………………………….. 56 \ V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT……………………………………………… 58 5.1. Deskripsi Kegiatan ……………………………………….. 58 5.2. Latar Belakang Program Bawaku Makmur ………………. 59 5.3. Prosedur Pelaksanaan Program Bawaku Makmur ………... 61 5.4. Latar Belakang Program Rehab Rumah Kumuh …………. 63 5.5. Prosedur Pelaksanaan Program Rehab Rumah Kumuh …… 64 5.6. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Pengembangan Ekonomi Lokal …………………………………………… 66 5.7. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Modal Sosial Dan Gerakan Sosial ………………………………………. 68 VI. PERMUKIMAN KUMUH: KARAKTERISTIK DAN PARTISIPASI MASYARAKAT ……………………………… 72 6.1. Karakteristik Komunitas Permukiman Kumuh …………… 72 6.2. Kondisi Permukiman Kumuh ……………………………… 74 6.3. Status kepemilikan Lahan dan Rumah …………………….. 77 6.4. Relasi Sosial Masyarakat Kumuh ………………………….. 80 6.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat Permukiman Kumuh ……… 82 VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT ……………………………………………….. 90 7.1. Latar Belakang Rancangan Program ………………………. 90 7.2. Rancangan Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat….. 92 7.3. Program Pelatihan dan Sosialisasi Peningkatan Peran Ketua RW dan RT ……………………....................... 96 7.4. Program Peningkatan Taraf Ekonomi Masyarakat ………… 97 7.4.1. Sub Program Pelatihan Ketrampilan ………............... 97 7.4.2. Sub Program Pelatihan Manajemen Koperasi ……….. 97 7.5. Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman Yang Partisipatif …………………………………………… 98 7.5.1. Sub Program Kerja Bakti …………………………….. 98 7.5.2. Sub Program Penyediaan sarana air bersih …………… 99 7.5.3. Sub Program Penyediaan sarana MCK ………………. 99 7.5.4. Sub Program Renovasi Rumah kumuh ………………. 101 7.6. Program Peningkatan Kualitas Hidup Sehat Masyarakat …. 101 VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………… 103 8.1. Kesimpulan ………………………………………………… 103 8.2. Rekomendasi ………………………………………………. 105 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 108 LAMPIRAN ……………………………………………………………. 111 DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel Kelengkapan Metode …………………………………… 38 2. Penggunaan Tanah Kelurahan Cicadas ………………………….. 42 3. Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan ………… 45 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Mobilitas Mutasi Penduduk ………………………………………………… 47 5. Komposisi Penduduk Kelurahan Cicadas berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan ……… 48 6. Jumlah Lembaga EkonomiJenis Usaha ………………………….. 50 7. KelembagaanOrganisasi …………………………………………. 54 8. Karakteristik Masyarakat Permukiman Kumuh Menurut Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Jiwa, Tingkat pendidikan dan Pekerjaan .. 72 9. Karakteristik Masyarakat Permukiman Kumuh Menurut Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Jiwa dan Kelompok Umur ……………… 74 10. Karakteristik Masyarakat Permukiman Kumuh Menurut Jumlah Kepala Keluarga serta Kepemilikan Lahan dan Bangunan ………… 78 11. Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhinya ………………………………… 87 12. Rancangan Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat ……… 93 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran ………………………………… 32 2. Piramida Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur ………… 46 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ………….. 49 4. Analisis Pohon Masalah ………………………………………….. 91

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah dalam menyelenggarakan dan mengatur pemerintahan di daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem pemerintahan yang desentralistik menggunakan pendekatan yang sifatnya bottom-up dimana rencana pembangunan yang disusun meliputi program yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, atau dengan kata lain program tersebut dirancang oleh, dari dan untuk masyarakat. Diperlukan suatu kemampuan inisiatif dan partisipatif yang tinggi dari masyarakat untuk mengurus dan mengembangkan potensinya dalam pembangunan tersebut. Masyarakat bukan lagi sebagai objek tetapi sebagai subjek yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi hidup mereka. Untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban masyarakat dalam pembangunan, meningkatkan ketrampilan, membangun kepercayaan dan kemampuan kerjasama masyarakat ditempuh melalui pendekatan partisipasi warga atau masyarakat dalam proses pembangunan. Pembangunan harus dilaksanakan untuk segenap lapisan, golongan dan tingkatan masyarakat. Oleh karena itu dituntut adanya partisipasi sosial dari segenap lapisan masyarakat secara aktif agar tercapai tujuan pembangunan baik di pedesaan maupun perkotaan. Partisipasi sosial masyarakat dalam era pembangunan dewasa ini, merupakan elemen yang menentukan cepat atau lambatnya pencapaian tujuan pembangunan, artinya keinginan, kemauan, keikutsertaan, kesanggupan dan kesadaran setiap warga masyarakat sangat menentukan tercapainya suatu kondisi kesejahteraan masyarakat. Prinsip peran serta masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan dan memanfaatkan unsur-unsur lokal dalam bentuk sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sosiokultural yang ada. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang dimulai dari saat perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi diwujudkan melalui berbagai bentuk partisipasi baik secara langsung misalnya dengan memberikan sumbangan pemikiran, ide ataupun biaya dan tenaga maupun tidak langsung misalnya dengan cara memelihara dan merawat. Keterlibatan tersebut selain akan mempererat rasa keterikatan masyarakat dalam pembangunan, juga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pelaksanaan proses pembangunan yang sedang atau telah berjalan. Hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, terutama di kota- kota besar selain menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga menyebabkan kepadatan penduduk karena penduduk luar kota datang untuk mencari perkerjaan ke kota. Kota besar menjadi faktor penarik pull factor bagi penduduk karena banyaknya pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Menurut Sadyohutomo 2008, tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan pada tahun 1980 adalah 22,3 , terjadi peningkatan pada tahun 1990 sebesar 30,9 dan pada tahun 2000 mengalami peningkatan yang pesat yaitu 42,0 . Akibatnya daya dukung kota menjadi tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang rata-rata mencapai angka 5,5 per tahun. Seiring meningkatnya penduduk di perkotaan yang disebabkan arus urbanisasi tersebut menimbulkan laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan luas lahan di perkotaan. Bagi sebagian penduduk pendatang yang memiliki keterbatasan dalam ekonomi, ketrampilan dan pendidikan, mereka memaksakan diri untuk tinggal di perkotaan dengan kondisi apa adanya dan bahkan seringkali tinggal berdesakan di permukiman padat penduduk yang tidak layak huni. Kemampuan mereka yang terbatas serta tingginya harga perumahan di perkotaan menyebabkan mereka hanya mampu mengakses lingkungan kumuh di kota. Hal ini diperburuk dengan kurang memadainya pelayanan penyediaan prasarana dan sarana dasar lingkungan. Rendahnya kualitas kehidupan di lingkungan permukiman kumuh ini pada gilirannya juga dapat menghambat potensi produktivitas dan kewirausahaan para penghuninya. Mereka hanya mampu mengakses perekonomian informal kota, yang utamanya dicirikan oleh status hukum yang lemah dan tingkat penghasilan yang rendah. Kondisi-kondisi tersebut yang mendorong tumbuhnya daerah- daerah kumuh slum diperkotaan. Kota Bandung sebagai kota besar tidak