dari masyarakat lain baik dalam bentuk uang maupun tenaga. Anggaran rehab rumah kumuh disesuaikan dengan jumlah yang diterima dari Pemerintah Kota.
Pelaksanaan rehab rumah kumuh di RW 11 melibatkan seluruh aspek masyarakat, dimana ketua RW membentuk tim khusus dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut. Partisipasi masyarakat di RW 11 ada yang berbentuk sumbangan bahan bangunan semen, batu bata bekas, konsumsi makanan dan
tenaga kerja. Tim bekerja sama dengan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Anggaran yang digunakan keseluruhan dalam
rehab rumah kumuh di RW 11 sebesar Rp. 6.000.000,- Enam Juta rupiah. Swadaya masyarakat yang terkumpul dalam bentuk uang sebesar Rp. 1.000.000,-
Satu Juta Rupiah Pada tahun 2008, Kecamatan hanya memberikan jatah satu buah rumah di
Kelurahan Cicadas untuk di rehab. Pihak Kelurahan mengajukan data rumah kumuh berdasarkan usulan langsung dari salah seorang warga masyarakat di
RW 12 tanpa persetujuan dari Ketua RW dan Ketua RT setempat. Dengan setengah memaksa dan mengancam, warga yang mengaku dari salah satu Parpol
besar tersebut meminta untuk direhab rumahnya. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pihak Kelurahan mengusulkan warga RW 12 tersebut untuk direhab
rumahnya. Dalam proses pemberian bantuan yang berbentuk uang sebesar Rp. 5.000.000,- Lima Juta Rupiah, pihak Kecamatan memberikan secara langsung
kepada warga tersebut dengan disaksikan oleh Lurah dan Ketua RW 12. Pada akhirnya, pelaksanaan rehab rumah kumuh di RW 12 dilaksanakan oleh
pemiliknya sendiri, tidak ada proses pengawasan maupun keterlibatan dari ketua RT dan ketua RW serta tidak ada swadaya dari masyarakat.
5.6. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Pengembangan Ekonomi Lokal
Program pemberian dana hibah Bawaku Makmur, bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dari sektor informal. Peran Pemerintah Kota
Bandung hanya sebagai motivator dalam pemberian modal, diharapkan masyarakat yang berperan aktif dalam mengembangkan usahanya. Masyarakat
sebagai subjek dalam mengembangkan usaha perekonomian, sehingga diperlukan
suatu kemampuan wirausaha yang tinggi dan sumberdaya manusia SDM yang berkualitas dari masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, pemberian modal
Bawaku Makmur oleh Pemerintah adalah agar dapat didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola acceptable, dapat dikelola oleh
masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan accountable, memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk
mengelola secara ekonomis profitable dan hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri sehingga menciptakan pemupukan modal dalam wadah
lembaga sosial ekonomi setempat suistanable. Jika dilihat dari hasil pelaksanaan program pemberian dana Bawaku
Makmur, kendala yang dihadapi sebagian masyarakat adalah mereka yang belum mempunyai usaha yang jelas calon wirausahawan, sehingga banyak dari mereka
yang telah mendapatkan bantuan dana, kebingungan akan dipergunakan untuk apa dana tersebut. Hal ini berkaitan dengan kesiapan dan kemampuan masyarakat
Sumber Daya Manusia dalam menerima dan mendayagunakan dana bantuan Bawaku Makmur. Berdasarkan hasil evaluasi tim dari Pemerintah Kota Bandung
dan Aparat Kelurahan Cicadas, hanya 40 masyarakat Kelurahan Cicadas yang memanfaatkan bantuan dana program Bawaku Makmur untuk usaha, sedangkan
sebanyak 60 masyarakat hanya digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
Program Bawaku Makmur kurang berhasil mengangkat perekonomian di Kelurahan Cicadas, terlihat dari tidak adanya peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang telah diberikan bantuan. Penambahan modal sebesar Rp. 500.000,- tidak membawa dampak bagi peningkatan hasil usaha, maupun
penciptaan lapangan pekerjaan. Menurut Haeruman 2001, kemungkinan lain belum berhasilnya program Bawaku Makmur, disebabkan rendahnya tingkat
ketrampilan dan pengetahuan masyarakat, yang mengakibatkan rendahnya kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan akses
sumberdaya yang tersedia. Penyebab lain kurang berhasilnya program bawaku makmur adalah waktu
pemberianpencairan dana di saat menjelang hari raya idul fitri, sehingga
masyarakat lebih memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan hari raya daripada menggunakannya untuk permodalan.
Program rehabilitasi rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur secara langsung tidak berkaitan dengan pengembangan ekonomi lokal, akan tetapi
dampak dari perbaikan infrastruktur terutama di wilayah yang termasuk kumuh, dapat meningkatkan perekonomian lokal, misalnya dengan perbaikan sarana jalan
atau gang yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat dapat menumbuhkan usaha warungtoko karena lancarnya pendistribusian barang dari
agen ke warungtoko. Hal ini dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif.
Menurut narasumber yaitu Ketua RW 01, Ketua RW 09 dan aparat Kelurahan jika bantuan-bantuan yang selama ini diberikan kepada masyarakat
Kelurahan Cicadas masih bersifat top down, tidak melibatkan masyarakat lokal, maka hasil pembangunan tidak akan terasa dampaknya. Akan lebih tepat jika
bantuan-bantuan yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan Cicadas dalam bentuk barang, tidak berupa uang tunai, karena dari beberapa pengalaman ternyata
pemberiaan dalam bentuk uang tunai tidak efektif, lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan konsumtif. Hal ini dikemukakan oleh aparat Kelurahan J 49
Thn : “Tingkat kesejahteraan masyarakat Kelurahan Cicadas akan tetap pada
masa yang akan datang, jika bantuan-bantuan yang diberikan selama ini dalam bentuk pemberian uang atau modal karena masyarakat banyak
menggunakannya untuk konsumtif. Bantuan tidak membawa dampak untuk kesejahteraan masyarakat, apalagi jika harga-harga kebutuhan pokok
mahal, lapangan pekerjaan sulit. Lebih baik mereka diberi bantuan berupa peralatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian mereka, misalnya mesin las, mesin jahit”.
5.7. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Modal Sosial dan Gerakan Sosial